CakNun.com

Kebaikan Hari Ini adalah Tanaman Untuk Masa Depan Indonesia

Catatan Majelis Maiyah Kenduri Cinta ke-200, 12 April 2019
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 6 menit

Kenduri Cinta edisi April 2019 dilaksanakan pada 12 April 2019, hanya beberapa hari saja sebelum Pesta Demokrasi di Indonesia tahun ini dihelat. Apakah kemudian Kenduri Cinta terseret untuk membahas Pemilihan Umum 2019 menjadi tema utama? Kenduri Cinta justru mengambil tema yang sangat jauh dari hiruk-pikuk politik di Indonesia.

Al-Birr. Tema yang diangkat Kenduri Cinta bulan ini. Mbah Nun sudah berulangkali membahas bahwa Birrun adalah salah satu skala kebaikan yang ada dalam Islam. Dalam mukadimah Kenduri Cinta sudah dijelaskan ada istilah lain tentang kebaikan; Khoir, Ma’ruf, Birr, Ihsan dan Sholeh. Tema ini adalah tema yang lebih soft yang dipilih oleh Kenduri Cinta daripada memilih tema yang nyerempet tema politik. Dalam suasana seperti ini, Kenduri Cinta lebih memilih untuk menjadi katalisator di tengah polarisasi yang semakin meruncing akibat perbedaan pandangan politik yang terjadi saat ini.

Namun demikian, apa yang dibicarakan di Kenduri Cinta pun tidak mungkin terlepas dari pembahasan politik, namun tetap tidak menjadi pembahasan utama. Mbah Nun selalu menyelipkan pesan-pesan khusus kepada jamaah Maiyah untuk menjadi bekal menyongsong hari pemilihan umum 17 April. Seperti misalnya, Mbah Nun menjelaskan malam itu bahwa fungsi TPS adalah untuk menjaga kerahasiaan hak pilih dari setiap warga negara Indonesia untuk menentukan pilihan politik. Sikap bijak yang seharusnya kita bangun hari ini adalah untuk tetap merahasiakan pilihan politik, dan hanya mengungkapkan pilihan politik di hari pemilihan umum dan di dalam Tempat Pemungutan Suara saja.

Jawaban yang pernah disampaikan oleh Mbah Nun ketika ditanya apakah akan datang ke TPS pada 17 April 2019 nanti, salah satunya adalah bahwa Mbah Nun akan datang ke TPS dalam rangka urip bebrayan, menghormati panitia yang sudah mempersiapkan lokasi TPS. Tentang pilihan yang akan dipilih, menurut Mbah Nun hal itu menjadi salah satu rahasia dari hidup kita, cukup Allah dan malaikat saja yang mengetahuinya. Pada konteks ini, Mbah Nun sedang mengajarkan kepada kita bahwa ada hal-hal yang memang harus kita jaga sebagai salah satu aurat dalam hidup kita. Aurat bukan hanya sekadar bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain yang bukan mahram kita. Tetapi, salah satu aurat juga merupakan kerahasiaan pilihan kita dalam pemilihan umum.

Dari perspektif ini saja, kita mendapat salah satu aplikasi dari kebaikan itu sendiri. Bahwa salah satu kebaikan yang bisa kita lakukan adalah dengan cara datang ke TPS di hari pemilihan umum, bukan tentang siapa yang akan kita pilih, namun melainkan atas dasar rasa kasih sayang karena kita hidup bermasyarakat dan bertetangga dengan orang lain. Apakah itu termasuk dalam dimensi Al-Birr atau bukan, maka bukan kita yang menentukannya.

Malam itu, di Kenduri Cinta salah satu yang dibahas adalah kenapa kata Birr hanya digunakan dalam ibadah haji. Orang yang melaksanakan ibadah haji, salah satu doanya adalah semoga menjadi haji yang mabrur. Kata mabrur berasal dari kata birrun. Karena memang pencapaian mabrur dalam ibadah haji adalah pencapaian yang juga penuh dengan kerahasiaan. Posisi kita sebagai manusia yang melaksanakan ibadah haji adalah disemogakan agar dapat mampu mencapai titik mabrur tersebut dengan malaksanakan tahapan-tahapan ritual ibadah haji sesuai dengan apa yang sudah disyariatkan dalam ilmu fiqih Islam.

