CakNun.com
Wisdom of Maiyah (17)

Menemukan Jalan Maiyah

Ferry Prahasta
Waktu baca ± 1 menit

Puluhan tahun, lebih tepatnya saat 27 tahun atau 28 tahun berjalan tanpa tahu arah, menjalani hidup tanpa tujuan.

Hingga pada suatu saat, ketika hidup ini dengan perjalanannya serasa terhenti, mendapati banyak cabang arah tujuan, seorang teman mengajakku untuk duduk bersila di tengah gerimis hujan hingga hujan deras dengan tangan berusaha menutupi segelas kopi dari guyuran hujan.

Hingga Mbah (Mbah Nun) yang dinantikan cucu dan anak-anaknya datang, sampai saat itu akupun masih bertanya dalam hati, kenapa semua sumringah?

Aku terus penasaran dan mengabaikan celana basah, dompet basah, baju basah, hingga kencing di celana pun… Seperti terhipnotis oleh kelembutan aura malam itu, kehangatan sambutan dan dialog dua arah baik dari Simbah, ataupun anak cucunya.

Maka ketika waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi atau entahlah mungkin 04.00 pagi dengan ditutup bersholawat untuk kanjeng nabi Muhammad dan berdoa bersama, hingga kepalaku diusap dan ditepuk-tepuk oleh Mbah Nun. Aku tersadar, aku terbuka hati, terbuka pikiranku.

Ini tempatku, ini saudaraku, ini yang Allah SWT tunjukkan. Aku akan kembali lagi dan selamanya. Matursuwun Mbah Nun & pakdhe-pakdhe KiaiKanjeng.

Lap. Polteknik Malang, 2016.

Lainnya

Baginda Nabi Saw Masih Membersamai

Baginda Nabi Saw Masih Membersamai

Sebenarnya saya merasa agak kikuk untuk menemukan apa yang disinggung Simbah Nun sebagai furqon dan tajdid majelis masyarakat Maiyah.

Ilham Fathur Ilmi
Ilham Fathur Ilmi
Muhammad Yamin
Muhammad Yamin

Maiyah

Maiyah
Exit mobile version