CakNun.com
1975

Kelembutan Mati

Dihimpun dari buku Sesobek Buku Harian Indonesia. Puisi ini dibacakan oleh Joko Kamto dalam acara perdana SastraEmha di 18 Maret 2023
YouTube video player

Kamu yang menangis pasti kutampar mukamu
Kamu yang melelehkan peluh mata di hadapan dunia yang bengis
Awas kurobek keningmu!

Kelembutan sudah mati, kamu tahu!
Kelembutan sudah lama mati dan dunia begitu renta
Karena engkau tak pernah peduli

Cepat terjun ke air panas dendam yang mendidih
Matamu musti membelalak liar dan harus menyimpan
Gelombang dan kekejaman

Marah besar
Dada menggelegak hingga sukma terbakar
Sesudah itu baru kematianmu luhur

Burung-burung yang bernyanyi bungkam mulutnya
Batumu jangan leleh oleh terik matahari atau bisik angin
Dan bunuh suara-suara yang mengajakmu terharu

Hanya perawan boleh berharap pada keterharuan
Karena ia belum kenal gelombang lautan
Karena tak membunuh diri dengan perlawanan

Kelembutan mati — kamu tahu!
Kelembutan sudah lama mati dan dunia begitu renta
Karena Engkau tak pernah peduli

Kamu yang menangis pasti kulukai mukamu
Kamu yang tak jadi batu dan menyangka bisa ketemu
Awas kukoyak kenanganmu!

Lainnya

85

85

Tuhanku
kukasihi ia sebab menderita
di atas ketidakmengertian dan kekurangannya
kujaga nyawanya sebisa-bisa
sebab diketukkan palu sengsara
Kau anugerahkan cahaya.
Tuhanku,
kelemahan ialah kekuatan yang besar
ringkih hidupnya menjelma jadi raksasa tegar
jika mesti kuberikan ini nyawa
sebagai tumbal darah sukmanya
maka inilah kesempatan
membagi hidupku, dengan-Mu.

17

17

Tuhanku
kapan, kapan, di tengah abad glamor, di tengah
kanker teknologi, di tengah bumerang kemajuan,
di tengah kesia-siaan pertumbuhan, di tengah
jebakan mimpi, di tengah simpang siur
nilai-nilai, di tengah berjejal-jejalnya
kerakusan dan lupa diri
kapan
kapan
aku bisa setia
mengapai-gapai-Mu
senantiasa.

Exit mobile version