Begitu juga dengan konsep surga dan neraka yang diciptakan oleh Allah, jika kita tarik dalam sudut pandang kasih sayang, sebenarnya diciptakannya surga dan neraka juga merupakan aktualisasi dari Rahman dan Rahim-Nya Allah kepada manusia. Malam sebelumnya, Mbah Nun diundang oleh KPK untuk hadir dalam sarasehan budaya memperingati 2 tahun teror kepada Novel Baswedan, salah satu penyidik KPK yang mendapat serangan berupa siraman air keras ke wajah, yang kemudian berdampak pada daya penglihatannya. Acara sarasehan budaya di KPK malam sebelumnya sangat berkesan bagi Bang Novel, sehingga ia kemudian ingin merasakan kembali atmosfer Maiyahan di Kenduri Cinta.

Kesan pertama yang diungkapkan oleh Bang Novel tentang Kenduri Cinta adalah bahwa bagi Bang Novel Kenduri Cinta adalah sebuah forum yang luar biasa, yang menerima semua orang, tanpa ada batas. Berbicara tentang cinta, Bang Novel menyampaikan malam itu kepada jamaah Kenduri Cinta bahwa apa yang dilakukan oleh KPK dalam kaitannya menangkap para koruptor adalah dalam rangka mengungkapkan rasa cinta mereka kepada para koruptor, agar tidak semakin terjerembab dalam perbuatan korupsi.

“KPK itu sangat mencintai para koruptor. KPK berusaha menolong para koruptor dengan menangkapnya agar jangan melakukan korupsi lagi”, ungkap Bang Novel malam itu. Bagi Bang Novel, apa yang dilakukan oleh koruptor pada mulanya adalah mencoba melakukan sesuatu hal yang berlawanan dengan hati nurani; korupsi. Awalnya melakukan, lama-lama terbiasa, lalu terjebak dan tidak bisa keluar dari lingkaran korupsi. Satu-dua kali seseorang melakukan tindakan korupsi, maka semakin jauh ia melakukan korupsi, semakin sulit ia untuk melepaskan diri dari lingkaran korupsi. Adanya KPK tidak lain adalah dalam rangka menyelematkan koruptor agar tidak lagi melakukan tindak pidana korupsi.

“Ketika satu-dua kali seorang koruptor melakukan korupsi, mungkin Allah belum membuka aibnya sehingga ia belum ketahuan korupsi. Ketika sudah sekian kali korupsi, kemudian ia ditangkap KPK, bisa jadi itu adalah momentum Allah menyelamatkannya dari tindakan korupsi itu. Pada dasarnya, orang-orang di KPK menangkap koruptor adalah dalam rangka menyelematkan mereka agar tidak semakin terjebak dalam bahaya laten korupsi”, lanjut Bang Novel.

Bang Novel menceritakan fakta bahwa kehidupan seorang koruptor sebenarnya tidak nyaman meskipun ia bergelimang harta. Harta yang dikumpulkan dari hasil korupsi sama sekali tidak akan mampu menenangkan diri. Dari pengalaman yang pernah dialami oleh Bang Novel dalam menyidik sebuah kasus korupsi, tidak ada satu koruptor pun yang memiliki kehidupan yang nyaman, karena sejatinya harta yang dimiliki bukanlah harta yang baik, karena ia dapatkan dari tindakan korupsi.

Malam itu, Bang Novel juga mengungkapkan bahwa teror penyerangan yang ia alami merupakan salah satu takdir yang memang sudah Allah gariskan kepadanya. Apakah penyerangan tersebut juga merupakan salah satu ujian hidup? Bisa saja, menurut Bang Novel tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bahkan, kegembiraan, kebahagiaan, kesenangan pun bisa saja berupa ujian dari Allah jika kita tidak waspada.

