CakNun.com

Maa Adroka Maa Suluk Surakartan

Mukadimah Suluk Surakartan Juni 2018

Maiyah. Demikian nama sebuah forum yang sangat popular pada dekade ini. Di berbagai kota besar, bahkan dalam skala-skala kabupaten, banyak diselenggarakan forum yang kita kenal dengan Maiyahan dengan nama khasnya masing-masing.

Forum ini sebenarnya sudah dimulai sejak medio dekade 90-an oleh keluarga KH M. Abdul Latif dan Nyai Hj. Chalimah di pedalaman desa Menturo, Sumobito, Jombang. Forum ini diinisiasi oleh putra-putri beliau, terutama oleh sosok yang hingga kini masih tetap tampil membersamai kita, Muhammad Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun.

Ada apa dengan Maiyah? Mengapa Maiyah mendadak dibahas kembali dalam mukadimah ini? Suatu ketika Cak Nun pernah berdialog dengan seseorang yang penasaran dengan Maiyah. Kira-kira percakapannya seperti ini (dalam parafrase kami).

“Cak, setelah Maiyahan ini nanti akan ada apa?”

“Ya, setelah Maiyahan ini pulang. Besok bulan depan datang lagi.”

“Nggak gitu Cak. Maksud saya, Maiyahan ini ke depannya mau gimana?”

“Lho ya nggak gimana-gimana. Ya akan seperti ini, kita duduk bersama, diskusi dan belajar bareng. Lalu pulang. Bulan depan datang lagi.”

“Maaf Cak, maksud saya itu visi misi Maiyah ke depannya itu lho.”

“Mas, sampeyan ini kok tidak memercayai kemurnian mas. Kita hadir dan berkumpul di sini dengan sebuah kemurnian. Saling bersaudara, bergembira, dan belajar bersama. Mosok sampeyan masih bertanya tujuannya untuk apa.”

Demikian kira-kira potongan percakapan itu. Tentu tidak persis benar uraian parafrasenya. Tetapi kita bisa menyerap esensi dari percakapan beliau dengan salah seorang jamaah tentang Maiyah.

Berawal dari forum itulah, kemudian orang-orang yang dulu sudah ngangsu kawruh di Majelis Ilmu Maiyah Mocopat Syafaat, akhirnya merintis forum yang serupa di kota Solo. Berbekal niat dan prasangka baik atas apa yang dipahami dari Maiyah, lahirlah Suluk Surakartan sebagai forum Maiyahan rutin di kota Solo dan sekitarnya.

Nama Suluk Surakartan sendiri adalah hadiah dari Cak Nun. Kata “Suluk” merepresentasikan harapan agar siapa pun yang bergabung di forum ini mau melakukan “perjalanan komprehensif” secara spiritual dalam hidupnya. Bagaimana dengan kata “Surakartan”? Pertama-tama tentu ia mewakili nama dari daerah asal forum ini, Surakarta. Tapi lebih luas lagi bahwa nama “Surakarta” sendiri merupakan pintu untuk membuka cakrawala kita jika dipelajari lebih dalam.

Suluk Surakartan diharapkan dapat turut menghantarkan kita dalam memantik jalan keluar atas masalah-masalah kehidupan kita hari ini. Ia adalah pintu untuk menggali masa lalu tentang leluhur kita yang disebut-sebut sangat adiluhung. Masa yang konon disebut-sebut lebih baik daripada zaman ini. Orang-orang sepuh sering mengulang-ulang hal itu, bagaimana generasi milenial cenderung mulai kehilangan subasita dan tata kramanya.

Namun demikian, tidak bijaksana jika kenyataan hari ini selalu membuat kita kecewa karena tidak sebaik masa lalu yang adiluhung itu. Tidak baik menyalah-nyalahkan keadaan hari ini. Bukankah ia juga bagian dari ketentuan Allah? Maka dari itu, tugas kita adalah mengambil inspirasi masa lalu untuk menemukan kebijaksanaan hidup di hari ini. Sebab kita hidup di hari ini dan harus menorehkan kebaikan untuk sesama dan generasi di masa depan. Mari kita segera “move on” untuk menjalankan “titah Tuhan”.

Dengan bermaiyah ini, semoga kita benar-benar bisa melahirkan paseduluran yang murni dan kegembiraan yang sejati. Sebab di luar sana, kita terlalu banyak bertemu dengan pengkhianatan, kebencian, dan kesedihan yang memilukan.

Lainnya

Sindikasi Kebaikan

Sindikasi Kebaikan

Indonesia kini dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah atas, dari sebelumnya negara berpenghasilan menengah bawah.

Peteng

Peteng
Neither Nor

Neither Nor

Dalam hidup yang penuh dengan pilihan-pilihan, kita dituntut untuk menentukan pilihan.

Salam

Salam