Berendah Diri dan Lemah Lembut
Sejak awal Era Corona ini tiap pagi dan sore saya menuliskan sesuatu untuk Jamaah Maiyah.
Sejak awal Era Corona ini tiap pagi dan sore saya menuliskan sesuatu untuk Jamaah Maiyah.
Bagaimanakah sebenarnya fakta kegembiraan? Apakah kegembiraan adalah keadaan hati manusia apa adanya bagi manusia itu sendiri?
Buku saya “Dari Pojok Sejarah” adalah buku hasil “lockdown” atau PSBB swasta yang dipaksakan kepada saya atau saya paksakan sendiri kepada diri saya.
Tulisan saya yang ini sangat terlambat karena saya harus menemui Sabrang, yang menerangkan kepada saya berbagai dimensi fakta, data, pengetahuan, wacana dan kemungkinan solusi-solusi di sekitar kasus Corona.
Di antara 260 juta keluarga-keluarga Indonesia, di mana pun saja berada, adakah yang mengalami sakit sebagaimana yang diumumkan tentang gejala-gejala keterjangkitan virus Corona, tetapi tidak sepengetahuan dan tidak dalam perawatan Rumah Sakit, yang kemudian meninggal?
Selama menjalani “Tirakat Corona” ini kita sebisa-bisa mencari dan menerima apa saja yang bisa menerbitkan kegembiraan hati, semangat menjalani keprihatinan, menguatkan mental, serta memperpanjang rentang panjang jalan harapan.
Tulisan kali ini sangat panjang dan harus saya mulai dengan pernyataan Allah: “Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu semua ummat manusia ini secara atau untuk main-main saja?
Kemarin kita masih “Bisa jual bisa beli”. Kebanyakan orang bisa beli atau relatif punya uang dan bisa jualan.
Semua manusia di dunia saat-saat ini sangat bersatu, sangat kompak menderita mengurusi ikhtiar yang sama: bagaimana bisa secepatnya lolos dari derita Corona.
Tembang Tolak Bala? Apakah ada dalam Islam Tembang Tolak Bala?
Mungkinkah ada orang (manusia) yang bukan dokter atau iImuwan modern yang bisa menyembuhkan orang dari sakit Covid-19?
Sekitar dua dekade terakhir ini kita mengeluh semakin banyak rahmat Allah yang menjadi adzab dalam kehidupan kita, meskipun memang demikian salah satu kemungkinan yang muncul dari malpraktik peradaban ummat manusia.
Rasanya sekarang ini sedang Maiyahan di lapangan, massa Jamaah Maiyah dibagi tiga kelompok, bergiliran melantunkan dengan suara keras dan jiwa total: “Alhamdulillah.
Covid-19 bukan virus sangat kecil yang tidak kasat mata. Coronavirus adalah raksasa super yang bulatan bumi digenggam di tangannya.
Saya sangat bergembira menyaksikan, dan sekilas terlibat, dalam sejumlah Maiyahan online yang diprakarsai “Kenduri Cinta” maupun “Mocopat Syafaat” dan “Bangbang Wetan.” Kegembiraan saya itu lahir karena rahmat Allah kepada Jamaah Maiyah yang di pusat laboratorium ijtihadnya memiliki Ulul Albab, Ulul Abshar dan Ulun Nuha yang memadai.
Waktu bangun tidur tadi pagi saya tertekan oleh penyesalan kenapa pada streaming Mocopat Syafaat (Maiyahan 17-an) semalam tidak ada pembicaraan atau uraian dari Yoyok ahlu kesehatan KiaiKanjeng.
Ada suatu jenis skala prioritas nilai yang diyakini oleh sejumlah manusia.
Dalam Sinau Bareng Maiyahan sering diceritakan tentang suatu kendaraan bermuatan banyak orang, entah bis entah pesawat, yang secara teknis seharusnya mengalami kecelakaan tetapi akhirnya selamat.
Allah, Rasulullah dan Islam sangat murah hati menolong jenis orang seperti saya, yang tidak berada di garis puncak dari struktur dan stratifikasi di bidang apapun saja.
Tolong dihitung berapa kali AllahuAkbar diucapkan pada setiap raka’at oleh seseorang setiap mendirikan shalat.
Sore kemarin ketika saya menulis ini, Indonesia mengungguli Malaysia, dalam urusan Covid-19.
Kalau kita melihat tokoh-tokoh nasional kita yang berhimpun menjadi tim Negara dan Pemerintah untuk menangani persoalan sebaran dan akibat Covid-19, rasanya tidak ada alasan untuk putus harapan.
Kalau mutasi Covid-19 ini ditambah dua saja, sehingga meningkatkan kadar mudlaratnya, misalnya 1- Dia bermutasi menjadi Airborne Virus, yang menular lewat udara.
Permohonan, dambaan, harapan dan kenikmatan yang disujudkan kepada Allah Swt oleh semua Jamaah Maiyah adalah sebagaimana yang terpapar oleh firman-Nya sendiri: “Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah.