Perahu Retak (1996), Temukan di Indonesia Hari Ini

Menyelami Keindahan dengan Tadris, Ta’lim, Ta’rif, dan Ta`dib
Mbah Nun menyambungkan dengan membuka pintu ilmu kembali. Babaran malam ini, Mbah Nun memberikan pada kita mengenai apa itu tadris, ta’lim, ta’rif dan ta`dib. Menurut Mbah Nun, banyak sekali lembaga atau komunitas pendidikan di negeri ini yang walau secara usia dan kelembagaan mestinya sampai pada level ta`dib atau minimal ta’rif tapi justru mentok teoritis di tadris. Pakde Herman dari Solo juga datang malam ini. Beliau sepakat dengan optimisme Mbah Nun mengenai generasi muda terutama yang beliau temui di majelis-majelis Maiyah dan pada penghujung malam Pakde Herman juga menyumbangkan tetembangan yang merdu.
Mas Sabrang sendiri memilih untuk meringkas semua bahasan dengan sagat efektif yang intinya adalah bahwa yang dilakukan saat ini adalah menjaga keseimbangan, kekokohan logika, kemantapan kuda-kuda serta kelincahan berganti kuda-kuda sesuai dengan serbuan jurus zaman yang dihadapi.

Perahu ini retak. Dan retak adalah kondisi yang hanya bisa dialami oleh materi yang berada pada puncak titik keras. Belakangan kita melihat berbagai bentuk sedang keras dan keras adalah prasyarat utama untuk retak. Berbagai hal yang kultural pun dikeraskan, diideologiskan seolah kita sedang berada pada perang ideologi yang tak sudah-sudah padahal peta ideologinya pun telah usang.
Manusia cemas dengan keberadaan orang-orang yang mereka anggap musuh ideologinya. Manusia cemas kalau orang tidak menganut ideologi yang dianutnya. Di sini, satu-satunya kecemasan kita adalah apabila kita ternyata menyakiti hati Allah. “Manusia sekarang ini luar biasa menyakiti hati Allah,” ungkap Mbah Nun. Dan terdiam, para hadirin terdiam meresapi kalimat tersebut. Sangat dalam.

Kita prihatin bahwa retaknya perhu adalah karena kita tidak serius dengan hubungan kita pada Allah sehingga kita tidak bisa lagi melihat manusia apa adanya manusia. Di sini, dari arus bawah ini kita coba tambal-tambal kembali sebisa-bisanya keretakan-keretakan itu dengan melembutkan hati, menjernihkan pikiran, memantapkan logika serta mencari ketepatan-ketepatan.
