CakNun.com

Tikungan Iblis (Bagian 5/5)

Pentas Kebahagiaan Dinasti
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 13 menit

Keterangan:
Font hitam : Naskah Jakarta
Font Orange : Naskah Jogja
Font Biru : Alternatif dialog antar dua naskah
Font Merah : Edit

Sembilan

Jabarala
Kalau Iblis Tokoh Besar itu sudah mengincarmu
Ke manakah engkau akan lari atau bersembunyi
Untuk melindungi dirimu
Sebab kalau ia sudah menyentuhmu
Maka tak tersisa ruang dan waktu
Dari kekuasaannya atasmu

Makahala
Tiba-tiba bergerak turun dari Panggung Langit, sambil tertawa, semula tertawa kecil, makin lama makin terpingkal-pingkal
Sebagian pakaiannya ia buka

Jabarala
Menegur Makahala

Makahala, ke mana kau?

Makahala tidak menjawab, terus berjalan dan tertawa

Tempatmu di ketinggian, bukan di kerendahan

Tetap belum menjawab

Makahala, kalau kau turun ke situ, aku kawatir Yang Tinggi akan merasa direndahkan

Hasarapala
Makahala! Pasti kau sedang menemukan ketinggian yang lebih tinggi justru di dataran kerendahan, tetapi jawablah tutur kata Maula Jabarala yang kita junjung bersama

Makahala
Tertawa terpingkal-pingkal lagi

Tak bisa kau andalkan ilmu, karena Iblis Tokoh Panutan kalian itu selaksa kali lebih berilmu dibanding ke-Sarjana-anmu
Tak bisa kau andalkan kekuatan atau kekayaanmu
Karena justru keahliannya adalah memanfaatkan kekuatanmu
Dan kecanggihannya adalah menunggangi kekayaanmu
Untuk memperdayakan dan memperhinakanmu

Tertawa memuncak sampai terguncang-guncang

Ampun Paduka Maula Jabarala
Apakah kalimat-kalimat seperti itu ada gunanya bagi makhluk bumi
Tuhan menyuruh kita menyampaikan kalimat-kalimat penyair
Sedangkan penduduk bumi hanya memerlukan pelawak

Tertawa terus

Hasarapala
Dengan mudah Iblis Tokoh Idola-mu itu melapisi wajahmu
Dengan gampang ia merasuki aliran darahmu
Bertempat tinggal di sela saraf-saraf otakmu
Bahkan ia beralamat di lubuk kalbumu
Membangun kerajaan di pelataran mentalmu
Sang Idola mengatur rohanimu tanpa memerlukan ruang dan waktu

Makahala
Terus dengan suasana hatinya

Sudah ratusan ribu kata firman ditaburkan ke bumi
Tapi hingga 30 abad peradaban bumi, hanya sekitar 15 biji kata yang terlaksana

Hajarala
Iblis Tokoh Pujaan-mu itu memperdayaimu dengan menjelma jadi jas dan dasimu
Nangkring sebagai jubah di pundak dan peci di kepalamu
Melapisi kenikmatan semu di setiap lembaran uangmu
Menerapkan kepemimpinannya atas jabatanmu
Membodohkanmu melalui kepandaianmu
Mengkerdilkan watakmu melalui kehebatan gaya hidupmu

Makahala
Kalimat-kalimat indah seperti itu hanya disimpan di perpustakaan sekolah dan di rak-rak rumah ibadah
Kemudian ketika makhluk-makhluk bumi itu pergi ke pasar dan gedung kekuasaan, firman-firman itu diejek…

Jabarala
Iblis Tokoh Besar
itu mencegatmu ke manapun kakimu melangkah
Tokoh Besar itu memergokimu ke arah manapun engkau pergi
Sejuta makhluk ia kepung sendirian
Ia di depanmu, tapi sekaligus di belakangmu
Ia barat timurmu, dan pada saat yang sama ia juga utara selatanmu
Di mengurung dari luar dirimu, tapi juga merasuk dari dalam dirimu

Makahala
Aku juga bertugas menyampaikan kalimat-kalimat seram ini:
Iblis Tokoh Panutan itu mengelabuhi wacana-wacanamu
Membalik logikamu dan memanipulasi analisis ilmumu
Meniupkan hawa busuk ke pasal-pasal konstitusimu
Menelusupkan enerji kecurangan dan egosentrisme dalam aturan-aturanmu
Sehingga kalian merasa sedang maju ke depan, padahal menuju jurang
Kalian yakin sedang membangun kehebatan, padahal pelan-pelan mati di kubangan kehinaan

Tertawa lagi

Makhluk di bumi sudah tidak takjub kepada Tuhan
Sudah tidak terpikat oleh neraka
Dan acuh tak acuh kepada neraka
Alangkah dungunya kita ini!

Hasarapala
Bola mata si Iblis Tokoh Idola itu menjadi bola matamu
Engkau memandang segala sesuatu dengan pandangannya
Engkau mendengar segala suara dengan telinganya
Engkau meraba segala wadag dengan rasa perabaannya
Engkau menyerap dan menilai kehidupan dengan akalnya
Engkau berperilaku berdasarkan keputusannya

Makahala
Makhluk di bumi selalu siap mengingkari Tuhan, asal menguntungkan
Makhluk di bumi selalu siaga menuruti Iblis, asal sesuai dengan kepentingan

Hajarala
Negaramu menjadi neraka yang menyiksamu namun harus tetap kau cintai
Republikmu membuntu akalmu sampai akan pecah kepalamu
Demokrasi meluncur deras tanpa rem dan memperosokkanmu ke dalam gelapnya tahayul
Bendera negerimu lungkrah, kepercayaan diri kebangsaanmu musnah
Mental masyarakatmu terbanting-banting dan ditikam-tikam oleh pisaunya sendiri
Kemanusiaanmu luntur, larut, luruh, tinggal jadi robot-robot dan tapel-tapel
Dan sekarang waktu kalian tinggal….

