CakNun.com

Menyambung Paseduluran dengan Keluarga Gun Jack

Menghadiri Hajatan Walimatul Aqiqah di Badran

Cak Nun memenuhi undangan hadir di acara hajatan salah satu keluarga almarhum Gun Jack di Kampung Badran Yogyakarta tadi malam, 28 Maret 2017.

Cak Nun bermaksud datang sebagai sedulur, tapi oleh tuan rumah dan panitia telah disiapkan panggung dan backdrop, dan diminta memberikan ular-ular. Lalu Cak Nun “nyangoni” masyarakat kampung Badran yang hadir dengan ilmu shalawat. Kalau hendak menggapai rahmat dan kasih sayang Allah hendaknya gondelan Kanjeng Nabi. Dan itu juga bekal buat menghadapi kehidupan yang tak selalu mudah.

Usai ular-ular itu, ada seorang guru muda bercerita dan bertanya. Ia beragama Islam, tetapi kedua orangtuanya beragama Kristen. Ia gelisah karena sering dengar kalau doa kepada orang yang beda agama tak akan sampai atau dikabulkan Tuhan, sekalipun itu orangtuanya. Ia bertanya, benarkah demikian?

Cak Nun menjawab dengan memintanya untuk sebaiknya konsentrasi berdoa saja, tak usah terlalu berpikir diterima atau sampai, sebab itu akan menjadi urusan Allah.

Foto: Wahyu AN
Lokasi: Badran, Bumijo, Kota Yogyakarta - 28 Maret 2017.

Lainnya

Amar Maiyah di Jakarta

Amar Maiyah di Jakarta

Masyarakat Maiyah di Jakarta berhimpun di Makam Pangeran Jayakarta hari Rabu 24 April 2019, membaca Doa Tahlukah dan Hizib Nashr untuk memohon kepada Allah agar menurunkan ketetapan tindakan nyata kepada Kaum Dhalimun dan menyelamatkan para Madhlumin. Siapapun pelaku kedhaliman itu.

Ada Apa dengan Manajemen Dunia Akhirat?

Ada Apa dengan Manajemen Dunia Akhirat?

“Manajemen Dunia Akhirat”, itulah tema Pengajian Padhangmbulan malam ini, Kamis, 18 Juli 2019.

Tema ini bisa dikaitkan dengan pembahasan yang diantarkan oleh Nahdlatul Muhammadiyyin dalam “Mendalami Fadlilah dan Otentisitas Diri: Menuju Cerdas Dunia Cerdas Akhirat.” Atau kita mundur sejenak, untuk kembali mencatat beberapa terminologi di Maiyah, misalnya dunia adalah bagian dari akhirat; khaalidiina fiihaa abadaa; atau man ‘arafa nafsahu ‘arafa rabbahu.

Beberapa terminologi itu pernah didalami dan dijelajahi makna pengertiannya dalam Majelis Ilmu Maiyah. Bahkan terminologi yang terakhir pernah disampaikan Mbah Nun melalui cara pandang yang berbeda. Mbah Nun menawarkan nafas kesadaran baru hingga bagaimana term man arafa nafsashu arafa rabbahu, yang cenderung dipahami sebatas khasanah tasawuf, dapat diimplementasikan untuk pekerjaan sehari-hari.

Malam ini, berbekal pengalaman dan sangu terminologi yang diperoleh dari Sinau Bareng sebelumnya, kita akan belajar bersama di Majelis Masyarakat Maiyah Padhangmbulan untuk kembali menemukan sekaligus menjaga spirit, yang menurut Pak Toto Rahardjo, kita mencoba terus-menerus melakukan sesuatu untuk memperkuat kehidupan kita ke depan, supaya kita memiliki independensi dalam hidup.

Independensi itu kita coba temukan dalam kesadaran diri kita masing-masing melalui keseimbangan manajemen dunia akhirat. (Achmad Saifullah Syahid)