Si John, Koko, dan Keranjang Sampah


Sejak tulisan Cerita Tentang Email tayang beberapa waktu yang lalu, banyak teman Jamaah Whatsapp saya. Diam-diam si John digemari. Pada tanya, “John email apa hari ini…?”
Padahal sejak tayang itu, John email lagi tapi isinya kurang bermutu. Maaf ya John. Tapi kemarin dan hari ini, saya dapat hidayah untuk menulis lagi. Ingin mengutip lagi email-email John. Kata beberapa teman — ini arek apa adanya. Tema sekenanya. Sak karepe dhewe.
Lalu saya ingat buku Mbah Nun yang berjudul Keranjang Sampah. Dalam buku itu Mbah Nun bercerita bahwa dirinya, sejak tinggal di Patangpuluhan Jogja menjadi “keranjang sampah”. Apa saja disampaikan ke Mbah Nun. Ya persoalan hidup. Ya ide-ide baru. Ya keluhan-keluhan. Dan lain-lain.
Sampai kami pindah ke Kadipiro (sekarang menjadi Rumah Maiyah), kesan Keranjang Sampah masih melekat. Tamu aneh selalu datang. Aneh maksud saya adalah: Datang hanya untuk keperluan meminta uang transport pulang. Atau keluh kesah atas kegagalan bisnisnya. Atau hutang menumpuk. Atau minta ketemu Mbah Nun, menyampaikan keperluan yang privat tentang wangsit. Tentang harta terpendam. Tentang Imam Mahdi. Tentang cahaya keluar di kebun belakang setiap subuh. Dan lain-lain. Yang pasti, belum ada yang datang dengan kegembiraan, “Aku lagi sugih iki Mas. Bisnisku deal 1 M. Ayoo ngopi ke Starbuck….”
Dulu ada teman namanya Koko tinggal di Kadipiro. Pekerjaannya ngamuk. Teriak-teriak dalam diam. Kalau siang sering menghancurkan motornya sendiri. Lalu sore dibenahi kembali motornya. Setiap hari ada saja ulahnya. Suatu hari didatangi temannya. “Hai Ko. Apa kabar?” sapa temannya. “Koko gak ada. Yang ada Muhammad Ali Akbar…,” jawab Koko mantap.
Sebelum pandemi Covid-19 ia pamit pulang ke luar pulau plus minta dibelikan tiket pesawat.
Kami yang di Kadipiro rasan-rasan dan membayangkan si Koko ini datang lagi. Dengan penampilan berbeda. Bawa sopir dengan naik BMW X7. Lalu mendatangi kami yang lagi cangkruk di pendopo. Ia bilang, “Kalian sejak dulu seperti ini. Kagak ada perubahan blassss…..” Itu doa baik kami. Tapi sampai hari ini Koko belum muncul.
Koko, Si John, dan yang lain-lain adalah fenomena Maiyah.
Kembali saya cuplikkan email si John buat teman-teman yang sedang kasmaran dengan si John. Semoga bisa membuat kita tersenyum:
Saya barusan mematikan laptop. Karena ngantuk banget. Nggak biasanya saya ngantuk jam segini. Karena udara di sekitar kamar saya terasa sejuk
Kemarin masih terasa panas, sumuk, banyak nyamuknya. Saya harus membakar obat nyamuk cap kingkong agar nyamuk menyingkir dari kamar saya.
Saya cek di google, ternyata suhunya memang 24°C
Aneh ini
Tapi Allah memang keren
Tadi sore saat saya beli air galon, sempat gerimis mak klitik. Terus berhenti gerimis yaSayidina Ali, meyakinkan saya. Beliau berjanji akan menyejukkan hawa di sekitar Mbah Nun, jasad dan ruh Mbah Nun disejukan Allah. Untuk proses regenerasi sel, urat saraf, dan semua organ yang diperlukan generasi barunya.
Demikian, saya pamit tidur dulu
Saya tadi sempat nonton tawasulan sambil ngadep laptop
Itu doa saya paling serius
Supaya Rasullullah dan para kekasih Allah itu hadir langsung ke batin orang-orang yang mencintai Mbah Nun dan dicintai Mbah NunKalau saya aslinya, yang kurang ajar ke Mbah Nun, yang kurang ajar ke Rasullullah SAW, yang kurang ajar ke Allah SWT. Yang kurang ajar itu, dihajar saja sekalian
Itu aslinya saya begitu
Tapi kalau merasakan batinnya Mbah Nun
Saya ngalah lho ini
Padahal saya nggak mau begitu
Hehe
Ini saya teruskan, nggak jadi beli air galon
Oke Mbah Nun
Selamat makan.