Uzlah 14 Hari di Gua Istighfar
Setiap individu Jamaah Maiyah menerapkan prinsip: daya tahan, kebersihan dan kesucian. Menjaga daya tahan tubuh dengan berbagai sarana, memelihara kesucian dengan tidak putus wudlu, hati taqwallah dan pikiran tawakkal ‘alallah, menghindari cara berpikir takabbur, mengutamakan kesadaran ketidakberdayaan di hadapan Allah.
Setiap keluarga Jamaah Maiyah memastikan kebersihan rumah dan lingkungannya, melakukan upaya-upaya disinfektan jasadiyah maupun ruhiyah. Jamaah Maiyah tidak menemukan alasan untuk tidak shalat 5 waktu, bahkan selalu terdorong oleh jiwa dan kesadarannya sendiri untuk melakukan shalat-shalat sunnat.
Setiap bakda shalat memohon petunjuk kepada Allah dengan “Astaghfirullahal ‘adhim, Ya Hadi ya Mubin” sekuasanya. Juga mewiridkannya tatkala berbaring hendak tidur hingga tertidur. Semoga hidayah Allah menetesi mimpimu atau kesadaran pagi harimu dengan hidayah-Nya.
Lingkaran-lingkaran kecil dan terbatas Jamaah Maiyah bisa saja tetap melingkar se-panjang menerapkan keperluan jaga jarak atau social distancing. Bahkan bisa berkeli-ling kampungnya dengan disiplin: Jaga jarak sehat dengan depan belakang kiri kanannya. Bersama membaca Istighfar sebanyak-banyaknya, Ayat Kursi, Wirid Ya Hafidh dan Vaksin Luthfi Muhammadin, hanya dengan suara mulut atau mengajak benda dan alam untuk berdzikir (KiaiKanjeng bisa memberi contoh dan panduan). Kalau itu dilakukan berkeliling kampung, berhenti di setiap perempatan atau pertigaan jalan untuk adzan shalat daim, berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan keliling Wiridan bersama.
Jamaah Maiyah tidak perlu menunggu dan tergantung langkah Pemerintah, tetapi kalau Pemerintah memberikan panduan yang rasional dan realistis, Jamaah Maiyah wajib melaksanakannya. Jamaah Maiyah mulai berhitung pada dirinya masing-masing untuk menentukan jangka waktu uzlah di rumahnya selama 14 hari, yakni masa inkubasi Coronavirus — dengan melakukan panduan yang tertera di atas. Dalam jangka dua minggu itu kalau terjadi gejala-gejala, ia wajib melakukan ikhtiar medis jasadiyah.
Tetapi kalau melewati masa itu tidak terjadi apa-apa pada dirinya, maka bisa meyakini bahwa kalau ia keluar rumah tak akan mencelakai siapa-siapa dengan penularan, namun tetap harus menjalankan penjagaan diri untuk tidak tertulari.
Dalam situasi jiwa istighfar, banyak membaca Al-Qur`an, terutama yang menyangkut musibah.
Misalnya “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa”.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah mema‘afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu”.
Pun jangan lupa induk sangkan parannya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
Jakarta, 19 Maret 2020