CakNun.com

Bersandar Sejenak

Redaksi
Waktu baca ± 1 menit

Ini saat-saat yang tepat mendengar dan menyimak kembali nomor Tombo Ati Kiaikanjeng. Mencerna narasi Mbah Nun sebelum masuk ke lagu. Kami tulis kembali disini, barangkali bisa menjadi inspirasi baru kita untuk hari esok.


Kepada engkau yang menyimpan kesengsaraan dalam kebisuan.
Kepada engkau yang menangis karena dikalahkan,
atau karena disingkirkan, diusir, ditinggalkan atau karena sangat susah untuk ketemu dengan yang namanya keadilan.

Aku ingin bertemu ke lubuk hatimu saudara-saudaraku.
Untuk mengajakmu istirahat sejenak,
mengendapkan hati dan bernyanyi,
mengendapkan hati dan bernyanyi.

Saudara-saudaraku sesama orang kecil dipinggir jalan.
Sedulur-sedulurku di dusun-dusun, di kampung-kampung perkotaan.
Karib-karibku di gang-gang kotor, di gubug-gubug tepi sungai yang darurat.
Atau mungkin saudara-saudaraku di rumah-rumah besar,
di kantor-kantor mewah namun memendam kepedihan diam-diam.

Aku ajak engkau semua sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku.
Untuk menarik nafas sejenak…
Duduk bersandar…
Atau membaringkan badan…

Aku ajak engkau menjernihkan fikiran…
Untuk menata hati.
Menemukan kesalahan-kesalahan kita semua untuk tidak kita ulangi.
Atau meneguhkan kebenaran untuk kita perjuangkan kembali.

Ayolah saudara-saudara…
Rileks…

Lainnya

Tombo Ati Merambah Bak Truk

Tombo Ati Merambah Bak Truk

Almarhum Pak Kuntowijoyo, salah seorang cendekiawan muslim yang dihormati dan ditemani Cak Nun pada masa-masa sakitnya dengan dzikir Ya Kholiq Ya Baari’ Ya Mushawwir, menyebut di dalam bukunya, Muslim Tanpa Masjid, “dan dalam kesenian Emha Ainun Nadjib menunjukkan bahwa Islam itu universal.”

Selanjutnya ini secuil cerita.

Helmi Mustofa
Helmi Mustofa

Topik