Titik Triangulasi
Secara bergantian, trio LKMS melakukan dialog bersama teman-teman wakil lingkar dengan cair. Masing-masing wakil mengenalkan sejarah keberadaan lingkar beserta agenda kegiatan rutin, ada yang berkumpul bulanan ada pula yang melingkar mingguan.
Tiap lingkar ibarat pohon yang berbuah dan berbunga. Alangkah beragamnya tanaman yang tumbuh di kebun maiyah. Terdapat pohon yang merawat dan menemani pertumbuhan anak usia dini di desa-desa, ada pohon yang menjalin kepengasuhan di antara para pedagang, ada pula pohon yang menumbuhsuburkan giat-giat kemandirian diri.
Panggung MS terlihat penuh sesak. Berjejer narasumber dari tepi kanan ke ujung kiri. Spesial malam ini, Majelis Ilmu Kahuripan datang dengan paket lengkap. Komplet bersama kelompok musik gamelannya, membuat MS kian semarak namun tetap khidmat.
Alunan musik gamelan Kahuripan sepertinya tak mau kalah dengan pakdhe-pakdhenya di Kiai Kanjeng. Nomor-nomor khas Kahuripan dibawakan dengan apik oleh Kang Waluyo dkk. Sesekali Om Bobit dan Mas Ari Blothong ikut serta, berkolaborasi memperindah sajian Kahuripan.
Menjelang pukul 23.00 WIB, pemandu acara mempersilakan Mas Sabrang dan Pak Mustofa W Hasyim bergabung ke panggung untuk membersamai sinau bareng.
“Kita semua tahu, tapi bukan berarti kalau tahu itu siap. Apa yang dibawa oleh Mbah Nun itu nilai walaupun direpresentasikan dengan wadag. Bahwa kehadiran Simbah untuk memperkenalkan nilai. Maiyah akan mengalami transformasi ke depannya. Kita akan melihat mana yang pegangan sama Simbah yang di wadag, mana yang pegangan sama Simbah yang di nilai. Jika kita bicara tentang segitiga cinta, Simbah tidak ada di situ, karena Simbah itu nilai bukan koordinat,” Mas Sabrang menyiapkan lambaran diskusi untuk tema malam ini.
Suasana seketika hening belaka. Riuh dari hentakan-hentakan drum dan balungan gamelan mengendap menyisakan senyap. Apa yang disampaikan Mas Sabrang nampak sedang diresapi perlahan, pikiran teman-teman dibawanya menuju ke dataran kontemplatif.
Konsep segitiga cinta dielaborasi dengan amtsal titik triangulasi: untuk mencari koordinat tepat suatu titik, diperlukan minimal tiga titik referensi. Dalam kita mencari koordinat kebenaran atau solusi atas apa yang kita hadapi, kita gunakan segitiga cinta. Allah Swt. dan Rasulullah Saw. menjadi titik referensi keakuratan.
“Ini konsep yang sederhana namun tidak sesederhana itu, kita akan diskusikan secara detail. Orang-orang sering kali meminta langsung intinya saja. Di sini kita mengupas satu demi satu membahas detail. Tidak akan ada diskusi jika semua hanya mau inti-nya,” sambung Mas Sabrang.