CakNun.com

Reportase Kenduri Cinta Maret 2013: Asongan Akherat

Kenduri Cinta Maret 2013
Kenduri Cinta Maret 2013

“Ekspresi manusia bermacam-macam. Oleh karena itu terjadi benturan-benturan yang kemudian melahirkan perjanjian-perjanjian dan kesepakatan. Anda mengikuti kesepakatan itu tanpa ikut dalam proses perjanjiannya. Ini menunjukkan bahwa yang sering Anda kenal itu norma agama, bukan agama. Yang Anda kenal adalah mebel, bukan pohon.”

“Kamu harus temukan pohonnya, supaya paham bahwa pohon bisa menjadi mebel. Sekarang para ulama datang memperkenalkan mebel sebagai pohon. Allah didegradasi, dimutilasi.”

“Ada beda antara otak, pikiran, dan akal. Bahasa Indonesia ini ngawurpol. Tapi lebih ngawur lagi Bahasa Inggris, yang mengajari kita untuk terbiasa tidak setia.Huruf-huruf tidak setia kepada bunyinya. Begitu berada di kata tertentu dia berbunyi begini, dan begitu berada di kata yang lain dia memiliki bunyi yang berbeda. Misalnya huruf ‘y’ yang ketika berdiri sendiri dilafalkan sebagai ‘way’ tapi begitu berada di kata ‘yes’ dilafalkan sebagai ‘ye’. Lalu ada huruf ‘double U’ (W), padahal kalau ngomong huruf, kan belum ada kata. Makanya kesetiaan dan konsistensi pemerintahan tidak laku karena kebiasaan tidak setia pada suku kata.”

“Kalau pikiranmu beku, kamu bakal gampang sakit, gampang turun daya tahannya. Tapi kalau fresh, bakal sehat. Meski pake hijab, makin jazzy, makin cantas suaranya, makin subur rahimnya.”

Ada dua kata dari Bahasa Arab, yakni siyasah (politik peperangan) dan aql (yang paling mulia dalam manusia).Ya’qiluun begitu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi ‘mengakali’, padahal artinya adalah melihat obyek dengan sebaik-baiknya, sebuah perbuatan terbaik yang terlahir dari pengamatan terhadap sesuatu.

“Dalam Bahasa Indonesia kata ini sudah hancur lebur. Sekarang kita tahunya mengakali itu mencurangi, ngapusi, memperdaya. Padahal akal adalah sebaik-baiknya bahan bagi manusia untuk membangun.”

“Kalau tidak bisa menghayati Al-Qur’an, nikmatilah. Kalau tidak bisa menikmati, hormatilah. Kalau tidak bisa menghormati, dengarkanlah.”

Cak Nun meminta lampu dipadamkan, kemudian ngaji tiga ayat dari Surah Al-Baqarah, dengan mengulang-ulang ‘Alif Lam Mim’-nya.

Alif lam mim thok saja itu nggak habis. Kalau itu kamu pake, seluruh Al-Qur’an dapet. Kamu merdeka untuk menelusurinya. Makanya tadi tak bolan-baleni. Cukup dengan dzalikal kitabu laa roiba fiih ini Anda pegang, seluruh masalah Indonesia selesai.”

“Sekarang ini, kepada siapakah DPR minta ilham untuk melahirkan hukum-hukum yang benar? Pernahkah Tuhan dilibatkan? Pernahkah Presiden sholat istikhoroh sebelum press conference? Memangnya aneh? Tapi ternyata memang dia bukan presiden. Dia orang yang sedang menggunakan jabatannya untuk kepentingan prbadi. Sekarang ini, tugasnya Anas adalah tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Kamu mau menyelamatkan kariermu ataukah berani mengambil takaran hidup dan mati dalam hidupmu? Kamu buka secara taktis dan bertahap siapa-siapa yang memang bersalah. Meskipun telat, tapi ya nggak papa. Seharusnya ya duul jauh-jauh hari sebelum tertangkap. Tetap akan menjadi trigger sejarah.”

