CakNun.com
Khazanah khusus untuk Jamaah Maiyah

Manifestasi Keajaiban

(Madhharal Aja’ib)

Iblis dan Dajjal Dipahami sebagai Dongeng atau Hantu

Kehidupan ummat manusia dan khususnya bangsa Indonesia sudah sepenuhnya terkungkung dalam cengkeraman kuasa Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj.

Iblis berikhtiar dan memodifikasi kreativitasnya sepanjang zaman hingga Kiamat. Dajjal menata batu-bata bangunan tipudayanya kepada jiwa dan intelektualitas manusia sejak abad 16, menyempurnakan kelengkapan bangunannya di era Globalisasi abad 20. Ya’juj Ma’juj memimpin dan menguasai pemilikan dan sistem pasar liberalnya yang di abad 21 ini telah menyempurna di puncaknya.

Semua fungsi dan peran ketiganya dipahami oleh manusia modern dengan nama, istilah atau idiom yang mereka bikin sendiri. Sehingga karena kecenderungan utama manusia sedunia tidaklah berpikir substansial dan esensial, maka mereka terkamuflase atau terperdaya oleh ilmu pengetahuannya sendiri. Itu membuat mereka seakan-akan tidak mengenal Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, meskipun mereka sangat mengalaminya.

Saya ulangi dan tegaskan:

Kehidupan ummat manusia dan khususnya bangsa Indonesia sudah sepenuhnya terkungkung dalam cengkeraman kuasa Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj. Iblis berikhtiar dan memodifikasi kreativitasnya sepanjang zaman hingga Kiamat. Dajjal menata batu-bata bangunan tipudayanya kepada jiwa dan intelektualitas manusia sejak abad 16, menyempurnakan kelengkapan bangunannya di era Globalisasi abad 20. Ya’juj Ma’juj memimpin dan menguasai pemilikan dan sistem pasar liberalnya yang hari ini telah menyempurna di puncaknya.

Tetapi para ilmuwan Agama mempertanyakan klaim itu dan menyatakan tidak ada sanad ilmunya, tidak ada Kitab rujukannya. Para akademisi ilmu modern juga menolak itu karena tidak memenuhi syarat sebagai kebenaran ilmu dan fakta ilmiah. Maka kedua golongan itu, dan dipercaya serta dianut oleh sebagian besar ummat manusia di dunia, mengkategorikan informasi tentang Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj sebagai takhayul, khurafat, bid’ah informasi, klenik, dongeng, fatamorgana dan halusinasi.

Tetapi justru itulah bukti fundamental dan substansial kebenaran ungkapan di atas bahwa kehidupan ummat manusia dan khususnya bangsa Indonesia sudah sepenuhnya terkungkung dalam cengkeraman kuasa Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj.

Allah hadir kepadamu, mengakui keberadaanmu sehingga menawarimu untuk mensyahadati-Nya kemudian bermuwajjahah satu sama lain dalam kehidupan. Tapi kalau Iblis, Dajjal dan Ya’juj Ma’juj datang kepadamu tetapi bersembunyi dari kesadaranmu. Mereka mempengaruhimu, mengkontaminasi jiwa, akal dan hatimu, tetapi mereka merahasiakan kehadiran dan perannya. Mereka merusak dan menghancurkan kehidupan manuaia, serta memanipulasi silaturahmimu dengan ilmu sejati dan eksistensi Allah, dengan cara bersembunyi di balik kata-kata manusia sendiri: dongeng, halusinasi, takhayul, khurafat. Iblis dan Dajjal amat sukses dengan visi misinya atas manusia.

Salah satu pencerminannya adalah banyaknya karangan kesenian, utamanya film, yang mencoba merepresentasikan Iblis (Demon), Dajjal, Ya’juj Ma’juj atau Aliens, yang diaspirasikan sebagai semacam hantu-hantu dengan penggambaran yang sangat kampungan, tidak kreatif dan tanpa pengetahuan spiritual.

Hidayah Besar atau Tanazzul Keajaiban

Siapapun akan memahami ini apabila sudah membebaskan diri dari persangkaan bahwa fakta kehidupan adalah pada “branding”nya, simbolisme materialnya, nama, idiom dan istilah formalnya atau nomenklatur keilmuannya – yang dengan amat mudah menipu dan menjebak manusia. Tidak. Fakta kehidupan manusia terletak pada arus nilai yang menghanyutkannya, sebab-akibat yang melempar-lemparkannya, serta pada mekanisme sistemik dan strukural yang menyanderanya.

