
Kau Pandang Aku
kau pandang aku batu
kau gempur dengan peluru
padahal aku angin
kau pandang aku batu
kau gempur dengan peluru
padahal aku angin
dengan seribu kali mati
akan terus kukejar namamu yang sejati
kau bilang kau tuhan kau allah
tapi aku tak sekhilaf anak-anak sekolah
mati hidup satu kekasihku
takkan kubikin ia cemburu
kurahasiakan dari anak istri
kulindungi dari politik dan kiai
Menderas di darah
Aku yang lain, yang allah
Menderas, mengalir kepadaku
Seperti aliran sungaiku ke lautnya
Para sopir sejarah
Memetropolitankan berhala
Dan para pewaris generasi
Menjadi buih-buih kintir
Ah, entah kenapa, ingin aku menyembah tamuku yang
mulia. Tapi tidak. Aku punya sesembahan tersendiri. Kukira
cukuplah aku menghormati ala kadarnya saja.