44
Tuhanku
aku pernah jadi pengecut yang sombong, berpikir
bahwa hanya Engkau yang kenal aku, sedangkan
kawan-kawan hanyalah keledai
kubangun bilik-Mu, aku tidur mendengkur
bersembunyi dari tiupan angin yang kotor
dan menyakitkan
jika aku kangen saudaraku di luar, kukuakkan sedikit
pintu, kuintip dengan pilu, tapi lantas
kukutuk pengalaman itu, sebab
udara buruk di luar membuat
mataku perih
akhirnya hujan yang terus-menerus bersamaan
dengan terik matahari yang tak putus-putus,
membuat bilikku berlubang-lubang,
dindingnya merapuh, atapnya
berjatuhan, dan akhirnya
ambruk.
Tuhanku,
aku telanjang di bawah langit. Kini tak bisa kuimpikan
untuk dari bilik itu, tanpa melewati
udara sekeliling, aku bisa sampai
langsung ke rumah-Mu.
akhirnya kutahu, Tuhanku, dalam telanjangku yang
penuh keringat, dalam tubuh menggigil oleh
panas badai bumi ini, kupahami
maksud-Mu, kucium bau-Mu.