Sedemikian rupa sehingga hari ini ummat manusia tidak akan sanggup melakukan perubahan yang fundamental menuju kemaslahatan masa depannya. Manusia sudah tersandera total oleh akibat dari kesemberonoan dan ketidakwaspadaan nilai peradabannya sendiri.

Kwalitas mutakhir manusia-manusia dalam lingkup kehidupan bangsa Indonesia mayoritas bukanlah kualitas bangsa pengubah, melainkan bangsa yang bahkan terlalu mudah diseret oleh arus perubahan. Bangsa yang konsentrasi hidupnya hanyalah kepentingan-kepentingan lokalnya masing-masing. Bangsa yang daya jangkau perjuangannya hanya berkutat pada ambisi golongan masing-masing. Bangsa yang cita-cita dan daya juangnya terbatas pada kebutuhan-kebutuhan parsial dan subjektif. Bangsa yang rendah pertahanannya terhadap kumudaratan nilai hidup, sekaligus rewel dan sok pinter kalau menerima anjuran untuk kebaikan mereka sendiri. Mustahil diharapkan dari mereka kemungkinan inisiatif perubahan yang signifikan dan mashlahat secara kebangsaan dan menyeluruh. Idiom Islam “baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur” adalah omong kosong yang menggelikan untuk kwalitas bangsa dan rakyat semacam ini. Idiom lokal Jawa “gemah ripah loh jinawi” mereka pahami bahwa itu untuk mereka masing-masing, dan sulit setengah mati untuk mentransformasikannya menjadi untuk mereka bersama.

Perubahan akan bisa terjadi hanya melalui dua jalan. Pertama, “min haitsu la yahtasib”, tidak sengaja melakukan atau membangun sesuatu yang ternyata menjadi triger perubahan evolusioner atau revolusioner, yang mereka sendiri tidak memahaminya, apalagi merencanakan dan memperjuangkannya. Kedua, gagasan, kemauan dan perkenan keajaiban dari Tuhan. Sebab, selain Tuhan, selalu diremehkan, tidak dipercaya, direndahkan dan dilecehkan. Bahkan kepada Tuhan pun sangat banyak perilaku dan cara berpikir serta muatan hati yang secara esensial sebenarnya meremehkan Tuhan, “walakinnahum la yasy’urun”, tetapi mereka tidak merasa, berkat kedunguan kolektifnya yang berlangsung terlalu lama dan melewati batas waktu.

Maiyah sudah menyampaikan maupun menjawab kebingungan para pengelola Negeri ini berulang kali, namun سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ. Maiyah belum pernah benar-benar berguna bagi Negeri ini, kecuali hanya pada kadar dan bagian yang kecil saja. Maiyah tidak pernah berbuat untuk Maiyah. Maiyah tidak berjuang demi Maiyah. Maiyah hanya berani melangkahkan kaki dalam kehidupan anugerah Allah ini sebatas yang dituntuntan oleh-Nya dan diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw.

Maka saya menghimbau kepada semua Jamaah Maiyah untuk memenuhi hati dan jiwanya dengan kerinduan terhadap perkenan kejutan keajaiban dari Allah Swt atas kehidupan yang sedang berlangsung. “Arada syai`an”Mu yang berkaitan dengan nyawa, tanah, api, peristiwa atau apapun, sepenuhnya terserah Allah. Di rumah, di masyarakat, di Negara, di Istana, gunung, hutan, Gedung dan Menara, serta di manapun, dengan petugas air, api, tanah dan bebatuan. Syukur Allah berkenan man-tanazzul-kan hidayah besar kepada bangsa ini. “innaHu ‘ala kulli syai`in Qadir”. Mengemis “kun” Allah karena itu satu-satunya daya dan kuasa yang mampu mengubah kehidupan manusia. Ini keputusasaan atas dunia, zaman dan manusia, namun ini adalah harapan dan dambaan kepada “rouhillah”. وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا Dan sungguh yang demikian itu amatlah mudah bagi Allah Swt. Berkata Tuhanmu bahwa “yang demikian itu amatlah mudah bagiKu”. قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ

Jamaah Maiyah dan Madhharal ‘Aja`ib

Secara pribadi bersama keluarga para Jamaah Maiyah sekalian sudah menjalani lebih setengah tahun suatu pola dan situasi kehidupan yang tidak seperti sebelumnya, karena adanya wabah global Covid-19. Dengan irama baru, kreativitas, iguh pertikel baru, gagasan dan fenomena kegiatan baru di keluarga dan lingkaran kecilnya masing-masing, Jamaah Maiyah alhamdulillah berada dalam lindungan Allah, sehat walafiat, tenang hatinya dan semakin tekun ibadahnya.

