CakNun.com
Daur-II200

Lari Dari Diri

Emha Ainun Nadjib
Dibaca < 1

“Dia hanya bingung dengan hidupnya”, Pakde Brakodin melanjutkan, “tidak bisa mengatasi. Soal pertentangan dengan orangtuanya, kuliahnya terbengkalai, belum bekerja. Lantas melarikan diri. Lari dari dirinya sendiri. Kemudian menemukan panggung yang nikmat dalam situasi psikologis yang serasa tidak berada di alam normal. Dengan pura-pura gila ia merasa merdeka dari tanggung jawab hidupnya…”

“Jadi bukan kerasukan Jin atau apa gitu, Pakde?”, Toling masih penasaran.

“Kerasukan masalah-masalah yang menekan dan membelitnya, memburamkan hatinya dan membuntu pikirannya”

“Itu selesai dengan Pakde kasih minum serta didoakan?”

“Tidak ada air yang bisa mengobati”, jawab Pakde Brakodin, “tidak ada doa yang bisa mengatasi masalah”

“Lho kok gitu Pakde?”, kejar Toling.

“Yang sanggup menyembuhkan dan mengatasi masalah adalah perkenan Allah melalui air itu, serta kedermawanan Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya”

Junit tertawa. “Dulu cukup lama lho kami berkesimpulan bahwa Mbah Sot beserta Pakde Paklik ini orang-orang sakti”

Pakde Tarmihim yang menanggapi dengan tertawa. “Ternyata bukan hanya sama sekali tidak sakti. Di pandangan para tetangga dan kebanyakan orang Pakde Paklik kalian hanyalah orang-orang tua yang naif, tidak jelas tujuan hidupnya, tidak jelas tempatnya, tidak pernah mengalami keberhasilan apa-apa…”

“Itu bukan hanya di pandangan masyarakat”, Pakde Sundusin lebih keras lagi tertawanya, “Bagi kami sendiri memang juga demikian. Ini bukan soal beda pandangan hidup, tapi fakta. Kalau ada orang datang minta tolong, kami kelabakan. Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah berpegangan pada Allah dan Rasulullah: misalnya melalui ayat-ayat Al-Qur`an, “yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy”. [1] (At-Takwir: 20).

Lainnya

Aku Ingin Mencium Kaki Cak Nun

Aku Ingin Mencium Kaki Cak Nun

Apa yang perlu saya banggakan lagi Cak?! Ketika mendengar ceramah-ceramah jenengan, bukan saja kebanggaan ini saja yang hilang, bahkan kehormatan saya pun tercerai berai diberangus keburukan diri yang mulai tampak jelas ketika jenengan berorasi.

Sri Narendra Kalaseba
Sri Narendra K.
Berat Hatiku Kepada Indonesia

Berat Hatiku Kepada Indonesia

Saya tidak berkeberatan dan tidak kecil hati melihat Indonesia dengan pemerintahnya, kaum intelektualnya, lembaga-lembaga penyangganya, para stakeholders-nya, semakin ke sini, semakin ke era-era mutakhir, semakin bergerak ke ujung waktu, semakin meremehkan Islam.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik