Awet Tua, Kemudian Awet Muda
Kalau tidak ada Mas Uki Bayu Sejati (UBS) di Jakarta, yang dikenali orang pada saya pasti bukan sebagaimana saya sekarang.
Kalau tidak ada Mas Uki Bayu Sejati (UBS) di Jakarta, yang dikenali orang pada saya pasti bukan sebagaimana saya sekarang.
Sahabat saya Toto Rahardjo, bukan tanpa dasar dipanggil dengan “Kiai Tohar” oleh kalangan Jamaah Maiyah.
Siapa sajakah dalam pemahaman berdasarkan pengalaman hidup kita “golongan yang berbondong-bondong menuju neraka, ila jahannama zumaro” sementara ada “golongan lain yang berduyun-duyun ke gerbang sorga, ilal jannati zumaro”?
Kalau Allah ngijabahi, karena menganggap kita lulus dan lolos dari kehidupan dunia yang penuh dilema, paradoks, ironi, dan ketidakmenentuan ini namun kita bertahan dengan kekukuhan taqwa, maka salah satu fragmen adegan yang sungguh ingin saya saksikan adalah Koreografi Satu Miliar Malaikat yang melingkar dan menari-nari mengelilingi Arasy atau jagat raya.
Di kebon 159 saya berkisah tentang rancangan perkelahian melawan teman “Tapak Suci” kemudian dilerai oleh sahabat yang lain, Ketua I OSIS SMA “Muhi”.
Saya banyak sekali belajar kepada Mas Ian Leonard Betts. Saya belajar kepada Pendeta Art Vilberg selama keliling 19 kota Belanda dengan KiaiKanjeng.
Ada sejumlah kata-kata mutiara atau kalimat ajaran yang dihapalkan secara umum, dari zaman kuno, yang sekarang justru diandalkan untuk icon pemasaran industri kapitalisme modern.
Kiai Tohar mengingatkan bahwa yang sekian puluh tahun ia kawal dari pergerakan budaya saaya di dunia kesusastraan dan kesenian Indonesia misalnya “Sastra Yang Membebaskan”, “Perlawanan Yogya terhadap Hegemoni Jakarta”, “Indonesianisasi Teater” Teater Dinasti dengan hanya mementaskan naskah-naskah yang digali dari sejarah bangsa sendiri, tanpa satu kali pun mementaskan naskah import misalnya dari Shakespheare, Sopochles, Anton Chekov dll.
Sahabat sejati adalah orang-orang yang setia bersama kita dalam jangka waktu yang panjang hingga usia tua.
Di awal era 1970-an saya adalah “orang udik”.
Salah satu masterpiece Sinau Bareng Maiyah adalah hadirnya Mirel seorang Waria yang ternyata sangat cerdas, ahli tanam-tanaman, memiliki pandangan keagamaan dan sosial budaya serta kemanusiaan yang terbimbing oleh kelengkapan wacana ilmu, keseimbangan berpikir dan kebijaksanaan bersikap.
Saya teringat almarhum Ustadz Yasin bin Hasan bin Abdullah bin Yasin Pasuruan, yang dengan vokal serak berat, yang kedahsyatan orasinya melampaui semua aktor-aktor teater atau film nasional dan dunia yang pernah ada.
Aku datang ke beribu-ribu tempat di seantero nusantara dan dunia, tetapi itu tidak membuat orang-orang yang berjumpa denganku mengenalku.
Semua orang yang beragama Islam tahu bahwa pernyataan Allah yang menyertai penciptaan manusia adalah bahwa Ia membikin manusia itu untuk menjadi atau dijadikan Khalifah di Bumi.
Ada peneliti sejarah yang menyatakan bahwa di zaman kejayaan Kerajaan Majapahit ada yang bilang setiap hari pasaran tertentu, berarti 35 hari sekali, disenggalarakan Upacara Kendi Emas di mana semua Raja-Raja dalam wilayah Persemakmuran Majapahit se-Asia berkumpul.
Apa sebenarnya yang terpenting yang terjadi ketika bersama KiaiKanjeng saya Sinau Bareng, Gembira dan Bahagia Bareng 5-8 jam hingga menjelang Subuh bersama lima ribu, sepuluh ribu, bahkan lebih dari itu atau terkadang kurang dari itu.
Manusia menghadapi manusia dan menilai berdasarkan fokus nilai tertentu. Ada manusia menghadapi manusia dengan fokus fiqih, yakni tata aturan peribadatan Islam.
Saya sudah meniati untuk mengakhiri tulisan tentang kanibalisme atas saya dan Maiyah di Youtube serta aplikasi-aplikasi lain di Media Sosial.
Saya hampir menjadi Kafir, karena memperlakukan wilayah iman dengan cara pandang ilmu.
Salah satu kunci hidup mashlahat manusia adalah ketelitian, kecerdasan, dan kesigapan untuk menghindari rasa pinter, rasa alim, rasa saleh, rasa sakti.
Hari ketika saya menulis sahabat sejati Harry Tjahjono, di mana saya menyebut peran sahabat sejati Mas Teguh Esha, sahabat sejati yang lain, Mas Uki Bayu Sejati, mengusulkan agar kami mengunjungi sahabat sejati lainnya lagi yakni Mas Teguh Slamet Hidayat yang dalam keadaan sakit.
Selama bertugas dan menikmati hidup di dunia, setiap manusia memiliki radius dan frekuensi bebrayan atau silaturahminya masing-masing.
Tuhan itu sungguh-sungguh menciptakan pluralitas atau keberbagai-ragaman makhluknya. Jangankan jutaan jenis tanaman dan binatang, burung, dan ikan.
Waktu di SMA dulu di mana saya menyewa kamar gedheg di Kadipaten, sudah ada dua anak Menturo, Cak Pai dan Mual Kudi yang ikut saya.