CakNun.com

Sekolah Gajah

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 1 menit

Mengapa ada Sekolah Gajah? Lalu kenapa gajah harus sekolah? Tidak cukupkah manusia saja yang wajib sekolah bertahun-tahun untuk beberapa lembar ijazah? Rupanya ide sekolah gajah ini mencuat sejak seringnya gajah di kawasan itu mengamuk dan merusak lahan pertanian warga. Beberapa warga bermental pemburu tentu akan gembira jika gajah-gajah itu diburu saja. Beberapa yang berjiwa dagang turut gembira melihat potensi ‘komoditi’ baru untuk diperdagangkan. Beberapa sisanya yang berjiwa kreatif merujuk solusi yang lebih ramah lingkungan: sekolah gajah.

Ide dasarnya adalah menjinakkan gajah liar ini dengan dilatih, sehingga bermanfaat bagi manusia. Tentu saja bagi banyak pihak, ide terakhir adalah yang paling masuk akal. Pemerintah menanggapi positif dengan menyelenggarakan sekolah gajah dan mendatangkan pelatih/pawang berpengalaman—usaha ini telah menampakkan hasil. Banyak gajah liar kini bisa main sepak bola, akrobat bahkan mau mengangkut gelondongan kayu yang dulu menjadi habitat gajah yang telah dirusak oleh manusia. Gajah-gajah liar itu kini telah teredukasi dengan baik. Bolehlah kita sebut gajah yang berbudaya. Tingkah laku gajah yang menggemaskan itu membuat kita mendadak lupa untuk bertanya: mengapa mereka dulu mengamuk?

Jangan-jangan sekolah untuk manusia juga nasibnya sama dengan gajah—yakni PENJINAKAN…!?

Kiai ToHar

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Sedulur Tani

Sedulur Tani

Pada zaman yang lalu jika usai panen, sedulur tani dapat membeli sekian gram emas, namun sekarang justru tak ada segram pun emas yang mampu dibeli — sebaliknya malah emas yang ada justru tergadaikan untuk membeli benih, pupuk, dan pestisida.

Toto Rahardjo
Toto Rahardjo
Exit mobile version