CakNun.com

Gagal Paham, 13

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 1 menit

Kita adalah pasar, ladang yang menghasilkan cuan bagi segolongan orang. Keuntungan itu berputar hanya di segolongan orang. Tingkat produksi dan konsumsi semakin menggila, tak pernah ada hentinya 24 jam terus-menerus.

Tak kenal tanggal merah, menjadikan manusia layaknya sapi perah. Mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan tidak mempedulikan sumber daya alam dan manusia yang terbatas. Tidak masuk akal bukan?

Bagi orang yang masih waras memang semua itu tidak masuk akal, keluar dari jalur hati nurani dan nilai luhur. Persetan dengan kelestarian dan keseimbangan alam! Mereka tidak peduli bagaimana bumi menanggung beban yang berat dan mengalami masa sulit akibat perbuatan mereka. Mereka tidak peduli bagaimana bumi tersiksa akibat tangan mereka. Mereka tidak peduli.

Jiancuk! Gila! Sakit jiwa! Wong edan! Berapa banyak lagi umpatan yang bisa dikeluarkan untuk mengungkapkan kegilaan-kegilaan itu? Zaman sudah edan. Zaman di mana cita-cita edan dan nilai-nilai edan jadi tujuan. Kolaborasi edan antara politik, ekonomi, ilmu pengetahuan melahirkan keedanan, menggeser nilai luhur kemanusiaan. Apakah kita hanya bisa diam seperti melihat monyet yang memegang pistol? Apakah kita hanya bisa diam, bisu, kelu, melihatnya di depan mata? Atau kita justru adalah orang yang paling semangat bersorak-sorai melihat monyet memegang pistol?

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Sedulur Tani

Sedulur Tani

Pada zaman yang lalu jika usai panen, sedulur tani dapat membeli sekian gram emas, namun sekarang justru tak ada segram pun emas yang mampu dibeli — sebaliknya malah emas yang ada justru tergadaikan untuk membeli benih, pupuk, dan pestisida.

Toto Rahardjo
Toto Rahardjo

Topik