
Pohon Bailora
Banyak sekali ekspresi masyarakat, terutama tokoh-tokoh kelas menengahnya, yang kemlinthi, gembagus, seneng pamer; “Saya merakyat! Kami peduli! Kami mengabdi rakyat!” dan banyak sekali umuk-umuk pekok seperti itu.
Banyak sekali ekspresi masyarakat, terutama tokoh-tokoh kelas menengahnya, yang kemlinthi, gembagus, seneng pamer; “Saya merakyat! Kami peduli! Kami mengabdi rakyat!” dan banyak sekali umuk-umuk pekok seperti itu.
Orang-orang yang merasa normal dan tidak stunting itu menyangka bahwa daya hidup, vitalitas hidup, dan kreativitas hidup hanya terletak dalam pikiran. Padahal pikiran hanyalah alat yang paling sederhana dari sistem ruh dan entitas jiwa manusia.
Manusia diberi kemerdekaan untuk mengikuti kemauannya sendiri. Di sekolahan-sekolahan, itu namanya Free Will. Hanya saja, demi keselamatan masa depannya, manusia jangan semau-maunya nuruti wudelnya sendiri saja. Jangan adigang adigung adiguna.
Mataram dan agama baru yang dipeluknya sedang diuji. Apakah mereka akan melangsungkan perkawinan dan bekerjasama yang seimbang dan adil, ataukah akan saling menjadi musuh di belakang kegelapan masing-masing.
Para penguasa mengasingkan kami dan diri sendiri. Para Ulama mengasingkan kami dari sesama penyembah Tuhan.
Lurah-lurah kami adalah tangan-tangan tersembunyi yang menerbitkan matahari, menumbuhkan tanam-tanaman dan membunyikan kicau burung-burung.
Aku ini orang Jawa. Aku juga orang Islam. Mungkin harus ditambah pula: aku ini orang tlatah Mataram. Yang mana yang utama di antara ketiganya?