CakNun.com

Cahaya Rembulan dan Hati Matahari Turut Mewarnai “WALIRAJA-RAJAWALI” di Cikini

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 5 menit

Meskipun langit di Cikini sedikit mendung, namun cahaya rembulan tampak begitu indah menghiasi langit malam itu, masih sempurna purnamanya. Rembulan yang masih purnama itu turut menjadi saksi perhelatan Kenduri Cinta edisi Agustus 2022.

Foto: Adin (Dok. Progress)

Sabtu (13/8) malam, pagelaran teater kolosal “RAJAWALI-WALIRAJA” dipentaskan di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Ribuan pasang mata menjadi saksi pementasan kemeriahan pagelaran teater ini. Sempat ada kekhawatiran mengenai cuaca, karena angin berhembus cukup kencang sejak sore, alhamdulillah, hingga berakhirnya pementasan, tidak turun hujan.

Pagelaran ini adalah hasil kolaborasi bersama. Dalam 3 bulan terakhir, teman-teman Teater Perdikan bersama Cak Nun dan Gamelan KiaiKanjeng, beserta Progress Management mempersiapkan pementasan naskah “WALIRAJA-RAJAWALI” ini dengan serius dan sungguh-sungguh. Malam demi malam dilalui dengan proses latihan sangat intens di Rumah Maiyah Kadipiro. Tentu saja, improvisasi sudah terjadi di sana-sini, hingga akhirnya sempurna dipentaskan di Kenduri Cinta akhir pekan kemarin.

Sementara itu, Penggiat Kenduri Cinta di Jakarta, berjibaku berkejaran dengan waktu, di tengah kesibukannya masing-masing sebagai masyarakat pekerja di Ibukota, sebisa mungkin membagi waktu untuk juga serius dalam mempersiapkan kebutuhan teknis dan nonteknis di Jakarta. Yudi Handoko dan Munawir Sajali yang didapuk sebagai penanggung jawab penyelenggaraan acara, memimipin komando perhelatan dengan mengkoordinir teman-teman penggiat Kenduri Cinta lainnya.

Hasilnya adalah kemegahan panggung dengan tata cahaya lampu memukau, berpadu dengan gerak koreografis para pemain teater dan alunan harmoni musik KiaiKanjeng yang memukau dan membius jamaah yang memenuhi Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki.

Pagelaran ini bukan pertunjukan komersial. Tidak ada sponsor, tidak ada penjualan tiket, dan tetap egaliter, tanpa sekat.

Tepat pukul 19.30, pagelaran dimulai dengan pembacaan surat Ar-Rahman, lalu dilanjutkan dengan wirid Hasbunallah. Cak Nun dan KiaiKanjeng kemudian naik ke panggung utama untuk mengantarkan pementasan teater “WALIRAJA-RAJAWALI”. Nomor shalawat An-Nabi menjadi nomor pembuka, alunan musik gamelan yang menghentak, membangkitkan adrenalin semua yang hadir malam itu. Tentu ada tujuan kenapa Cak Nun meminta KiaiKanjeng membuka Kenduri Cinta malam itu dengan nomor shalawat tersebut.

Foto: Adin (Dok. Progress)

Di tengah-tengah nomor tersebut dimainkan, Ibu Novia Kolopaking tiba-tiba dipanggil oleh Cak Nun untuk bergabung ke atas panggung. Kejutan memang. Karena sejak siang hari, penggiat Kenduri Cinta tidak mendengar kabar kehadiran Bu Via di Taman Ismail Marzuki. Ternyata, diam-diam malam itu, Bu Via duduk bersama jamaah di dekat tenda FOH, bersama Dik Jembar. Cak Nun mengetahui informasi kehadiran Bu Via, langsung mengajak Bu Via bergabung dengan KiaiKanjeng dan membawakan sebuah nomor; Hati Matahari, yang juga merupakan satu nomor bernuansa penuh semangat.

Baru di awal saja, sudah sangat meriah. Jamaah yang hadir tampak begitu gembira.

Cak Nun kemudian sedikit memberi lambaran mengenai naskah “WALIRAJA-RAJAWALI” yang akan dipentaskan. Dan setelah 2 aransemen penuh hentakan itu, Cak Nun meminta KiaiKanjeng memainkan nomor Nothing Compare To You. Aransemen yang lebih halus, lebih mendalam, dan lebih lembut, untuk mengantarkan pementasan teater.

Kurang lebih selama 2 jam, pementasan teater “WALIRAJA-RAJWALI” berlangsung. Aksi panggung teaterikal teman-teman Teater Perdikan memukau ribuan jamaah yang hadir malam itu. Mulai dari Ibu Sitoresmi, Pak Joko Kamto, Pak Nevi Budianto, Pak Margono, Pak Eko Winardi, dan yang lainnya, semua total mengeksplorasi kemampuan terbaiknya.

