Menyangga Kemerdekaan
Tuhan memaksa? Kenapa? Karena manusia hanya barang bikinan. Manusia hanyalah secangkir kopi di tangan manusia. Secangkir kopi dipaksa untuk menjadi secangkir kopi, tanpa bisa menawar untuk dijadikan secangkir teh. Bahkan ia hanyalah airnya, gelasnya, butir kopinya, atau tanaman kopinya. Air dipaksa menjadi air, gelas dipaksa menjadi gelas, kopi dipaksa menjadi kopi. Manusia dipaksa dijadikan manusia, kepalanya dipaksa menjadi kepalanya, tangan kakinya dipaksa menjadi tangan kakinya, serta seribu anasir lainnya dipaksa untuk menjadi masing-masing anasirnya.
Manusia hanya makhluk. Ia tiada. Bahkan tak pantas disebut tiada, sebab pada hakikatnya ia tidak punya modal apapun untuk berdialektika di antara ada atau tiada. Allah mencoba meniupkan kemerdekaan di ubun-ubun manusia, meskipun sebelum awalnya ia dipaksa berjanji “AlasTu biRobbikum?”. Dan manusia dipaksa menjawab: “Ya. Engkaulah Rabbiku”. Allah mencampakkan manusia ke semesta kemerdekaan: “Yang percaya kepada-Ku, percayalah. Yang membangkang, membangkanglah”. Dan sekian kurun zaman, manusia tidak lulus menyangga kemerdekaannya. Hasil terbesar peradaban dan kebudayaannya hanyalah menganiaya dirinya sendiri dan merusak dunia.