CakNun.com

Kenduri Cinta: 25 Tahun dan Terus Berjalan

Kenduri Cinta edisi Juni 2025
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 15 menit
Dok. Kenduri Cinta

DUA PULUH LIMA tahun adalah waktu yang tidak sebentar. Dalam perhitungan manusia, usia itu biasa disebut sebagai titik awal kedewasaan—masa di mana seseorang mulai menentukan arah hidupnya. Dalam konteks ruang komunal seperti Kenduri Cinta, 25 tahun bukan sekadar hitungan waktu, melainkan sebuah momentum reflektif merenungkan apa yang telah ditanam, dirawat, dan dipetik bersama. Di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, Kenduri Cinta tetap eksis sebagai ruang dialog yang egaliter, tempat berbagi cinta, kritik, dan harapan yang terus bergema.

Pada tanggal 13 Juni 2025, tepat 25 tahun setelah penyelenggaraan perdana Kenduri Cinta pada 9 Juni 2000 di Lapangan Parkir Taman Ismail Marzuki, Kenduri Cinta edisi 257 menjadi penanda ulang tahun yang istimewa. Ini bukan hanya perayaan biasa, tetapi sebuah bentuk penghikmatan atas perjalanan panjang tradisi Maiyah di Jakarta yang tak pernah mengenal batas identitas. Selama seperempat abad, Kenduri Cinta terus menjadi wadah bertemunya berbagai lapisan masyarakat, dari tokoh intelektual, seniman, akademisi, hingga masyarakat umum yang mencari ruang untuk menyambung rasa, pikiran, dan jiwa.

Di tengah dinamika sosial dan politik yang semakin kompleks, Kenduri Cinta menjadi oasis spiritual dan intelektual yang langka.

Kehadiran jamaah yang memenuhi Plaza Teater Besar malam itu menjadi bukti bahwa Kenduri Cinta masih relevan dengan zaman. Jamaah datang bukan sekadar mencari ilmu dan hiburan, tetapi untuk pulang ke rumah-rumah yang dibangun bersama, di mana setiap suara dihargai, setiap hati didengarkan, dan setiap pertemuan membawa pemaknaan tersendiri.

Durasi persiapan teknis memang jauh lebih pendek dari biasanya, sebagai bentuk penyesuaian terhadap agenda Jakarta Future Festival (JFF) yang diselenggarakan dari tanggal 13-15 Juni 2025. Pukul 18.00 WIB, sound system baru di-setting, backdrop belum terpasang, bahkan lampu penerangan tenda juga belum selesai disiapkan. Namun, itu semua tidak menurunkan antusiasme jamaah yang hadir sejak sore hari. Sesaat setelah penggiat memasang photo booth, yang khusus dipersiapkan di momen 25 tahun ini, beberapa jamaah langsung memanfaatkan untuk mengabadikan momen istimewa hari itu.

Juga bagian dari penyesuaian dengan JFF, rangkaian acara dimulai dengan sholawat pukul 20.00 WIB di Masjid Amir Hamzah karena kegiatan di area Plaza Teater Besar baru bisa dimulai pukul 21.00. Jamaah melingkar, melantunkan sholawat dengan khidmat. Setelah itu, jamaah kembali ke area panggung utama di Plaza Teater Besar, dengan lokasi yang sama seperti biasa, namun nuansa panggung yang lebih segar dengan dominasi warna putih, memberikan energi baru tanpa mengurangi esensi utama Kenduri Cinta.

Maiyah adalah gelombang yang menyatukan mereka yang ingin belajar menjadi manusia — belajar bersama mengurai realitas kehidupan yang multidimensi tanpa sekat guru-murid.

Pukul 21.00 WIB, Mizani dan Rizal naik panggung, menyapa jamaah sekaligus mengajak Lahila tampil. Mengawali penampilannya, Ame dan Niko berbagi rasa syukurnya karena mendapat kesempatan untuk bersentuhan dengan Kenduri Cinta dan mengisi panggung di edisi spesial hari itu. Lahila membuka penampilannya dengan deretan lagu yang begitu dekat dengan hati jamaah: Wakafa, Ruang Rindu, serta Cinta Buta. Di tengah alunan musik, Yovie Widianto turut duduk bersama jamaah. Lahila berimprovisasi membawakan Janji Suci sebagai bentuk sambutan hangat bagi Yovie.

Menyambung penampilan Lahila, Wahyu membacakan puisi Renungan Ilir-Ilir karya Cak Nun, diiringi oleh keyboardist Lahila. Suasana menjadi semakin khidmat.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Paseban Majapahit Bukan Karya Manusia

Paseban Majapahit Bukan Karya Manusia

“Agar Dia menegakkan yang benar dan menghancurkan yang batil, meskipun orang-orang berdosa membencinya.” (QS Al-Anfal: 8)

Surat Al-Anfal ayat 8 menegaskan bahwa kebenaran bukan milik satu pihak yang digunakan untuk menafikan pihak lain.

Achmad Saifullah Syahid
A. Saifullah Syahid

Topik