10 Revolusi Jokowi dalam Berbagai Pemahaman (1)

Pengantar Redaksi:

Kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah merespons Fastabiqul Khairat 10 Revolusi Jokowi dengan mengirimkan tulisan yang menarasikan 10 Revolusi Jokowi dalam bahasa, penangkapan, dan pemahaman teman-teman. Secara otentik, apa adanya dan utuh, berikut ini kami tayangkan secara berkala tulisan-tulisan tersebut. Nama lengkap dan email tidak ditampilkan.

Respon 1

AR
Senin, 21 Sept 2020 18:37 WIB

Revolusi jokowi adalah revolusi masing2 dr kita. Tak bisa kita salahkan semua kejadian yg menimpa bangsa ini krn salah jokowi. Kesalahan utama dr sebagian dr kita adalah masihnya mengharap solusi bangsa cuma diselesaikan 1 sosok pahlawan, satrio piningit. Salah kita jg jika harapan itu diwujudkan segelintir org yg mungkin pd awalnya niatnya baik tp prakteknya salah dgn mengusung jokowi sbg satrio piningit. Masih ingat jokowi yg adalah kita klo saya melihat itu mungkin teguran Allah utk bangsa indonesia. Bangsa yg ditakdirkan dgn segalanya ada tp krn kufur nikmat,malas, gak mak mau kerja keras utk mencapai tujuan. Jokowi yg dicap sebagai raja hutang, liat keadaan sebagian besar rakyat begitu mudah terjerat riba hutang buat makan, jokowi tkg ngimpi tidakkan semua jg bermimpi, jokowi tkg bohong siapa yg bebas gak bohong. Jokowi adalah kita… jgn harap ada perubahan ekstrim yg dilakukam jokowi jika diri kita sendiri gak mulai berubah dr skrg. Gimana ibadah kita tak cuma ibadah maghdoh tp ibadah kita sbg diri sendiri, sbg anak, sbg org tua, sbg masy sbg rakyat. Apakah trs mengharap perubahan dr negara baru ikut berubah. Kaji diri apa kelebihan kita gali trs potensi gabungkan dgn yg lain sehingga tercipta rantai. Klo jago jd produsen kelola dgn baik, jd distributor lakukan dgn baik dan jujur ataupun sebaaj kumsumen lakukan dgn bijak. Jgn spt skrg produsen tp takluk sama konsumen siapa yg gak miris garam cuma dihargai 150/kg coba bayangin buat bikin ikan asin komposisi garam sama tapi harga ikan asin bisa melonjak tinggi. Sdh waktunya kita sebagai rakyat berdaulat. Ibaratnya mau laku atau tdk hrs sama kedudukannya gak ada yg dirugikan atau merugikan org lain. Hal tsb sampai detik ini belum ada perubahan. Jokowi adalah kita. Jika kit berubah niscaya jokowi hrs berubah juga suka atau tidak….


Respon 2

EI
Senin, 21 Sept 2020 20:54 WIB

Setuju bahwa ini boleh dianggap sindiran atau apapun saja, cm justru satu yg jadi pertanyaan waktu baca ini, kenapa Cak Nun, bikin sesuatu yang beliau sendiri tau ini gak guna?
semoga beliau sudah sama-sama nggak sabar nya seperti saya, semoga beliau sudah pada puncak rindu nya dengan cahaya-Nya, di dunia yang gelapnya sangat jelas terang..
semoga dengan kerinduan beliau selaku pemegang saham tertinggi di hati rakyat Indonesia,
Allah berkenan mempercepat kesembuhan Indonesia. Amin


Respon 3

MZ
Senin, 21 Sept 2020 21:05 WIB

Sebelum Mbah Nun menuliskan tentang 10 Revolusi Jokowi, entah ada apa diselah-selah kebiasaan saya merenung tiba-tiba muncul gambar sepintas Mbah Nun bersama beramai-ramai JM memasuki Istana presiden. Di gambar sepintas itu tidak gamblang apa yang terjadi, namun terlihat sosok Mbah Nun ditengah-tengah diantara kerumunan orang banyak.

Saya hanya menganggap bahwa gambar itu datangnya dari kondisi jiwa saya yang mulai tidak sabar menyaksikan kondisi kepemimpinan Indonesia. Sebagaimana JM yang lain mungkin, saya sudah terlanjur berharap dan percaya bahwa Mbah Nun lah yang bisa memulai, bahwa melalui Mbah Nun kesadaran Revolusi Indonesia bisa lebih serius. Selang sehari, terbitlah tulisan 10 Revolusi Jokowi di kanal caknun.com.

Terus terang, saat membaca 10 Revolusi Jokowi yang ditulis Mbah Nun, saya yang sudah hopeless terhadap kepemimpinan Indonesia hanya menanggapi ala kadarnya, “ah, emang bakalan didengar”. Kalau sasaran tulisan itu kepada presiden, saya merasa mustahil akan ditanggapi serius.

Juga semakin kesini banyak tulisan-tulisan Mbah Nun yang tidak saya unggah sebagai story di WA atau IG, tidak seperti sebelumnya saya yang menggebu-gebu setelah setiap membaca tulisan Mbah Nun, langsung saya jadikan story. Ada bayangan wajah masyarakat sosmed meremehkan dan mengabaikan begitu saja setiap saya ingin mengunggah tulisan. Bayangan itu mungkin datangnya juga dari jiwa saya yang mulai putus asa terhadap manusia. Saya merasa kebanyakan manusia sudah tidak peduli akan arah Negaranya, “jadi buat apa mengunggah tulisan-tulisan tentang Revolusi”.

“Sekarang saatnya Jokowi”, Mbah Nun menulis 10 point revolusi dengan kalimat awal itu yang berarti diulang sampai 10 kali. Apakah Jokowi akan mendengar? Apa pesan itu akan sampai kepada Jokowi? Maklumlah, saya tidak punya informasi tentang hubungan Mbah Nun dengan presiden Jokowi.

Kalaupun pesan itu sampai pada Jokowi, apakah Jokowi akan menindak lanjuti? Mengingat lingkaran kepemimpinan Indonesia (setahu saya yang sok tahu) diisi oleh manusia-manusia serakah.

Mbah, apakah tidak sebaiknya Mbah Nun langsung datang saja ke Istana dan mengundang Jokowi beserta kiri kanannya untuk lebih greget menanggapi kondisi bangsa akhir-akhir ini? Seperti kisah yang pernah Mbah Nun ceritakan tentang Sunan Kalijaga beserta pengikut setia yang datang ke rumah seorang Raja untuk menyindir kepemimpinannya, disitu Sang Sunan melumuri badannya dengan sambal kemudian keluar pintu dan menghilang.

Saya masih ingat kata Buya Nursamad, bahwa Mbah Nun adalah Sunan Kalijaga zaman ini, dan saya meyakini itu. Maka, mohon diwajarkan kalau saya membayangkan Mbah Nun mau melakukan hal yang sama, meski mungkin tidak se-ekstrem Sunan Kalijaga. Hehe

Mohon maaf atas tulisan yang kurang sopan ini Mbah, salam kangen dari putu njenengan yang masih terus belajar bersyukur dan melawan rasa malas.

Aku sayang Mbah Nun, sayang Maiyah!