CakNun.com
Sebuah lakon tradisi

Perahu Retak (4/17)

Cermin perselisihan

Jawa - Islam

di awal Kerajaan Mataram
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit
Naskah Drama Perahu Retak karya Emha Ainun Nadjib.

Empat *)

(Melintas rombongan Ki Marsiung, Jogoboyo dusun Trembesi, yang temperamental, bersama para anak buahnya.

Tampaknya mereka geram.

Ki Marsiung menggerundal tak habis-habisnya).

MARSIUNG : Siapa cecurut-cecurut itu!

ANAKBUAH 1 : Tampaknya santri-santri Kiai Tegalsari, Ki Jogoboyo!

ANAKBUAH 2 : Yang suka jengkang-jengking lima hari sekali!

ANAKBUAH 1 : Lima kali sehari!

ANAKBUAH 3 : Komplotan Pengacau Keamanan!

MARSIUNG : Gerakan! Gerakan Pengacau Keamanan! Awasi mereka! Masuk dusun orang seenaknya saja!

ANAKBUAH 1 : Mereka mengaku pembela hak-hak manusia.

ANAKBUAH 2 : Pejuang rakyat kecil.

ANAKBUAH 3 : Sok pahlawan.

MARSIUNG : Padahal mau memasukkan aliran kepercayaan baru! Huh! Mendo menyun! Mau-maunya jadi budak orang Arab! Kita para Pamong jadi serba repot. Kalau dibiarkan mereka nyelonong saja. Kalau diawasi, katanya tidak mau menerima kebenaran. Rupanya pemilik kebenaran di muka bumi ini adalah kakek mereka!

*

*) Maksud yang sama dengan Adegan Dua.

Lainnya

Pohon Bailora

Pohon Bailora

Banyak sekali ekspresi masyarakat, terutama tokoh-tokoh kelas menengahnya, yang kemlinthi, gembagus, seneng pamer; “Saya merakyat! Kami peduli! Kami mengabdi rakyat!” dan banyak sekali umuk-umuk pekok seperti itu.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version