Ta’dib dan Pendidikan Saktemene
Jum’at malam, 17 September, sembari menunggu kegiatan Ta’dib Pesantren Padhangmbulan yang memasuki tahap kedua: ekspresi, harmoni, dan kerja sama, saya berkesempatan ngobrol bersama Cak Dil. Ditemani Pak Irwan dan Pak Pril kami berbincang soal pendidikan.
Cak Dil kembali menekankan empat proses daur pendidikan yang diadopsi dari budaya pertanian. Empat daur itu adalah pertama: cek dan perbaikan media tumbuh; kedua: semai tanam; ketiga: asuh rawat, dan keempat: petik hasil. Misalnya tahap pertama, cek dan perbaikan media tumbuh bisa ditransformasikan untuk proses pendidikan. Bagaimana aplikasinya dalam proses belajar?
Pada tahap itu kita melakukan conditioning untuk menciptakan atmosfer belajar yang kondusif. Salah satu indikator atmosfer belajar yang baik adalah adanya porositas komunikasi. Istilah porositas diambil dari bidang pertanian untuk yang menunjukkan adanya ruang fungsional tubuh tanah dengan lingkungannya.
Bagi orang awam dalam dunia pertanian saya membayangkan porositas tanah adalah pori-pori tanah yang membentuk ruang kosong. Pada ruang kosong itulah tanah menyediakan ruangan untuk bernafas.
Tidak berbeda dengan porositas tanah, atmosfer belajar pun memerlukan pori-pori untuk bernafas. Menjalin komunikasi dua arah antara santri dan pembina, memberikan kebebasan berpendapat, menerima santri atau siswa secara apa adanya sebagai manusia, menghargai personalitas merupakan porositas atmosfer belajar yang melegakan.
Sebaliknya, porositas akan tertutup, pori-pori tanah akan memadat sehingga oksigen jadi minus manakala guru, pembina, pembimbing menjadi “pupuk kimia” yang mengintervensi secara semena-mena porositas belajar. Situasi belajar menjadi kekurangan oksigen. Siswa merasa tertekan, takut lalu frustrasi.
Kondisi psikis yang tidak sehat itu menunjukkan kadar pH (power of hydrogen) tidak stabil. Terdapat dua kemungkinan atas ketidakstabilan proses belajar: pH terlalu tinggi dan/atau terlalu rendah. Semakin tinggi pH atmosfer belajar, santri atau siswa akan semakin sulit menyerap “unsur hara” nilai-nilai pembelajaran. Demikian pula semakin rendah pH atmosfer belajar, santri atau siswa akan semakin mudah keracunan “unsur logam” hal-hal negatif.
Kita bisa merefleksikan kesadaran pH pada atmosfer komunikasi di masyarakat. Kita tengah berhadapan dengan dua kutub ekstrem pH: kutub yang mati-matian membela kebenaran kelompok dan golongannya akibat pH terlalu tinggi, serta kutub yang sangat mudah diracuni “unsur logam” popularitas, kekayaan dan kekuasaan akibat pH terlalu rendah.
Ringkasnya, kita berada di tengah situasi pergaulan ekonomi, politik, budaya dan agama yang porositasnya padat bergumpal-gumpal dan tingkat asam basa pH-nya naik turun tidak karuan.
Oleh karena itu, Ta’dib Pesantren Padhangmbulan berupaya mengembalikan pendidikan yang saktemene, pendidikan substantif yang sungguh-sungguh menyentuh akar keseimbangan. Yang kembali pada kesederhanaan berpikir bahwa untuk menemukan kembali keutuhan manusia kita bisa mengerjakannya melalui formula yang sederhana pula.
Untuk belajar ekspresi, harmoni dan kerja sama misalnya, kita tidak mendiktekan narasi “ekspresi yaitu”, “harmoni adalah”, “kerja sama ialah”. Yang kita kerjakan adalah mengajak para santri memasuki atmosfer belajar di mana mereka terkondisi secara alami untuk mengalami ekspresi, harmoni dan kerja sama. Hasilnya adalah ekspresi dan harmoni musik kothekan yang terjalin melalui kerja sama kelompok.
Mereka tidak semata-mata belajar musik. Kentongan dijadikan sebagai salah satu media bunyi dan musik ditempatkan sebagai metode untuk memasuki pengalaman ekspresi, harmonisasi, dan kerja sama.
Outcome dari Ta’dib Pesantren Padhangmbulan sudah pasti bukan deretan angka atau nilai lazimnya sekolah formal menandai hasil belajar dengan buku rapor, melainkan buah masa depan (petik hasil) yang bermanfaat bagi lingkungan dan sesama. Ta’dib Pesantren Padhangmbulan juga tidak menempatkan para santri sebagai gelas kosong yang dituangi minuman. Tugas utama pembina dan pendamping adalah memastikan porositas, pH, serta sejumlah variabel daur proses pendidikan berjalan optimal dan alamiah.
Ini bukan dalam rangka Ta’dib Pesantren Padhangmbulan menawarkan pendidikan alternatif, atau apalagi menggelorakan semangat merdeka belajar. Bukan. Pendidikan saktemene ya memang seperti itu.
Kita akan mendiskusikan, mendalami, dan menyelami nilai-nilai pendidikan itu pada Pengajian Padhangmbulan, Selasa, 21 September 2021, di desa Mentoro Sumobito Jombang.
Jagalan, 20 September 2021.