Bertahalli dalam Mulat Saliro
Allah, Allah. Allah, Allah.
Maalanaa maulan siwallah.
Kullama naadaita yaa Huu,
Qolayaa ‘abdi anallah.
Bait tersebut seakan mengiringi perjalanan dalam menyiapkan persiapan Milad Maneges Qudroh yang ke-8. Persiapan yang hanya dipersiapkan kurang lebih 10 hari ini terasa sebagai sebuah kemungkinan yang mustahil terselenggara dengan sebaik ini. Apa yang dapat kami andalkan selain keistiqomahan yang mengantarkan kami hingga usia Sewindu saat ini. Di dalam setiap relung jiwa para Penggiat seakan terpancar cahaya yang memanggil-manggil Allah. Dan Allah seakan memberikan jawaban dengan kelancaran persiapan acara ini.
Memang begitu adanya. Sebuah acara tanpa sponsor dan tenggat waktu yang singkat sepertinya memang butuh ‘kenekatan’. Dentuman akan panggilan tersebut tak henti-hentinya bergumam setiap hari. Tentu hal tersebut sangat wajar jika sebuah rasa khawatir pasti akan menyeruak. Tapi, sepertinya hanya ketenangan yang tampak pada wajah-wajah Penggiat ini. Seakan mereka mendapat jawaban, “Wahai hamba-Ku, Aku lah Allah!”
Bukan sebuah kata-kata belaka jika melihat keseharian persiapan acara ini. Sebuah acara yang memang didasari atas kecintaan di satu jalan yang sama di balik sebuah lingkar paseduluran. Sebuah ruang yang memang dilandasi atas dasar kecintaan kepada Allah dan kekasih-Nya yang bernaung di bawah kata ‘Maiyah’. Melalui Mbah Nun pula yang selalu mengisi ruang tersendiri di hati kami. Hanya lantunan sholawat KiaiKanjeng tak hentinya menggema di tempat persiapan acara tersebut.
Dua hari setelah pertemuan tersebut, muncul muqadimah acara yang bertema ‘Mulat Saliro’. Ada sedikit perbedaan sedikit di antara Penggiat. Mengenai kata ‘Saliro’ apa ‘Sariro’. Namun, perbedaan pendapat tersebut dimaknai secara baik-baik saja. Hal itu merupakan pertanda jika banyak yang memperhatikan walaupun hanya satu huruf. Detail kecil pun ternyata banyak yang memperhatikan.
Bagian poster pun dituntut untuk lebih berkonsentrasi karena poster semestinya sudah tayang seminggu sebelum acara. Dan target pun tampak terpenuhi. Semua sangat serius terhadap pembagian tugasnya. Tapi, hal tersebut tidak membatasi untuk selalu memberi masukan kepada bagian lain. Karena sudah seharusnya prinsip kebersamaan tetap berlaku. Bahkan anak-anak pun ikut membersihkan halaman Omah Maneges.
Tanggal 1 Februari 2019 malam, pertemuan kedua diadakan. Mau tidak mau, H-4 ini semuanya harus dibahas sampai tuntas. Dari masalah teknis sampai non-teknis. Sekitar 20-an penggiat hadir untuk menuntaskan segala yang dibutuhkan malam itu. Hingga jam 01.00 lewat tengah malam kami berkumpul pada malam itu.
Malam Senin pengerjaan Backdrop dikebut oleh beberpa penggiat yang sudah ahli dengan membuat gambar-gambar. Kemudian menyiapkan dekorasi panggung dan memasang tratag. Beruntung, jejaring di antara penggiat cukup banyak sehingga banyak pihak yang turut membantu.
Hingga sehari menjelang acara, sound sudah bisa dipasang dan konsumsi untuk para tamu maupun jamaah mulai dikerjakan. Terima kasih kami, atas nama Maneges Qudroh, Simpul Maiyah di Magelang kepada seluruh pihak yang telah terlibat membantu. Jika bukan karena kesamaan cinta di jalan yang sama kita tidak akan sampai bisa menapaki langkah hingga delapan tahun kebersamaan ini.