CakNun.com

Memasuki Pasca Reformasi: Perubahan Tanpa Melukai

Karena ide dasar yang menggerakkan reformasi adalah ide pembersihan sengkala virus atau benalu kosupsi-kolusi-nepotisme maka langkah pertama setelah pohon Orde Baru tumbang adalah dibentuknya komisi-komisi yang dimaksudkan sebagai lembaga untuk menjaga kebersihan bangsa, dan negara dari satu debu virus atau satu akar dari korupsi-kolusi-nepotisme. Bersih dan gradasi kebersihan dari korupsi-kolusi-nepotisme menjadi parameter kebersihan era reformasi dan manusia reformis yang berkuasa dalam mengelola negara dan memimpin bangsa Indonesia.

Udara yang bererdar di atas tanah air meredeka adalah udara segar karena tanpa virus KKN dan segala tumbuhan sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum juga subur dan sehat karena terhindar dari benalu korupsi-kolusi-nepotisme. Wajah bangsa Indonesia tampak segar, bersih, dan suci setelah segala debu yang mengandung virus KKN dibasuh dengan air pembersih berupa gerakan pemberantasan korupsi, gerakan anti kolusi, dan pencegahan gerak-gerik yang menuju dipraktikkannya kembali nepotisme.

Suasananya waktu itu adalah, begitu Orde Baru tumbang hampir semua orang bersorak. Begitu reformasi memanen buah politik berupa suksesi kekuasaan politik kenegaraan, hampir semua lega. The rulling actors yang tampil dan akan berturut-turut tampil diharapkan menjadi pengagum dan pengikut Jaksa Bao dalam legenda negeri Tiongkok yang terbukti efektif dalam memberantas korupsi-kolusi dan nepotisme. Jurus-jurus pembersihan, ppemberantasan, dan pencegahan muncul kembalinya virus dan benalu korupsi-kolusi-nepotisme yang dipergunakan Jaksa Bao diharapkan dipraktikkan dan dipakai oleh the rulling actors Orde Reformasi. Waktu itu film serial Jaksa Bao buatan Taiwan ini pernah diputar secara rutin di televisi dan penontonnya banyak.

Film serial Jaksa bao seakan-akan mewakili aspirasi dan menjadi inspirasi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia yang menginginkan bangsa dan negaranya bersih dan kalis dari virus dan benalu korupsi-kolusi-nepotisme. Saya pernah lewat internet mencari tahu siapa dia. Ternyata dia adalah jaksa yang jujur yang hidup pada era Dinasti Song pada tahun 999 M-1062 M dengan nama Bao Zheng. Karena kejujurannya dan keberaniannya menegakkan keadilan dia dijuluki Bao si Langit Biru. Copy dari film serial Jaksa Bao ini sekarang masih beredar dan bisa dibeli dan dinikmati oleh masyarakat.

Hari ini, telah 24 tahun reformasi terasa kalau cita-cita bersama yang waktu itu menggerakkan reformasi sudah banyak ditinggalkan orang. Trio KKN sebagai virus dan benalu bangsa dan negara terasa sekali hadir dan berfungsi kembali menghisap kekayaan rakyat, kekayaan bangsa, dan kekayaan negara. Lembaga atau komisi yang dulu dimaksudkan untuk membersihkan tubuh bangsa dan negara dari virus dan benalu korupsi-kolusi-nepotisme seperti KPK, Komisi Yudisial dan lembaga pengawas lalulintas uang terasa sekali tidak segalak di zaman awal reformasi. Korupsi terbukti dipraktekkan orang-orang yang bekerja di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lengkap sudah.

Dalam peta dan anatomi korupsi yang sebagian terkuak dan terbongkar terbukti ada jaringan kolusi dan nepotisme. Sebagian praktek korupsi-kolusi-nepotisme ini memang terkuak, dan sebagian lagi belum terkuak dan dimungkinkan masih berlangsung dengan aman dan diam-diam. Dan yang memprihatinkan, selama 24 tahun pasca reformasi hanya ada satu orang yang layak dijuluki sebagai Jaksa Bao Indonesia, yaitu ksatria hukum dari Madura, Artidjo Alkostar. Dia hadir sebagai ksatria hukum Indonesia yang berani berdiri tegak, muka tengadah, pikiran, perkataan, dan tindakannya tegas di tengah terjadinya anomali hukum yang memprihatinkan. Sepeninggal Artidjo Alkostar, yang waktu jadi Ketua LBH Yogyakarta saya pernah ketemu dengan tokoh hukum yang ramah dan lemah lembut dalam pergaulan ini, belum mundul Jaksa Bao yang baru untuk Indonesia.

Merasakan dan menyaksikan kenyataan yang seperti di atas saya sempat bertanya di dalam hati, mengapa setiap momentum perubahan hanya berlangsung sesaat, untuk kemudian keadaan kembali berlangsung aman-aman saja pada kondisi sebelum adanya perubahan. Mengapa pelaku atau aktor reformasi dan pengikutnya kemudian mengulang apa yang dilakukan Orde baru, dan dulu pelaku dan pengikut Orde baru yang menumbangkan Orde lama juga mengulang perilaku aktor dan pengikut Orde lama? Setahu saya, proses penumbangan Orde Baru dilakukan dengan penuh semangat bahkan disertai dengan kebencian yang puncak terhadap Orde baru. Demikian juga para actor dan pengikut Orde baru ketika menumbangkan Orde Lama juga disertai dengan semangat yang meluap-luap dan kebencian yang puncak.

Lainnya