Asah Spiritual Sesama Follower
Sudah hampir seminggu Mbah Nun pulang ke rumah. Recovery ternyaman dalam naungan keluarga. Setiap hari lewat japri — saya berkewajiban menjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang perkembangan Mbah Nun terkini: Semua baik-baik saja, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Insyaallah. Bismillah.
Di rumah Maiyah hampir setiap malam ada aktivitas. Teman-teman KiaiKanjeng mempunyai waktu yang luas untuk mengasah spiritual dengan beberapa jamaah Maiyah. Ini adalah waktu yang tepat — untuk “mensosialisasikan” laku Tawashshulan.
Jamaah Maiyah, yang ingin belajar diajari memimpin Tawashsulan dengan menjaga ketepatan, kelayakan, dan keindahannya. Walau kata Mbah Nun, Tawashsulan ini adalah ranahnya ijtihad. Ini adalah upaya hati untuk menemukan bentuk pendekatan dan kesetiaan kepada Allah dan Rasulullah. Tidak wajib kata Mbah Nun. Karena tidak ada perintah dari Allah langsung. Ini murni upaya kemahlukan kita kepada Sang Pencipta.
Akan tetapi, walau ranahnya ijtihad kalau kita tidak nganut dengan teks yang tertera, kita sedikit liar dalam berekspresi, juga apalagi ditambah dengan menafsir-nafsirkan sendiri — nanti ke depannya Tawashsulan ini akan menjadi semakin mencong dari karep Mbah Nun. Mbah Nun sendiri menyusun teks Tawashshulan dengan struktur dan konsep tersendiri yang harus dipahami oleh kita semua.
***
Di samping asah spiritual, di Rumah Maiyah juga ada diskusi-diskusi. Obrol-obrol ringan. Tentang apa saja. Suatu malam kami berbicara tentang kiprah Mbah Nun bersama teman-teman jamaah Maiyah. Sekali lagi bersama teman-teman Jamaah Maiyah. Kita semacam dialog. Reriungan. Mengupas tonggak-tonggak pemikiran Mbah Nun, dari Lautan Jilbab sampai ke Pak Kanjeng. Dan kegiatan ini boleh. Syah. Halal. Karena audiens yang hadir adalah Jamaah Maiyah. Akan jadi subhat bahkan haram kalau kami membahas ini di depan Halim HD atau M. Sobary misalnya. Karena sudah pasti beliau tidak kolu dengan Mbah Nun.
Sekarang ini peradaban follower. Kita harus mengerti ruang dan waktu. Jangan membahas kehebatan Manchester United di depan fans Liverpool. Hasilnya ketidakikhlasan. Nyinyir. Begitu juga ketika Anda antusias bercerita kehebatan Marquez di depan fans-nya Rossi. Juga kepada yang tidak suka Maiyah — ya jangan mengakses Maiyah. Nanti Anda misuh-misuh sendiri karena ketidakrelaan-ketidakrelaan. Hemat dan cerdaslah dalam mengakses.
Di tengah menulis ini, ada email masuk yang membuat saya merasa berguna untuk kehidupan.
“Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan saya anak rantau dari Magetan. Saya sehari harinya bekerja sebagai operator gudang ekspedisi dan nyambi sebagai ojol (shopeefood). Ada sebuah ritual yang saya lakukan sambil menunggu orderan shopeefood. Ritual tersebut membaca website caknun.com dan saat membaca atau setelah membaca tersebut biasanya saya langsung mendapatkan orderan. Tetapi hari ini tidak ada tulisan terbaru dari Dr. Eddot atau pun Cak Zakki. Dan hasilnya pun nihil belum mendapatkan orderan.
Mohon untuk Cak Zakki, Dr. Eddot atau siapa pun untuk menulis di caknun.com setiap hari supaya saya bisa melakukan ritual menunggu orderan. Terima kasih dan mohon maaf jika saya banyak permintaan.”
Arek-arek iso ae carane ngongkon wong nulis. Baca wirid ini, rek. Ini ijazah dari Mbah Nun:
اللهم ارزقنا يا رزاق
االهم اهدنا يا هادى
اللهم احفظنا يا حفيظ
(Allahummarzuqna ya Rozzaq/Allahummahdina ya Haadi/Allahummahfadhna ya Hafiidh)
Yogyakarta, Selasa, 22 Agustus 2023