CakNun.com

Mimpi, Kerja Keras, dan Mlungsungi

Muhammadona Setiawan
Waktu baca ± 3 menit

Namanya Bilqis Binar Tamaraya. Atau saya biasa memanggilnya Icis. Seorang mahasiswi jurusan teater ISI Yogyakarta, asal Gemolong. Yang tidak lain mantan murid saya ketika SD dulu (hehehe). Belum lama ini Bilqis terlibat dalam pementasan Drama Mlungsungi karya Emha Ainun Nadjib bersama Reriungan Teater Yogyakarta yang digelar di Concert Hall TBY pada tanggal 25-26 Maret 2022 lalu.

Bilqis, kedua dari kiri, berkostum biru. Foto: Arul.

Sebagai sesama Wong Gemolong, tentu kami bersyukur dan bangga dengan apa yang Bilqis capai. Ia memperoleh kesempatan langka untuk sinau ilmu teater (sekaligus ilmu urip) kepada para senior, sesepuh, hingga sang maestro. Dan saya pun tertarik untuk tahu lebih banyak perihal keterlibatan Bilqis selama berproses (baik latihan maupun pentas) berteater bersama para seniman di lingkungan Kadipiro. Melalui pesan WA kami bertanya jawab.

Q: “Awalnya gimana kok bisa gabung latihan teater di Kadipiro?”

A: “Awal mula tahun 2020, saya dipertemukan oleh pak Agus Seteng. Salah satu teman Ibu (Ibunya Bilqis alumni seni rupa ISI Yogyakarta) yang berkecimpung di dunia teater. Lalu kami berbincang-bincang tentang teater. Selang beberapa waktu, saya dapat WA untuk datang ke Kadipiro rumah Maiyah oleh pak Seteng.”

“Saat itu di Kadipiro tengah berlangsung proses Sunan Sableng dan Paduka Petruk. Saya diperkenalkan dengan sutradara Pak Jujuk Prabowo. Setelah saya mencoba beberapa gerakan (olah tubuh, eksplor tubuh), saya mendapat kesempatan diikutsertakan dalam proses tersebut sebagai Zalinbur. Proses berjalan lancar, namun saat mendekati waktu pentas terhalang oleh pandemi waktu itu.”

Q: “Sudah ikut berapa judul pementasan, apa saja?”

A: “Saya mengikuti 3 pementasan. Pertama, lakon Sunan Sableng dan Paduka Petruk (tidak jadi dipentaskan karena Covid-19). Kedua, Papat Petruk Lima Sableng (sebagai Santriwati). Dan ketiga Mlungsungi (sebagai Lalu-Lalang). Saya juga pernah ikut pentas menari pas rutinan Mocopat Syafaat di Kadipiro.”

Q: “Gimana rasanya memainkan teater yang naskahnya ditulis langsung oleh seorang seniman besar Emha Ainun Nadjib?”

A: “Rasanya bangga sekali. Senang, bahagia, dapat bertemu dan berguru kepada orang-orang yang sudah ternama.”

Q: “Ada pengalaman menarik apa selama latihan di Kadipiro?”

A: “Sebenarnya semua kegiatan yang telah dilalui itu menarik bagi saya. Sebagai seorang yang paling muda, saya berguru kepada para senior yang sebelumnya untuk menyapa pun saya takut. Tapi ternyata semua welcome kepada orang yang awam seperti saya. Mereka (para senior) adalah pribadi yang baik, seneng guyon, dan nama saya dapat diingat mereka itu sudah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya.”

Q: “Nilai atau pelajaran apa yang kamu dapat selama proses latihan dan pementasan Mlungsungi?”

A: “Bisa bertemu, berkumpul, berinteraksi, berproses dengan para sesepuh/senior teater Yogya di pementasan ‘Mlungsungi’ ini adalah pelajaran sekaligus pengalaman yang luar biasa. Selama di Kadipiro saya merasakan rasa paseduluran yang akrab seperti keluarga yang kurindukan. Kehangatan yang saling mendukung membuat saya semakin jatuh cinta untuk berkecimpung di dunia teater yang sejak kecil (SD) sudah memanggil jiwaku. Teater adalah ‘taman mimpiku’. Untuk itu saya bersyukur bisa berproses di pementasan Mlungsungi ini. Besar harapan saya agar dapat terus diajari, dan dibimbing hingga memperoleh berkah serta manfaat dari proses panjang perjalanan hidup ini. Semoga Allah meridhoi.”

Membaca kalimat terakhir Bilqis, air mata saya mbrebes mili. Saya tahu benar siapa dia. Sejak kecil, sejak SD ia sangat menonjol dalam bidang seni. Mulai dari menggambar, menari, hingga berseni peran. Bakat alami itu terus ia kembangkan saat masuk bangku SMP, SMA, hingga kuliah sekarang. Meski banyak yang mencibir, meremehkan, hingga berupaya menjatuhkan mentalnya, Bilqis tetap bulat pada niat dan tekadnya. Ia percaya bahwa mimpi demi mimpi yang diraihnya sampai saat ini adalah berkat doa orangtua dan kerja keras. “Saya nggak terlalu ‘percaya’ bakat sih mas. Yang paling penting kerja keras!” tuturnya.

Dan pada Sabtu tanggal 16 April besok, Drama Mlungsungi akan dipentaskan di Majelis Padhangmbulan, Mentoro, Sumobito, Jombang. Bilqis pun ikut serta kesana. Doa kami, semoga pementasan esok berjalan lancar, serta membawa manfaat dan semangat bagi semua (Bilqis terutama) akan pentingnya proses panjang kerja keras. Bertumbuh, dan bertambah kualitas dari waktu ke waktu untuk memperbarui diri (mlungsungi) lebih baik lagi, lagi, dan lagi.

Gemolong, 14 April 2022

Lainnya

Dewi Wapah: Beruntung Tinggal di Yogyakarta

Dewi Wapah: Beruntung Tinggal di Yogyakarta

Perempuan ini merasa sangat beruntung. Setelah menikah dengan seorang lelaki asal Yogyakarta, ia pun sejak 12 Januari 2016 menetap di kota yang sudah terkenal sebagai gudangnya seniman.

Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin
Drama Mlungsungi #13

Drama Mlungsungi #13

Mindset pemrosesan MLUNGSUNGI tidak mengikatkan diri pada prinsip atau teori teater modern maupun tradisional....

Redaksi
Redaksi

Topik