Nama Tuhan (2)
Nama tetap diperlukan dalam pergaulan antarmanusia, ketika seseorang harus berkomunikasi dengan sesamanya. Karena itu, nama adalah hasil kesepakatan bersama untuk tujuan komunikasi. Manusia sepakat memberi nama ‘gelas’ pada alat yang terbuat dari kaca dan digunakan untuk minum, misalnya. Dalam konteks ini bagi mereka yang percaya Kitab Suci, adalah Tuhan sendiri yang menamai diri-Nya dengan Nama-Nama seperti yang tertulis dalam Kitab Suci tersebut.
Tapi pada dasarnya manusia juga bisa menciptakan Nama bagi Tuhan sesuai dengan interaksi dan hubungannya yang intim dengan Tuhan, atau ia percaya bahwa Tuhan memiliki Nama tersebut meski tak disebutkan dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, Nama-Nama Tuhan tiada batasnya karena setiap kali Tuhan menciptakan entitas baru, relasi entitas baru tersebut dengan Tuhan membutuhkan Nama.