Kecuali bagi yang memang punya masalah internal di keluarganya, tinggal memilih. Pertama, menjadikan situasi Covid-19 sebagai pijakan untuk memproses penjernihan keadaan dan penyelesaian masalah. Atau kedua, diuji Allah Swt dengan malah mengalami semacam penyempurnaan persoalan keluarga. Ya Hafidh ihfadhna, ya Salam sallimna.

Tetapi dalam skala sosial nasional dan global, sampai hari ini terbukti bahwa wabah ini tidak bisa dijawab dan diberikan solusinya oleh pengetahuan para Ilmuwan sedunia, tidak bisa diatasi dan diakurati penanganannya oleh manajemen Pemerintahan, serta tidak bisa diubah oleh keberkahan hidup para pemimpin Agama bersama ummatnya.

Peradaban Modern yang penuh kemewahan yang angkuh tidak berkutik terhadap benda sangat mikro yang mereka sebut virus. Maka jangan berharap mereka sanggup menyerap pemetaan ilmu tentang Iblis, Dajjal, Ya’juj Ma’juj. Pencapaian terjauhnya hanya menyentuh Setan atau Hantu, itu pun dengan cara pandang yang sangat subjektif dan buta huruf.

Oleh karena itu untuk skala luas kehidupan nasional dan global ini, saya tekankan sekali lagi agar Jamaah Maiyah menjalani siang malam, sepi ramai, tenang bingung dan keadaan apapun saja, dengan memenuhi jiwanya dengan memohon kejutan keajaiban kepada Allah Swt. Karena pengetahuan kita tidak mencukupi, ilmu kita tidak menggapai, doa minta solusi kepada Allah tidak bisa kita junjungkan dengan menyebut item-item yang tepat kecuali memohon kejutan keajaiban, yang wujudnya, bentuknya, muatan dan mekanismenya sepenuhnya kita menyerah total kepada Allah Swt.

Yang utama kita muatkan kepada jiwa kita adalah kesadaran bahwa kita benar-benar tidak berdaya. Jadi hanya ada “la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim”.

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
الْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ

Dan Kami bangun langit dengan kekuasaan, dan Kami benar-benar berkuasa. Dan bumi Kami hamparkan dan Kamilah sebaik-baik penghampar.”

Allah menghamparkan virus ke seluruh permukaan bumi, Allah pula yang menghamparkan perlindungan kepada kita semua.

بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

Benar, Dia benar-benar berkuasa. Ia yang menciptakan dan Ia yang maha mengetahui.”

Manusia dan kita semua hanya sok pinter, sehingga tidak benar-benar mengetahui sebab akibat global yang sedang terjadi. Sebab yang kemarin tak terlacak, akibat hari ini tak terpetakan. Apalagi menciptakan sebab yang baru hari ini untuk berakibat keselamatan, kesejahteraan dan kemashlahatan besok pagi. Jangankan lagi memastikan ketidakhancuran di masa depan.

Atau sebagaimana yang selalu kita teguhkan di akhir setiap Maiyahan:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Atau kalimat wirid di salah satu nomor musik wirid yang terakhir diaransir oleh KiaiKanjeng. Setiap ba’da shalat wajib, juga shalat sunnat, membaca Istighfar 9X kemudian Shalawat (seperti dalam Tahiyat) 9X, kemudian membaca 9X berikut ini. Ditambah shalat malam sebanyak-banyaknya dengan wirid yang sana. Juga setiap memulai Maiyahan di Simpul-simpul dan Lingkar juga afdhal diawali dengan wirid yang sama. Dari beribu-ribu titik Jamaah Maiyah di seluruh bumi Nusantara dan Dunia, meluncur gelombang permohonan ke langit yang semoga diijabahi oleh-Nya.

