CakNun.com

Mbah Nun Menumbuhkan Generasi Impact-Player

Rizky D. Rahmawan
Waktu baca ± 4 menit

Tema tentang memilih prioritas hidup untuk diri sendiri atau untuk orang lain, sudah lama jadi bahan elaborasi Mas Sabrang di banyak forum Maiyahan. Di forum Mocopat Syafaat, hal ini pernah diangkat dalam diskusi tentang dialektika selfish dan altruism. Selfish berarti hanya mementingkan diri sendiri. Sedangkan altruis adalah sikap mengutamakan kepentingan kolektif. Seiring waktu, Mas Sabrang memperdalam tema ini dengan memperkenalkan istilah baru: ‘altruisme efektif’. Istilah ini amat relate dengan pemikiran Mbah Nun, terutama dalam konteks kemandirian dan ekonomi.

Daya Memberi Tak Cukup dari Niat Baik

Di Kenduri Cinta, Mbah Nun pernah berkata:

Saya ingin kalian yang paling banyak menolong. Di masa depan, pikirkan bagaimana cara memperbesar kemampuan menolongmu.

Altruisme efektif adalah filosofi yang menekankan: bagaimana menggunakan sumber daya kita sebaik mungkin untuk orang banyak. Berbeda dari kecenderungan memberi tanpa pamrih, pendekatan ini mempertimbangkan keberlangsungan daya memberi itu sendiri.

Kalau hanya fokus memberi, kita bisa kehabisan daya. Maka perlu strategi, pengukuran kapasitas, dan perhitungan dampak. Semua ini adalah prinsip pokok dari pendekatan ini.

Gerakan ini berbeda dari program berbagi yang hanya spontan, sesaat, atau sebatas kewajiban. Ia dimulai dari membangun kapasitas diri, lalu berlanjut pada strategi kontribusi yang berdampak dan terarah.

Berwirausaha untuk Mampu Memberi Dampak

Karena itu, Mbah Nun sering menekankan pentingnya belajar ekonomi dan wirausaha. Tapi ini bukan ajakan menjadi kapitalistik atau hidup yang terforsir untuk mengejar laba.

Wirausaha dalam perspektif Mbah Nun adalah ikhtiar agar kita tidak hanya cukup untuk diri sendiri, tapi juga bisa menopang kebermanfaatan bagi orang lain. Ini tentang mengelola sumber daya agar tidak habis dalam satu-dua aksi, tapi terus tumbuh dan berdaya.

Dengan memiliki dasar ekonomi yang mandiri dan kokoh, kita bisa berkontribusi lebih luas tanpa bergantung pada kemurahan hati sesaat. Ini adalah bentuk tanggung jawab, bukan semata pilihan gaya hidup.

Wirausaha adalah cara kita menjaga stamina untuk menolong. Hari ini, esok, dan seterusnya. Maka, kemandirian ekonomi bukan tujuan akhir, tapi bekal strategis dalam memberi manfaat yang berkelanjutan.

Inilah salah satu pilar dari pendekatan memberi berdampak: memberi dengan daya yang tumbuh.

Sedekah Proaktif: Peka Sebelum Diminta

Dalam Kenduri Cinta saat Milad Mbah Nun ke-69, beliau memberi nasihat agar kita berpikir lebih strategis dalam berbagi. Jangan menunggu dimintai, apalagi sampai orang mengemis.

Beliau menyampaikan:

Sebisa mungkin lebih dulu menolong. Jangan sampai orang lain mengemis kepadamu. Itulah yang namanya sodaqoh.

Pesan ini menggugah cara pandang kita. Kenali sekitar, jangan sampai kecolongan ada yang mengemis, padahal kita mampu memberi jika saja peduli.

