Pak Rajeg: Lakon Utama WaliRaja RajaWali adalah Rakyat Nusantara
Di sela-sela proses make up sebelum pagelaran dimulai, kontributor BangbangWetan berbincang santai dengan Pak Eko Winardi yang pada pementasan teaterWaliRaja RajaWali ini memerankan tokoh bernama Pak Rajeg.
Sosok berpayung daun pisang yang masuk setelah nyanyian Ibu Pertiwi pada awal pagelaran dimulai ini bernama Pak Rajeg. Beliau bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang rakyat biasa yang dituakan oleh masyarakat. Tidak mempunyai gelar apa-apa, selain panggilan Simbah yang disematkan kepadanya.
“Saya ini sekadar Pak Rajeg. Ya, Pak Rajeg saja thok. Dianggap sesepuh hanya karena umur yang sudah lanjut. Tetapi sama sekali bukan tokoh karena pengetahuan, kepandaian, pengalaman, atau kebijaksanaan.”
“Tidak pernah makan sekolah atau pesantren. Buktinya saya tidak pernah diangkat menjadi apa-apa. Ketua RT pun tidak.”
Mungkin di antara pembaca sudah bisa menebak siapa sosok implisit dari tokoh bernama Pak Rajeg. Ya! Pak Rajeg adalah Mbah Nun. Hal itu pulalah yang membuat Pak Eko gampang-gampang susah dalam memerankannya. Gampang karena memerankan sosok yang telah dikenal secara personal. Susah karena sosok tersebut adalah Mbah Nun sendiri.
Pak Eko selalu mendapat peran dalam setiap pagelaran Teater Perdikan sejak Tikungan Iblis. Sosok yang sering diajak mbat-mbatan dalam membicarakan naskah oleh Mbah Nun ini mengatakan bahwa naskah yang dibuat Mbah Nun sangat menantang. Tugas sang adalah mampu mengekspresikan dan merepresentasikan karakter dalam naskah yang dipentaskan tersebut.
Walaupun peran yang beliau mainkan “hanyalah” peran pembantu, hal itu justru membuat sosok kelahiran Yogyakarta, 25 Desember 1963, merasa lebih hidup. Selain sebagai Pak Rajeg, sosok lain yang beliau perankan adalah Perawi Di (Tikungan Iblis, 2008), Alex Sarpin (Nabi Darurat Rasul Adhoc, 2012), Katib (Sengkuni, 2019), dan Zacharael (Mlungsungi, 2022).
Bukan bermaksud membandingkan, tetapi menurut Pak Eko, naskah WaliRaja RajaWali (Surabaya) lebih utuh daripada yang sebelumnya digelar di Jakarta. Mbah Nun — melalui naskah ini — lebih jelas berbicara kepada siapa. Juga lebih fokus untuk nyangoni rakyat Indonesia menjelang Pemilu 2024. Jadi, pada pementasan WaliRaja RajaWali kali ini justru lakon utamanya adalah rakyat Nusantara.
Menjelang perbincangan berakhir, Pak Eko berpesan kepada seluruh Jamaah Maiyah agar merevitalisasi apa yang kita punya sekarang, termasuk Maiyah. Setiap simpul dan lingkar Maiyah agar mulai melakukan diskusi-diskusi kecil untuk membahas tentang kondisi yang ada di sekitar masing-masing simpul/lingkar. (BangbangWetan/Amin Ungsaka dan Wahyoko Fajar)