Ini adalah inti dari Doa Nadi ‘Aliyyan Kabir:

نَادِ عَلِيّاً مَظْهَرَ الْعَجَائِبِ
تَجِدْهُ عَوْناً لَكَ فِي النَّوَائِبِ
كُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ سَيَنْجَلِي
وَبِوَلَايَتِكَ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ

***

Memohon Lailah wa Yaumul Qadar

Asal-usul doa ini adalah hancurnya semangat juang Kaum Muslimin ketika Perang Khaybar, sehingga Allah Swt mengutus Malaikat Jibril paket doa disampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan dipraktekkan oleh pasukan Islam. Kalau sampai Allah memutuskan. تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. berarti keadaan di Bumi ketika itu berkualitas sama dengan inisiatif Allah untuk menentukan Hari Lailatul Qadar.

Ini bahasa dan sisi pandang lain bahwa Jamaah Maiyah sekarang sedang memohonkan perkenan amr, iradat dan inistif Allah yang kwalitasnya sebagaimana Lailatul Qadar. Karena Jamaah Maiyah berpendapat ummat manusia sedang berada pada puncak ketidakberdayaannya untuk menolong dirinya sendiri, semantara Jamaah Maiyah sendiri pun berada di dalam ketidakberdayaan yang sama.

Perang Khaybar adalah perang antara pasukan Kaum Muslimin melawan jaringan Yahudi. Secara teknis kekuatan kaum Yahudi tidak mampu melawan pasukan Islam, meskipun Pasukan Kerajaan Roma pun tidak sanggup menghadapi mereka. Yahudi mempersatukan semua golongan yang memusuhi Islam, sehingga mampu membangun benteng pertahanan yang berlapis-lapis.

Peta dan keadaannya persis yang sedang kita semua alami di Negeri kita, dalam skala konteks yang lebih luas, yang menyangkut pandangan hidup dan ideologi, serta bahkan sampai ke Covid-19. Seluruh peta dan jaringan gagasan globalisasi Yahudi dengan kapitalisme liberal dan maniak materialismenya mengepung Kaum Muslimin. Di Negeri ini bahkan penghimpunan kekuatan penghancur Islam itu digali dan direkrut dari tubuh Kaum Muslimin sendiri, berkat pembodohan pandangan hidup dan pseudo-intelektualisme modern, tipudaya, inferioritas keduniawian dan watak “hubbud-dunya wa karahiyatul maut” di kalangan Ummat Islam sendiri, dari yang tradisional hingga yang modern.

Di berbagai tulisan sangat sering saya menunjuk konteks Dajjal dan Ya’juj Ma’juj abad 21, tetapi kebanyakan pembaca secara sekilas menganggap itu hanya simbolisme dan bahkan dipercaya sebagai dongeng atau halusinasi. Tuhannya orang Indonesia adalah pandangan hidup Barat dan cara hidup Cina. Dajjal dan Ya’juj Ma’juj dianggap sekategori dengan dongeng Joko Kendhil, Joko Bodho, KInjeng Dom atau Thok-thok Kerot. Sementara mereka sudah diperbudak habis-habisan, “sampèk taèk aé gak ngorèti” kalau pakai bahasa Menturo.

Dalam Perang Khaybar di mana Rasulullah Saw bermaksud menusuk langsung ke jantung pertahanan Yahudi, pasukan Islam dipimpin oleh Sayidina Abu Bakar As-Shiddiq, tetapi gagal, kemudian oleh Sayidina Umar bin Khattab, dan gagal juga. Akhirnya Rasulullah mengangkat Sayidina Ali bin Abid Thalib untuk memimpin: beliau yang terakhir ini sukses dan namanya menjulang.

Para Ghaibin di langit pun turut menghayati betapa “wingit”nya perang yang dihadapi oleh Kaum Muslimin. Sehingga Allah Swt mengutus Malaikat Jibril untuk mentransfer kepada Baginda Nabi suatu susunan doa untuk beliau terapkan. Doa itu kelak disebut Nadi ‘Aliyyan Kabir.

