CakNun.com

Hidayah Penumpang Taksi

Kita para sopir taksi, dari berbagai perusahaan, berbagi wilayah. Demikianlah etika orang berusaha, serta demikianlah cara kita menjalankan amanat Tuhan untuk membagi alam dan dunia ini secara seadil mungkin.

Dengan kata lain, menjalankan etika bisnis, pada hakekat dan kenyataannya adalah menjalankan nilai Agama, alias mematuhi penuturan Allah di kitab suci.

Namun di setiap wilayah itu kita bersaing satu sama lain. Ada di antara kita yang suka menang sendiri atau menyerobot, mungkin karena dia tidak punya pengetahuan yang cukup luas tentang rejeki.

Ada juga di antara kita yang suka mengalah dan tidak bersedia gontok-gontokan. Mungkin karena ia memang orang lembek, hatinya tidak tegaan, atau karena dia yakin Tuhan sangat bersahabat dengan hambaNya yang berhati lapang kepada sesama manusia.

Karena Tuhan bersahabat dengannya, maka batas rejeki sopir taksi sahabat kita itu tidak dibiarkan terbatas pada perolehan dari penumpang, tapi juga dari kemurahan-kemurahan yang tak terduga. Kemurahan itu bisa datang dari luar urusan taksi, bisa juga melalui seorang penumpang yang dihidayahi Tuhan untuk bermurah hati kepadanya.

Lainnya

“Anak Pingit” dan “Anak Liar”

“Anak Pingit” dan “Anak Liar”

Pergeseran-pergeseran pola perilaku sosial budaya kaum muda Kota Yogya dewasa ini, kalau mau diamati dan dicermati sungguh-sungguh, tentu memerlukan “multimetoda” dalam sejumlah upaya penelitian.

Teater dan Masyarakat

Teater dan Masyarakat

MASYARAKAT tampaknya harus kita pahami sebagai ‘makhluk’ yang berlapis-lapis.

Sering disebut “masyarakat teater”: itu sebuah subkultur (sub-nya mungkin 2 atau 3 biji), yang lebih memaksudkan para pelaku kosenian teater.