Dalam pemahaman ini, sedekah bukanlah aktivitas reaktif, melainkan kesadaran aktif. Orang-orang yang punya kelebihan tidak cukup hanya baik hati, tapi juga harus punya inisiatif. Harus aktif mengidentifikasi persoalan di sekitarnya, dan sigap memberi solusi sebelum orang lain merasa putus asa.

Orang tidak mampu diajak berdaya dengan meningkatkan ilmu dan kapasitas wirausaha dan ekonominya, orang mampu diajak peka membantu secara proaktif. Nanti keduanya akan ketemu di tengah-tengah.

Penggiat Maiyah adalah Impact-Player

Dalam salah satu Maiyahan, Mas Sabrang menyampaikan bahwa Effective Altruism (EA) adalah gerakan global yang juga sedang berkembang di Amerika. Di Indonesia, tren aksi sosial juga mulai bergeser dari aksi yang hanya ramai seketika menuju gerakan keberdayaan kolektif yang dapat diukur dampaknya.

Di simpul-simpul Maiyah, semangat ini diterjemahkan ke dalam kerja nyata. Mengambil peran sederhana dalam mengelola forum yang rapih, berjiwa pelayanan dan berusaha paripurna adalah bentuk memberi dampak pada lingkar pengaruh yang kecil dan sederhana.

Kemudian di luar forum rutinan, masing-masing menitikberatkan pada upaya peningkatan kapasitas diri. Menyingkirkan segala ekspresi haus validasi. Menanggalkan fun-dump, dorongan dari jiwa yang haus hiburan semata.

Naluri berperan dan memberi dampak diukur berdasarkan kaliber kapasitas masing-masing daerah. Ada yang skala kabupaten, ada yang skala desa, ada yang skala komunitas ada yang skala keluarga.

Dampak baliknya adalah, satu sama lain meraup banyak pengalaman berkontribusi dan menciptakan dampak. Keduanya menjadi tema yang legit, menggigit sekaligus kontekstual di setiap forum maupun sekedar ajang nyangkrung antar penggiat. Maka tercipta dinamisasi transfer ilmu dan pengalaman satu sama lain di antara penggiat dan jamaah.

Apalagi di Maiyah penggiat dibekali dengan pemahaman kecerdasan kolektif (swarm intelligence), menjadi penggiat berarti terdorong dan dengan sadar memilih menjadi impact-player, yakni orang yang naluri dan kapasitas dirinya diorientasikan pada peran memberi dampak.

Kian waktu penggiat kian peka terhadap peran yang kosong dan bersedia mengisinya. Dengan begitu, tercipta aksi sosial kolektif yang tidak gegap gempita, melainkan sederhana saja, tetapi tak padam-padam.

Kapasitas Diri Meningkat, Dampak pun Meningkat

Sekecil apapun kaliber kita sebagai seorang impact-player, yang penting adalah bagaimana kita mengefektifkannya. Mbah Nun punya semangat besar dalam hal peningkatan kapasitas diri. Nasihat Beliau terangkum dalam:

  1. Beresi hubunganmu dengan Tuhan (akidah)
  2. Perbaiki hubunganmu dengan sesama dan alam
  3. Belajar mengelola ekonomi
  4. Pelajari bahasa global

Menumbuhkan generasi yang berdampak berarti mengefektifkan potensi yang dimiliki. Ini bukan sesuatu yang mewah. Tapi siapa yang membatah jika aksi membangun manusia adalah kerja yang sangat besar dampaknya.

Kita semua adalah murid dari keikhlasan dan ketekunan Mbah Nun. Semoga kita bagian dari yang terpanggil untuk terus menumbuhkannya.

Sugeng Ambal Warsa Mbah Nun, Sang Guru Bangsa.

Lainnya

Seminggu Setelah Aksi Selesai

Seminggu Setelah Aksi Selesai

Spekulasi sekitar aksi

Sudah sepuluh hari pasca aksi massa massal di Jakarta dan di puluhan tempat lain di tanah air.

Aditya Wijaya
Aditya Wijaya

Topik