CakNun.com
Khasanah Seri Restart, 1

Subsidi Agrokultur

Mif Irfan Bimantara
Waktu baca ± 3 menit
Photo: Pixabay (CC0).

Sedikit yang bisa diajak jagongan kalau tema yang disodorkan adalah subsidi. Kesan yang muncul dalam terminologi subsidi lebih menyoal bantuan, sumbangan atau lebih kepada ketidakberdayaan. Padahal secara luas, banyak negara besar melakukan ini untuk memberi motivasi dan pelindung bagi rakyat dalam jumlah besar. Kemudian muncul dinamika perdebatan madzhab sosiologi, hukum dan ekonomi. Semakin detail semakin tidak dipahami oleh orang awam. Semakin detail semakin muncul patron baru. Kemudian muncul tokoh-tokoh kunci yang dianut. Subsidi menjadi mainan orang-orang tertentu dan hanya dikuasai oleh kelompok oligarki besar dan kecil. Padahal, faktanya Farm Bill secara nyata adalah subsidi. Amerika memakai subsidi untuk bangkit dari depresi ekonomi.

Amerika era 1933 di bawah Presiden Roosevelt berhasil selamat dan bangkit dari depresi ekonomi akibat ambruknya saham WallStreet. Bersama partai Demokrat membuat terobosan menata ulang ekonomi negeri tersebut. Iya, menata ulang ekonomi Amerika yang ambruk. Melalui program utamanya yaitu subsidi pada sektor pertanian dan peternakan melalui Farm Bill. Sekarang dikenal sektor agrokultural. Kegagalan ekonomi negara ini diulangi pada 2008 lalu, saat sektor kredit pada hipotek gagal bayar. Berefek pada tagihan asuransi yang sangat besar, disusul jatuhnya saham wallstreet. Pesohor berkata skandal subpreme mortgage loan. Singkatnya “orang pengen punya rumah ga kuat bayar cicilan”. Di sini kita kenal krisis ekonomi dunia.

Kemudian dari mana dimulai memperbaiki situasi tersebut. Jika negara kita memulai membenahi krisis ekonomi dengan hutang dan privatisasi, jauh dari hitungan kita, faktanya Amerika memulai dari subsidi sektor pertanian khususnya biji-bijian, susu, daging. Subsidi pada bisnis pertanian ini melindungi petani pada fluktuasi harga. Misi utamanya adalah 32 juta hektar lahan pertanian harus terus bergerak. Petani tidak boleh rugi. Subsidi pada 2008 disiapkan 288 miliar US dolar. Daya beli akan naik karena mayoritas rakyat mampu membayar hutang dan tunggakan. Berbeda dengan Indonesia, subsidi hanya untuk penyalur. Melalui SPBU, Gapoktan dan pemain-pemain besar. Tidak masuk ke dalam rekening petani dan nelayan serta buruh kalangan kelas bawah.

Tentu agenda ini ditolak oleh ekonom berhaluan pasar bebas di bawah naungan partai Republik, yang dinaungi Trump hari ini. Pemikir yang berada di bawah panji-panji IMF dan Bank Dunia. Mereka menjalankan program paham kapitalisme ke seluruh negara di dunia, saat negara induk semangnya menolak program ekonominya. Sayang sekali justru Indonesia memakan mentah-mentah program kelompok kalah ini.

Corona tidak bekerja pada sektor ini, Corona tidak memporak-porandakan sektor agrikultur. Corona tidak memasuki sektor industri kelapa sawit. Dari 13 jutaan kebun sawit mampu memasok 43% kebutuhan bahan bakar hayati Eropa melalui kebijakan B20 sampai B50. Artinya minyak kelapa sawit 50% dicampur produk minyak hasil energi fosil (BBM). Saking tergantungnya pasokan minyak sawit dari Indonesia, harus dihantam isu deforestasi hutan. Tujuannya adalah supaya muncul regulasi mengendalikan untung. Persemakmuran Inggris harus hidup dari bisnis ini. Karena kebutuhan bahan bakar ramah lingkungan dapat dihasilkan dari energi hayati. Bukan dari energi fosil yang semakin mahal dan langka. Energi hayati dari kelapa sawit, tebu, jagung dan apapun yang dapat ditanam dari wilayah agraris.

Penghasil biofuel adalah Amerika dengan luas lahan pertanian 32 juta hektar. Brazil, Ukraina dan India penghasil jagung dan tebu. Sedangkan Indonesia memiliki kelapa sawit yang membuat seluruh Eropa tergantung 43% dari pasokan kelapa sawit kita. Bagian ini yang disebut alasan Indonesia pemegang kunci utama energi hayati dunia. Setidaknya ada 450-an ribu petani aktif dengan luasan 80 hektar per kepala keluarga di Amerika. Mereka memainkan subsidi sebesar 288 miliar US Dolar per tahun. Ada juga pendapat hal ini belum biaya tambahan. Bukankah ini langkah yang luar biasa besarnya dari pendekatan apapun.

Tidak ada alasan yang membuat kita mampu menjangkau titik bahwa negara liberal dengan pengutamaan kapitalisme global, pondasinya adalah subsidi. Di mana di negara kita sangat dihindari dan dikesankan model pendekatan bantuan yang merongrong anggaran negara. Sangat disayangkan bahwa jagongan ini berhenti tanpa adanya langkah memahami secara gamblang dan utuh. Wajar saja jika lahan pertanian aktif di negara ini menyusut dari tahun ke tahun mendekati angka 9 juta hektar saja. Ber-Maiyah memberikan ruang gerak dan pemikiran bebas untuk membuka khasanah bahwa ada pandangan tambahan, bahwa ada wawasan yang mampu menjangkau pada sebab musabab adanya fenomena kenegaraan. Saat kita mengetahui kronologi kemakmuran sebuah negara, tidak ada terkaget-kagetnya saat sejarah kita kupas dan paham secara benar.

Lainnya

Topik