CakNun.com

R Sudah Benar

Ahmad SM
Waktu baca ± 1 menit

Rabu sore tanggal merah kemarin saya di RS Sardjito. Jumpa teman yang lama nggak ketemu. Namanya Mas R. Ia datang bersama keluarga kecilnya. Jauh-jauh dari luar negeri.

Peluk-peluk lama. Khas habib-habib ketika berjumpa. Lalu kita mojok mencari tempat duduk. Langsung ia membuka obrolan.

“Mbah Nun bukan sekadar aset Bangsa Mas….” Saya langsung sadar. Ini pasti protes dengan tulisan saya kemarin: Jangan Cemburu dengan Mbah Nun. “Lanjutkan…,” sahut saya memberi ruang.

“Mbah Nun sedang istirahat. Terbaring di rumah sakit. Tidak omong apa-apa. Tidak menulis apa-apa. Tapi heboh dibahas orang. Media sosial saya bermunculan tentang Mbah Nun. Ada yang menghujat. Ada yang comment bermacam-macam….”

“Ini Mbah Nun lagi istirahat, Mas. Di rumah sakit. Tidak melakukan apa-apa. Ini kenapa pada heboh. Kenapa mereka? Mbah Nun sedang tidak bisa menyimak twitter grup Whatsaap dan facebook. Ada yang bikin di status WA-nya, di halaman Facebooknya yang berisi menyindir dan menghina Mbah Nun…. Terus tujuan menghujat itu apa? Wong jelas jelas nggak bisa dilihat Mbah Nun.”

Berapi-api juga nih beliau. Saya senyum-senyum saja. Mendengar dengan saksama. “Kalau bukan aset bangsa, apa menurut Sampeyan?” tanyaku.

“Beliau ini aset Manusia Mas. Aset manusia yang sesungguhnya…,” katanya. Saya iya-iya tok. Sambil terkantuk, ada yang mbisiki saya, “Dicari CN, Zak…” Saya loncat lari menuju beliau.

Lainnya

Seminggu Setelah Aksi Selesai

Seminggu Setelah Aksi Selesai

Spekulasi sekitar aksi

Sudah sepuluh hari pasca aksi massa massal di Jakarta dan di puluhan tempat lain di tanah air.

Aditya Wijaya
Aditya Wijaya

Topik