CakNun.com

Istiqomah Ider Katresnan

Anggarista Apriyanto
Waktu baca ± 3 menit
Dok. Progress (YouTube @caknundotocom).

Jika ditanya siapa yang paling luas persambungan silaturahminya di antara kami penggiat Mocopat Syafaat generasi saat ini, akan dengan mudah menjawab: Yoga Bagus Wirawan. Jenis orang yang “diundang pasti datang”.

Sewaktu dulu ada pembagian peran di LKMS (kini sudah menjadi Pasamuan Wargi Mocopat) untuk memilih siapa yang bertugas menjadi juru hubung, beberapa pasang mata melirik Yoga dan seperti biasa dia menyahut ringan: aku yo rapopo. Itu merupakan respons template dari Yoga untuk hampir semua peran yang mendadak kosong atau perlu diisi. Hingga perannya sebagai host di Mocopat Syafaat pun bermula dengan ke-Yoga-an tersebut.

Satu sesi sebelum Ia tampil bersama Lintang Rekta Nuswantara di Milad Mbah Nun ke-72 tanggal 31 Mei silam, bisa-bisanya Ia lupa hadis favoritnya “khoirunnas anfauhum linnas”. Yoga mencondongkan badannya ke kiri dan berbisik kepada saya,”Khoirunn… opo kae, Kang?”

Saya tidak segera menjawab karena larut heran mengapa kelupaan macam itu terjadi. Lupa memang manusiawi, namun lupa pada suatu hal yang difavoriti tentu agak lain. Belakangan saya berpikir bahwa bisa saja peristiwa lupa tersebut merupakan isyarat tubuhnya yang mulai kepayahan.

Tapi Yoga kemarin hanya lupa tentang kalimat, bukan lupa menerapkannya sepanjang kami bergaul bersama-sama. Hampir tidak ada acara atau kegiatan jamaah Maiyah Yogyakarta tanpa keterlibatannya, kecuali sekali event yang Ia pamit untuk tidak terlibat sama sekali. Ada alasan prinsipil yang membuatnya tidak dapat menyetujui asas keberlangsungan event tersebut.

Kurang dari sebulan yang lalu saya berkelakar dengan Yoga. “Yog, kadang ke-ringanhati-an kita dimanfaatkan sembrono oleh orang lain, diplekotho, gur dinggo ganjel, ya kan?” Ia merespons jenaka dan polos,”Yo ben wae dimanfaatke. Sing penting kan kita dadi bermanfaat!”

Pada tiap peran yang Ia mainkan, Yoga bukan orang yang selalu paling mampu atau paling baik performanya, akan tetapi Ia orang yang selalu mau dan amanah. Rodo iso sithik nanging gelem (agak mampu, tetapi mau). Mulai dari mendadak jadi gitaris, pemain teater, juru hubung, kurir undangan, kasir merangkap bendahara, host, hingga menjadi dolob rutin. Berada di circle manapun, Yoga senantiasa menjadi andalan. Meskipun demikian, Yoga sejatinya bukan orang yang ingin tampil, sulit sekali membuatnya muncul di hadapan khalayak. Butuh waktu dan bujukan jitu agar Ia setuju.

Semua kedermawanan, kesungguhan, keikhlasan dan ketulusannya merawat kebersamaan — meski kental kenaifan — membuat saya tidak pernah sanggup menolak permintaan tolongnya untuk segala sesuatu yang menyangkut hajat bersama. Apa saja, asal Yoga yang request, saya lakukan. Terhadap orang lain atas permintaan serupa, saya bisa merem dan mbudheg.

Sebagai lulusan akademi memasak, hasil olah dapurnya tidak diragukan. Samosa dan pizza tempe racikannya selalu dinanti. Namun rupanya Ia lebih mencintai keindahan bebatuan sehingga Ia memilih melakoni hari-hari sebagai pedagang dan pengrajin akik. Melapak dari Pasar Kliwonan di Cebongan hingga Pasar Kowen di Sidokarto. Tiap pasar hanya setengah hari dan itupun hanya hari pasaran tertentu. Jika libur melapak, Ia menggosok akik di Kotagedhe.

Urip iku neng ndonya tan lami
Umpamane jebeng menyang pasar
Tan langgeng neng pasar bae
Tan wurung nuli mantuk
Mring wismane sangkane uni
Ing mengko aja samar
Sangkan paranipun
Ing mengko padha weruha
Yen asale sangkan paran duk ing nguni
Aja nganti kesasar

Seorang pekerja keras yang meladeni delivery order bagi langganan dan kawan-kawan karibnya. Melayani pesan-antar menjadikannya selalu punya alasan untuk mampir ketika melewati rumah atau tempat usaha orang-orang yang Ia kenal. Terkadang Ia datang dengan sedikit buah tangan, bukan datang agar diberi makanan. Waktunya Ia habiskan untuk menjaga silaturahmi dengan siapa saja, wira-wiri ider katresnan.

Kini Yoga telah mengembalikan jasad bumi-nya. Berganti wahana wadag melanjutkan laku ngabekti di semesta berikutnya. Allah mengadakan Yoga di tengah-tengah kita sebagai teladan, seorang manusia istiqomah, bersahaja, yang lembut hatinya.

Barangkali di kedamaian sana, Yoga menggosok akik untuk Mas Zainul, Pak Is, Kang Antok, Mas Ramli, dan berkumpul bersama Gandhie juga kerabat lainnya, maiyahan, ngrasani kita ini yang belum purna tugas.

Lanjut, Yog!

Lainnya

Exit mobile version