Jabarala:
Tujuh tahun

Hasarapala
Tujuh penggal kebodohan
Tujuh jengkal kesombongan

Hajarala
Tujuh langkah menuju detik perhitungan terakhir

Makahala
Tertawa tapi sebenarnya menangis

Mereka tidak perduli
Tujuh tahun, seratus tahun, seribu tahun, mereka tidak perduli
Pengetahuan mereka tinggal satu: keuntungan untuk diri sendiri

Muncul Tapel-Tapel berjoget tertawa gembira
Smarabhumi di hadapan Para Tapel
Makahala
minggir ke suatu sudut yang remang-remang
Hajarala turun bergabung ke Makahala

Smarabhumi
Menggertak Para Tapel sehingga berhenti mendadak dari pestanya
Berdiri bertolak pinggang menuding-nuding Para Tapel

He! Kalian ini sedang dihimpit masalah-masalah
Tapi yang kalian lakukan adalah pesta-pesta cengengesan
Kalian dikepung, ditenggelamkan, dibikin luluh lantak oleh problem-problem yang kalian ciptakan sendiri
Tapi kalian berperilaku seakan-akan kalian sedang sukses besar
Joget terus! Ketawa-ketawa terus! Main-main terus!

Dengarkan baik-baik:
Kalian tidak akan, tidak akan mampu membereskan masalah kalian

Tidak akan!

Sendiri-sendiri atau bersama-sama
Dengan ilmu apapun, yang paling mutakhirpun
Dengan segala ketrampilan dan managemen
Dengan menggabungkan segala komponen dan potensi
Dengan jenis kepemimpinan dan sistem model manapun
Tidak akan bisa!

Makahala
Dinasehati panjang-panjang begitu apa ya paham

Hajarala
Seandainya paham, nasehat itu ya hanya ditertawakan
Mereka berjoget gembira, tidak merasa ada persoalan

Tapel-Tapel berjoget tertawa gembira

Smarabhumi
Buka telinga kalian lebar-lebar!
Kalian ini bangsa yang sebenarnya unggul dan paling tangguh
Di balik keterpurukan hidup kalian, sesungguhnya tersimpan rahasia
Rahasa kebangkitan, rahasia cahaya masa depan
Kalau kalian mau bersatu, bergandeng tangan
Dan bekerja sama untuk menguak rahasia itu
Maka sebentar lagi kalian akan menjadi Bangsa Mercusuar Dunia!

Makahala
Mereka tidak butuh jadi mercusuar dunia
Bahkan mereka tidak butuh cahaya

Hajarala
Ya. Mereka mampu bergembira dalam kegelapan

Makahala
Bagi mereka tidak penting sukses atau gagal
Tidak ada bedanya miskin atau kaya

Hajarala
Ya ya. Karena hatinya gembira dalam keadaan apapun saja

Smarabhumi
Menunjuk Tapel satu demi satu

Ini kepala berisi sampah
Ini kepala penuh ulat
Ini kepala kosong melompong
Ini uang ditumpuk dipadatkan, jadi kepala
Ini kepala hangus dibakar api dari dalam
Ini otak yang di dalamnya hanya terdapat susu-susu dan pantat-pantat yang berjejal-jejal

Makahala
Yang sana itu suka nyerobot, tidak mau antri

Hajarala
Yang di sampingnya selalu ngincer peluang untuk korupsi

Makahala
Itu tiap hari nongol di teve, apa saja dikomentari, tidak perduli paham masalahnya atau tidak, sampai kedua ujung bibirnya berbusa-busa

Hajarala
Itu Bupati mantan preman

Makahala
Itu artis calon gubernur

Hajarala
Itu keluar penjara jadi Ustadz

Makahala
Itu narkobawan tokoh anti narkoba

Hajarala
Itu koruptor penyumbang terbesar dana pembangunan Masjid

Makahala
Itu orang hebat, tapi pemalas

Hajarala
Kalau yang itu sangat berbakat, termasuk bakat khianat

Makahala
Itu pinter, maka licik

Hajarala
Kalau itu: alim, saleh, sehingga sombong

Smarabhumi
Ampun ampun ampun
Tapel-Tapel tangguh luar biasa
Tidak bergeming dihantam masalah-masalah
Tak mati-mati dilindas derita
Tangguh di bawah penindasan
Tertawa ketika dianiaya
Gembira dalam sengsara

Smarabhumi, Makahala, Hajarala berlalu
Tapel-Tapel kembali berpesta berjoget gembira

Lainnya

Perahu Retak (4/17)

Perahu Retak (4/17)

Kalau diawasi, katanya tidak mau menerima kebenaran. Rupanya pemilik kebenaran di muka bumi ini adalah kakek mereka!

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Perahu Retak (Pendahuluan)

Perahu Retak (Pendahuluan)

Kerajaan Mataram tidak meneruskan “tradisi Wali”, dan menggantikannya dengan leqitimasi mistik Jawa terutama melalui figur Nyai Roro Kidul.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version