Kata ‘Aly dalam doa itu ditafsirkan secara teknis sebagai Ali bin Abi Thalib. Misalnya kalimat “biwilayatika ya ‘Aly ya ‘Aly”, diterjemahkan menjadi “dengan karamahmu wahai (Sayidina) Ali”. Saya sendiri lebih cenderung yang dimaksud ‘Aly adalah Maha Allah sendiri, al’Aliyyul ‘Adhim sebagaimana disebut dalam Al-Qur`an. Allah Yang Maha Tinggi. Tetapi saya tidak menafikan atau menolak kemungkinan wasilah psikologi kepada Allah melalui peran Sayidina Ali, bahkan bisa saja sampai hari ini suatu golongan dari Kaum Muslimin menetapkan “kuda-kuda” atau pijak jiwanya seperti itu.

***

Nadi ‘Aliyyan Kabir

Lengkapnya doa Nadi ‘Aliyyan Kabir itu cukup panjang:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
نَادِ عَلِيّاً مَظْهَرَ الْعَجَائِبِ تَجِدْهُ عَوْناً لَكَ فِي النَّوَائِبِ لِي إِلَى اللهِ حَاجَتِي وَعَلَيْهِ مُعَوَّلِي كُلَّمَا رَمْيَتُهُ وَرَمَيْتَ مُقْتَضَي كُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ سَيَنْجَلِي بِعَظَمَتِكَ يَا اللهُ وَبِنُبُوَّتِكَ يَا مُحَمَّدُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَبِوَلَايَتِكَ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ أَدْرِكْنِي بِحَقِّ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَنَا مِنْ شَرِّ أَعْدَائِكَ بَرِي‌ءٌ بَرِي‌ءٌ بَرِي‌ءٌ اللهُ صَمَدِي بِحَقِّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ يَا أَبَا الْغَيْثِ أَغِثْنِي يَا عَلِيُّ أَدْرِكْنِي يَا قَاهِرَ الْعَدُوِّ وَيَا وَالِيَ الْوَلِيِّ يَا مَظْهَرَ الْعَجَائِبِ يَا مُرْتَضَى عَلِيُّ، يَا قَهَّارُ تَقَهَّرْتَ بِالْقَهْرِ وَالْقَهْرُ فِي قَهْرِ قَهْرِكَ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيدِ أَنْتَ الْقَاهِرُ الْجَبَّارُ الْمُهْلِكُ الْمُنْتَقِمُ الْقَوِيُّ وَالَّذِي لَا يُطَاقُ انْتِقَامُهُ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللهِ إِنَّ اللهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيثِينَ أَغِثْنِي يَا رَاحِمَ الْمَسَاكِينِ ارْحَمْنِي يَا عَلِيُّ وَأَدْرِكْنِي يَا عَلِيُّ أَدْرِكْنِي يَا عَلِيُّ أَدْرِكْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Jamaah Maiyah bisa tidak harus setiap orang membaca semuanya. Secara bersama bisa membaca intinya. Atau syair “Hasbunallah” dilantunkan bersama melatari salah seorang membaca doa lengkap ini.

Selama berabad-abad para Ulama mengijtihadi dan merumuskan sejauh ini faedah Membaca Nadi ‘Aliyyan. Jamaah Maiyah tidak dilarang untuk menerapkan berikut ini persis secara teknis. Tidak akan ada yang pernah tahu dan mengerti kenapa sampai pada keputusan angka 27, 21, 1000, 25 dlsb. Kita berhusnudhdhan saja terhadap iktikad baik dan proses riyadlah para Ulama tersebut. Maka sepersis apapun secara teknis, aura dan energi yang utama adalah muatan kesungguhan jiwa masing-masing untuk memohon kejutan keajaiban kepada Allah Swt:

