Sajak Tamu Entah Siapa
Tamu itu datang dan kuketahui tiba-tiba ia sudah berada di
ruang tengah rumahku. Siapa dia?
Ketika kami ngomong, ia sudah tahu semuanya tentang diriku,
seluk-beluk rumahku, kebunku, kolam ikanku,
bahkan ia tahu persis
setiap kata-kata dalam batinku. Dan lebih dari itu, dengar, ia
berkata: “Di bawah tanah rumahmu ini terdapat barang yang
amat berharga. Aku akan mengambilnya dan kau akan menjadi
kaya raya, cuma ada beberapa syarat yang kuminta….” Aku
tersenyum saja dan menganggukkan kepala. Tergiur aku
rasanya. Ah, entah kenapa, ingin aku menyembah tamuku yang
mulia. Tapi tidak. Aku punya sesembahan tersendiri. Kukira
cukuplah aku menghormati ala kadarnya saja.
Lihatlah rambutku sudah kupotong persis
seperti rambutnya. Ia memberiku pakaian seperti yang
dimilikinya. Entah bagaimana tapi akhirnya aku bergerak
seperti geraknya, berjalan seperti jalannya, berkelakuan seperti
kelakuannya, kubangun rumahku seperti sarannya, kulakukan
segala sesuatu yang dianjurkannya, dan — ah! Hasrat-hasratku
pun kini mirip seperti hasrat-hasratnya.
Hari-hari berikutnya aku melihat dia berhasil menggali barang-
barang berharga itu dan ia bawa pulang sebagian besarnya. Aku
tak apa-apa, aku ini penyabar, dan toh aku sudah kaya
raya. Dan yang penting, aku sudah bagaikan dia. Hati kecilku
bilang aku ini sedang tertidur lelap dalam bangunku, tapi semua
orang tahu hati kecilku ini tolol dan sia-sia.
1982