“Saya nggak bisa ngomong sama Anda, nanti kayak sprindik. Karena prosesnya masih berjalan, saya tidak boleh secara etis dan tidak baik secara strategis untuk mengungkapkan ini.”

Sebelum masuk ke sesi diskusi lebih lanjut, Mas Beben mempersembahkan satu band dari Komunitas Jazz Kemayoran yang baru saja tampil di Starbucks Karawaci. Bexa and Friends mempersembahkan All of Me, Beautiful-nya Cherrybelle, dan Sik Asik.

“Dalam jazz, setiap pengucapan tak pernah sama,” ujar Mas Beben, “Cak Nun adalah jazzer sejati. Bahkan sesepuh jazz manapun tak pernah ada yang berkata seperti apa yang dikatakan oleh Cak Nun, bahwa jazzer adalah pejalan tasawuf.”

“Saya punya satu keheranan kenapa orang Inggris menyebut bunyi letusan pistol dengan ungkapan ‘Bang bang!’ padahal bunyi yang paling dekat adalah Dor,” Mas Erik yang mendalami typography mulai mengawal jalannya diskusi, “Lalu sekarang banyak yang menulis Insya Allah dengan ‘InshaAllah’. Kalau sh adalah syin, shod-nya pakai apa? Anehnya sudah dari awal. Tsa pake th, yang juga digunakan untuk pelafalan kata ‘the’. Kalau shod pakai s, lalu apa bedanya dengan sin? Anehnya kita ngikut saja. Kata orang sana tradisi ini disebut sebagai Globish, Global English. Ini masuk tanpa revisi dan tanpa kita sadari.”

“Malam ini kita diajak oleh Cak Nun untuk kembali berpikir. Paling tidak kalau pada kata saja kita sudah tak peduli, apalagi pada definisi. Definisi apa yang tidak rusak di Indonesia? Kemiskinan, kebersihan, dan banyak hal lainnya.Kita absurd dalam urusan kebersiha. Baju putih kena getah kita anggap kotor, sementara kalau kena sablon tidak kita anggap kotor. Begitu saja kita menerima peristiwa-peristiwa yang lewat tanpa peduli dan ‘mengakali’-nya. Kita cuek terhadap apa yang menggelitik.”

“Saya ingin merespon ini supaya baku. Saya ini bukan mau ngatur Anda, tapi saya ini sebagai orang tua yang mau ngasih piweling kepada anak-anak muda.Kalau tidak pake rumus ini, kamu sakit. Kalau nggak sakit fisik, ya sakit pikiran. Kalau nggak sakit pikiran ya sakit hati. Kalau nggak ya sakit nasibmu.”

“Pokoknya sin itu s. Di Bahasa Indonesia ada berapa macam s? Di Arab ada 4 macam :sin, shod (gabungan s dengan h), syin (gabungan s dengan y), tsa’ (s tapi lebih dekat dengan t). Kalau Anda melanggar ini, pikiranmu sakit, tubuhmu gampang kena komplikasi. Lihat saja hidupnya, lihat perutnya, dadanya, onderdil hidupnya.”

Di Jawa ada d dan ada dh. Bahasa Arab mengenal 3 macam :dal, dzal, dho’, dhod. Dzal sama dengan pelafalan there. Yang benar itu dzikir, bukan zikir.Dzikir itu ingat, zikir itu kelamin. Dho’ itu d samah, lebih tebal daripada dzal. Kalau dhod itu mendal.

“Kalau sekarang mau pakai Globish, silahkan sakit. Kamu pikir masyarakat dunia? Kamu pikir sehat masyarakat dunia? Jangan percaya rokok itu tidak sehat. Yang tidak sehat itu caramu merokok dan tidak merokok. Seperti juga syirik, yang tidak terletak pada bendanya, melainkan terletak pada konsep berpikirnya.”

Lainnya

Saling Bersanad Dalam Lesatan Jalur Kenabian

Saling Bersanad Dalam Lesatan Jalur Kenabian

Lapis-Lapis Khataman Qur’an

Pukul 20.20 WIB KiaiKanjeng sudah menempati panggung dan langsung menyapa ragam wajah rindu para jamaah dan hadirin dengan nomor Kenduri Sholatullah.