  1. Apabila seseorang dikelilingi oleh musuh-musuh, hendaknya ia membacakan Nadi ‘Aliyyan pada tanah, kemudian lemparkanlah ke musuh. Pengaruhnya adalah musuh-musuh tidak bisa mengganggu si pendoa.
  2. Apabila seseorang takut pada musuh-musuh, hendaknya ia membaca Nadi ‘Aliyyan sebanyak 27 kali dalam sehari, musuh-musuh akan tunduk.
  3. Agar selamat dari pengaruh-pengaruh buruk sihir, bacalah tujuh kali Nadi ‘Aliyyan di atas air, minumlah sebagian darinya, sisanya dipakai buat mandi.
  4. Untuk menghilangkan efek-efek buruk dari racun, tulislah Nadi ‘Aliyyan pada piring tanah liat china dengan za’faron, kemudian bacalah 21 kali, dan cucilah piring tersebut dengan air bersih, dan minumkan air tersebut kepada orang yang terkena racun.
  5. Untuk penyakit yang tak dapat disembuhkan, bacalah Nadi ‘Aliyyan sebanyak 21 kali pada segelas air dan minumkanlah kepada orang yang sakit.
  6. Untuk melepaskan kesulitan dan kecemasan yang mengganggu, bacalah Nadi ‘Aliyyan 1000 kali di dalam rumah.
  7. Apabila ada kesalahpahaman atau konflik dengan sejumlah orang, bacalah Nadi ‘Aliyyan 71 kali dan kunjungilah orang yang berkonflik dengan kita, selanjutnya cinta dan pemahaman akan tercipta di antara Anda dan orang tersebut.
  8. Agar bebas dari tuduhan-tuduhan palsu, bacalah Nadi ‘Aliyyan 40 kali di pagi hari, maka Anda akan diperlakukan dengan hormat.
  9. Apabila orang membaca Nadi ‘Aliyyan 25 kali sebelum shalat Jumat, maka penyakit kurang tidur atau insomnia akan sembuh.
  10. Untuk kesejahteraan dan kehormatan, hendaknya orang membaca Nadi ‘Aliyyan 21 kali sehari.
  11. Untuk mendapatkan kekayaan dan kesejahteraan, bacalah Nadi ‘Aliyyan 12 kali setiap hari di pagi hari.
  12. Pembaca Nadi ‘Aliyyan 17 kali sehari, akan menaklukkan musuh.
  13. Bacalah Nadi ‘Aliyyan 34 atau 36 kali untuk memenuhi kebutuhan keinginan-keinginan halal.
  14. Untuk menyembuhkan setiap penyakit, bacalah Nadi ‘Aliyyan 27 kali sehari.
  15. Untuk bisa melihat Nabi Saw dalam mimpi, bacalah Nadi ‘Aliyyan 7 kali sehari sebelum tidur.
  16. Agar bebas dari penjara, hendaknya orang membaca Nadi ‘Aliyyan 16 kali sehari.
  17. Untuk mendapatkan solusi atas persoalan penting dalam diri Anda, bacalah Nadi ‘Aliyyan 15 kali sehari.
  18. Untuk memahami rencana Ilahi menyangkut persoalan Anda, bacalah Nadi ‘Aliyyan 16 kali sehari selama 40 hari.
  19. Untuk meningkatkan pengetahuan, bacalah Nadi ‘Aliyyan 17 kali setelah shalat dhuhur selama 20 hari.
  20. Bacalah Nadi ‘Aliyyan 50 kali sehari selama 16 hari untuk memenuhi keinginan-keinginan halal Anda dan keberhasilan dalam usaha-usaha Anda.
  21. Untuk menghilangkan perselisihan di antara dua orang, bacalah Nadi ‘Aliyyan 30 kali sehari selama 20 hari.
  22. Untuk mendapatkan keberanian dan kekuatan, bacalah Nadi ‘Aliyyan 25 kali.
  23. Membaca Nadi ‘Aliyyan 1000 kali dalam satu kali duduk akan menghasilkan keterpenuhan keinginan-keinginan halal.
  24. Dibaca 22 kali – untuk melunasi hutang, dibaca selama 15 hari.
  25. Baca 14 kali – untuk mendapatkan mahabbah seseorang yang diinginkan, dibaca pada malam jumat dan shalawat sebanyak 1000 kali dan sebut nama orangnya.
  26. Baca 9 kali – untuk mendapatkan kekayaan harta benda, dibaca setelah sholat shubuh.
  27. Baca 7 kali – untuk keperluan yang sangat mendesak.
  28. Baca 5 kali – untuk memudahkan kelahiran, dibaca pada air dan diminumkan.
  29. Baca 3 kali – untuk mendapatkan mahabbah dari orang besar/atasan.
  30. Untuk mendapatkan keturunan dibaca setiap hari dengan niat.
  31. Apabila doa ini selalu bersama dia, maka insyaallah akan terpelihara dari segala kejahatan hewan, jin, iblis dan manusia.

