CakNun.com

Pemimpin-53

Sebagai bagian dari muttabi’in atau pengikut dan pejalan Demokrasi, aku cenderung meremehkan Agama dan tidak benar-benar percaya kepada Kitab Suci.

Aku tidak mencari tahu dunung juntrung dan perbedaan antara berita, informasi, qila waqala, inspirasi, hidayah, apalagi hudan lil-muttaqin.

Alih-alih sampai ke ilham, ma’unah, karomah, wahyu, mereka tahunya itu halusinasi, tidak riil, tidak ilmiah dan tidak akademik.

Aku pengikut Demokrasi Diskriminatif. Tidak melibatkan mayoritas makhluk Tuhan. Hanya manusia, makhluk bungsu yang congkak.

Lainnya

Pemimpin-59

Pemimpin-59

Katanya anak-anak disekolahkan agar mencapai persyaratan menjadi manusia modern. Punya bidang keahlian, agar profesional, syukur ekspert.

Maka rakyat jelas menentukan siapa wakilnya di bidang apa. Siapa pejuang dan pembelanya, sesuai dengan bidang keahliannya.

Tiba-tiba datang ribuan orang entah siapa, minta dipilih menjadi wakil rakyat. Orang dari A boleh mewakili rakyat B. Orang tidak jelas keahliannya dimandati untuk memperjuangkan A sd Z.

Kalau bukan sakit jiwa, ya sakit mental. Kalau bukan sakit mental, ya sakit akal. 

Kalau manusia sakit akal pikiran, mending tanaman dan hewan yang tumbuh indah oleh remote Allah dan para pegawai-Nya.

Pemimpin-23

Pemimpin-23

Manusia diwajibkan untuk hidup abadi oleh Yang Maha Menciptakan. Tidak ada pilihan, tak bisa menolak. 

Sisa Demokrasi hanya pada pilihan opsi Sorga atau Neraka. Andai menolak keabadian, lantas bunuh diri, ruh tidak terbunuh dan harus tetap tersandera di antara dua opsi itu.

Maka kalau Pemimpin menyangka ia berkuasa, berlaku pragmatis, berpikir pendek, bertindak instan, apalagi merasa sukses dengan itu semua — itulah contoh dari makhluk yang belum mengerti bagaimana caranya berpikir dan menggunakan akal.

Para Pemimpin Indonesia tinggalkan saja Pancasila, daripada terikat oleh Tuhan selama keabadian.

Exit mobile version