Menanggapi hal tersebut, Mbah Nun menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada Bang Novel atas sikap hidup yang sangat teguh dalam menghadapi ujian hidup tersebut. Mbah Nun menjelaskan, seperti yang ditulis dalam esai Hutang Sejarah, bahwa barangsiapa berhutang maka ia akan ditagih. Penyerangan kepada Bang Novel merupakan salah satu bentuk hutang yang harus dibayar tunai, jika tidak maka akan tetap ada pihak yang menagih hutang tersebut agar dibayar lunas.

Sikap yang ditunjukkan oleh Bang Novel dinilai oleh Mbah Nun sebagai salah satu sikap untuk tetap menikmati karunia Allah. “Jangan sampai kehilangan ruang dalam menikmati segala karunia Allah”, ungkap Mbah Nun. Apa yang dilakukan oleh KPK adalah dalam rangka menjalankan kewajiban yang memang harus mereka lakukan. Dalam sudut pandang menunaikan kewajiban, teman-teman pegawai KPK melakukan pengabdian kepada Allah dalam rangka aplikasi memberantas korupsi di Indonesia. Lewat tengah malam, Bang Novel dan teman-teman dari KPK berpamitan.

Setelah jeda musik, Husein Ja’far diminta oleh Mbah Nun untuk mengelaborasi surat Al-Maidah ayat 54. Dalam ayat tersebut dibahas tentang kata murtad. Menurut Husein Ja’far, orang yang murtad adalah orang yang tidak istiqomah terhadap apa yang sudah diyakini olehnya. Ia berkhianat atas apa yang sudah ia yakini.

Mbah Nun turut menyambung uraian Husein Ja’far, bahwa jika kita memperluas makna murtad, maka orang yang murtad adalah orang yang melakukan apa yang seharusnya tidak ia lakukan dan ia tidak melakuan apa yang seharusnya dilakukan. Ada banyak dimensi dari penjelasan Mbah Nun ini. Misalnya, salah satu yang diungkapkan oleh Mbah Nun malam itu adalah, jika kita membela seseorang melebihi dari sikap pembelaan kita kepada Allah dan Nabi, maka itu juga termasuk dalam perbuatan murtad. Dan itu yang kita saksikan hari-hari ini, bagaimana banyak sekali orang-orang membela manusia lainnya, mendewakannya, bahkan sampai pada taraf menuhankannya.

Mbah Nun mengelaborasi tema Kenduri Cinta kali ini, bahwa Al-Birr adalah konsep kebaikan yang sangat inti, spesial, sakral, khusus, sangat privat dengan Allah. Maka kebaikan Haji itu sifatnya adaah kecintaan yang sangat mendalam kepada Allah. Kecintaan yang sangat mendalam itu ditanam dengan kemurnian jiwa para pelaku ibadah Haji itu sendiri.

“Aku menanam sesuatu untuk Indonesia besok nanti”, Mbah Nun merespons sebuah pertanyaan dari jamaah. Apa yang kita lakukan bersama di Maiyahan seperti Kenduri Cinta ini adalah dalam rangka melakukan kebaikan yang kita tidak tahu kapan akan memanen kebaikan yang kita tanam hari ini. Kita hanya memiliki modal keyakinan kepada Allah untuk menyelenggarakan Maiyahan yang berlangsung hampir setiap malam dalam berbagai skala. Mbah Nun menjelaskan bahwa Allah tidak menuntut kita untuk sukses, tetapi yang dituntut oleh Allah kepada kita adalah kesetiaan kita untuk berjuang tanpa henti.

Suasana Kenduri Cinta selalu penuh dengan kegembiraan. Menjadi sebuah oase bagi setiap orang yang hadir. Namun kegembiraan malam itu harus segera diakhiri, tidak terasa waktu sudah menunjukkan hampir jam 4 pagi. Mbah Nun memuncaki Kenduri Cinta edisi April 2019 kali ini dengan mengajak seluruh jamaah melantunkan shalawat Alfu Salam.

Lainnya

Topik