Segala Sesuatu itu Ajaib

Sesungguhnya, pada hakikatnya bagi (dipandang dari pijakan atau koorrdinat) keterbatasan pandangan dan kerendahan serta kesempitan dan jarak dangan manusia, tidak ada sesuatu hal pun yang diciptakan oleh Allah Swt yang tidak ajaib. Semua benda, semua makhluk, semua peristiwa, apapun saja, posisinya adalah ajaib di mata manusia. Tiba-tiba manusia hidup dengan sudah ada warna-warna, hijau merah hitam, sudah ada rasa manis asin asam, sudah ada tek terbatas ragam-ragam muatan kehidupan. Kalau kita melihat semua “yang ada” ini dari posisi “ketiadaan”, maka seluruhnya adalah keajaiban.

Manusia tidak merasakan keajaiban itu, karena jiwanya tidak pernah berthariqat merentang jarak antara ketiadaan ke semua fakta itu. Allah kok punya ide buah, warna, batu, benda tumbuh, makhluk berjalan dan terbang. Ada helai, ada batangan, ada gelondongan, ada gunung, planet, galaksi, serta ruang tak terhingga.

Sebagai ide saja itu semua ajaib luar biasa. Apalagi fakta kehidupan ciptaan Allah ini berangkai-rangkai sebab-akibatnya, yang ilmu manusia mustahil menjangkaunya. Ada peristiwa sebab akibat yang bisa dilihat, didengarkan, dialami, diilmui atau dianalisis pakai ilmu, serta ada sebab-akibat yang hanya bisa dipercayai, disemogai atau diperlakukan hanya dengan harapan dan doa. Manusia bikin sistem budaya untuk melantik ada yang pandai dan sarjana di antara mereka, bahkan Doktor dan Profesor, adalah cermin betapa bodohnya manusia.

Atau coba nanti malam sebelum berangkat tidur, berwudlulah kemudian shalat dua rakaat, konsentrasi wirid kepada Allah, kemudian berdiri dan berjalan menuju cermin, berkacalah. Tataplah wajahmu baik-baik, hayatilah sampai ke dalam, ingat-ingat dan perhatikanlah dirimu beserta apa saja yang kau lakukan seharian tadi – kemudian bertanyalah kepada dirimu sendiri: “Untuk apa tho sebenarnya Tuhan menciptakanku ini? Untuk apa aku ada? Memangnya kalau aku tidak ada, kehidupan dan dunia ini lantas bagaimana? Apa ada yang kurang kalau aku tak ada? Apa sih sebenarnya gunanya aku ada? Apa manfaat hidupku selama ini? Kalau aku tidak ada, apakah istriku menjadi tidak nikah seumur hidup ataukah ia pasti mendapatkan jodohnya yang bukan aku? Apakah anak-anakku ini harus aku Bapak mereka? Kan Tuhan bisa melahirkan mereka melalui Bapak yang lain? Jadi apa istimewanya aku ini? Andaikan aku tidak ada, pastilah ada jutaan orang lainnya yang bisa mengerjakan seperti yang kukerjakan? Jadi apa urgensinya kok aku harus ada sehingga Tuhan menciptakanku? Emang elu siapa?

Itu semua ajaib. Tidak ada yang tidak ajaib. Tidakkah ada di antara Jamaah Maiyah yang dianugerahi Allah Swt cara pandang yang melihat dan menemukan betapa Maiyah ini sendiri adalah keajaiban-Nya, baik secara sosial, budaya, psikologi maupun spiritual? Tetapi yang jiwa kita penuh sekarang ini adalah permohonan dan pengemisan kepada Allah Swt agar bermurah hati men-tanazzul-kan kejutan keajaiban yang selama ini belum ada. Baik di dalam lingkup dirimu masing-masing, rumahtangga dan keluargamu, masyarakat dan tanah air Negaramu, atau bumi dan ummat manusia yang menghuninya.

Kalau Allah tidak mengeluarkan sertifikasi “biidzni Rabbihim” untuk “tanazzalul Malaikatu war-Ruhu fiha”, kita semua sungguh buta memandang masa depan.

Kadipiro 26 Oktober 2020.

Lainnya

Menjulurkan Lidah Alias Mèlèt-Mèlèt

Menjulurkan Lidah Alias Mèlèt-Mèlèt

Di dalam cara hidup sehari-hari dikenal polarisasi antara berpikir positif dan berpikir negatif, bersikap optimis dan pesimis, terutama lihat baiknya atau terutama lihat buruknya.

Exit mobile version