Dialog-dialog mulai dari yang ringan hingga yang serius, menghiasi pementasan teater tersebut. Khas Cak Nun dalam menyusun kerangka narasi dialog yang dipentaskan, sarat makna, juga kritis. Pesan utama dari Cak Nun melalui pementasan teater “WALIRAJA-RAJAWALI” ini adalah tentang kriteria pemimpin sebuah bangsa. Memang, momen pementasan teater ini tidak mungkin dilepaskan dari situasi politik nasional di Indonesia saat ini. Tapi, Cak Nun menyajikan pesan yang tersirat itu dengan pementasan teater.

Sudah banyak Cak Nun menyampaikan kriteria-kriteria Pemimpin yang seharusnya dimiliki oleh seorang Pemimpin sebuah bangsa. Kita pernah mendengar istilah “Pemimpin yang Tuhan” melalui salah satu tulisan Cak Nun beberapa tahun lalu. Cak Nun juga pernah menyampaikan bahwa seorang Pemimpin adalah manusia yang hatinya sudah selesai. Pada pementasan kali ini, Cak Nun lebih menegaskan lagi bahwa seorang Pemimpin adalah seorang yang WaliRaja. Yaitu seorang Raja yang memiliki kualitas Wali dalam dirinya.

Semakin menambah kemeriahan dan kegembiraan Kenduri Cinta malam itu, Uuai pementasan teater, KiaiKanjeng kembali memainkan beberapa nomor-nomor lagu seperti Tombo Ati dan medley One More Night-Beban Kasih Asmara yang di tengah-tengahnya disisipkan lagi sebuah fragmen kecil oleh Pak Nevi Budianto.

Seluruh kemeriahan perhelatan teater kolosal malam itu tidak terjadi begitu saja. Pagelaran ini bukanlah seperti event kebanyakan. Ini bukan soal terkumpulnya sejumlah uang, lalu digunakan untuk membayar semua keperluan yang dibutuhkan. Juga bukan tentang disusunnya sejumlah orang untuk menjadi tim penyelenggaranya. Tidak seperti itu.

Semua itu tidak dibangun dalam semalam. Perjalanan 22 tahun Kenduri Cinta dalam berkomunitas dengan segala dinamikanya melahirkan tim yang mampu memaksimalkan potensinya untuk mengimbangi keseriusan dan kesungguhan yang sudah dilakukan oleh Teater Perdikan dan KiaiKanjeng dalam mempersiapkan pementasan teater ini.

Peran jamaah pun tidak kalah penting. Skema bantingan yang dihimpun untuk membiayai perhelatan ini menjadi pelengkap terwujudnya harmoni keindahan pementasan teater tadi malam. Dan memang benar-benar ‘bantingan’, tidak penting berapa nominal angka yang ditransfer ke rekening panitia atau yang disetorkan langsung saat acara melalui kotak kencleng, karena yang utama adalah semangat kebersamaan untuk nyengkuyung kelancaran acara ini. Toh meskipun hingga digelarnya pagelaran ini uang yang terkumpul tidak memenuhi target dari anggaran biaya yang dibutuhkan, faktanya pagelaran dapat tetap terlaksana dengan baik, tanpa ada kendala yang berarti.

Foto: Adin (Dok. Progress)

Adalah sebuah ide yang cukup gila, sebenarnya, menghadirkan sebuah pementasan teater kolosal di Jakarta, yang terbuka untuk umum dan dapat dinikmati dengan gratis, dengan panggung yang megah, dipenuhi tata lampu yang juga mewah, namun tetap menjaga semangat kemandirian sebuah komunitas.

Namun hal ini juga menjadi bukti, bahwa Kenduri Cinta sebagai sebuah komunitas di Jakarta memiliki eksistensi yang solid dan posisi yang baik. 22 tahun hadir di Jakarta, di pusat Indonesia, sebagai sebuah forum yang menjadi wadah bagi semua orang, menjadi ruang yang sangat egaliter dan mampu bertahan tanpa harus bergantung pendanaan kepada siapa-siapa. Karena Kenduri Cinta dihidupi oleh siapapun yang bersentuhan dengannya.

Akhirnya, terima kasih kami sampaikan kepada Cak Nun, Gamelan KiaiKanjeng, Teater Perdikan, Progress Management dan seluruh pihak yang terlibat dalam pagelaran “WALIRAJA-RAJAWALI” ini. Juga kepada jajaran staff UP PKJ Taman Ismail Marzuki, TGUPP DKI Jakarta dan PT. JAKPRO yang turut serta mendukung kelancaran berlangsungnya pementasan.

Sampai jumpa di pagelaran Kenduri Cinta selanjutnya. (RedKC/FA)

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Kenduri Cinta Menyambut Waliraja-Rajawali

Kenduri Cinta Menyambut Waliraja-Rajawali

Mestakung. Semesta mendukung. Kata itu yang tiba-tiba tersirat saat bulan lalu kami penggiat Kenduri Cinta dihubungi oleh pihak TGUPP DKI Jakarta untuk diminta kembali menyelenggarakan forum Majelis Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta di Taman Ismail Marzuki.

Fahmi Agustian
Fahmi Agustian
Exit mobile version