Tombo Ati Menggema dari Desa Kajongan
Sinau Bareng Ngaji Tombo Ati ini dimulai pukul 20.00 WIB. Sekitar dua ribu jamaah memadati lokasi acara yang bertempat di pertigaan jalan Desa Kajongan, Bojongsari, Purbalingga. Mereka mengambil tempat di tiga sisi panggung: jalan depan panggung dan jalan samping kanan dan kiri panggung.
Sinau Bareng yang di-sengkuyung penuh oleh teman-teman Juguran Syafaat ini adalah bentuk syukur Mas Herman (salah satu penggiat Juguran Syafaat) yang punya hajat mengkhatamkan kedua anaknya, Syafy Miqdad Arundoyo dan Fannan Astama Oswasa (dua nama yang diberikan oleh Mbah Nun) dengan mengajak masyarakat dan jamaah Maiyah untuk Sinau Bareng bersama KiaiKanjeng dan Mas Sabrang malam itu, Minggu 30 Juni 2024.
Mas Kukuh dan Mas Kusworo sebagai perwakilan Juguran Syafaat sempat ikut menyapa jamaah dengan memperkenalkan Juguran Syafaat. Di sesi awal, KiaiKanjeng memandu jamaah untuk bersama-sama memunajatkan doa dan sholawat. Mas Helmindan Mas Doni terlibat aktif memandu jalannya sesi demi sesi, serta membangun lalu lintas interaksi dengan jamaah.
Suasana forum demikian hangat dan meriah, yakni ketika jamaah diajak berinteraksi dengan dibagi menjadi tiga kelompok. Ada kelompok Mendoan disebelah kiri panggung yang dipandu oleh Mas Doni, Sebelah kanan kelompok Kangkung yang dipandu oleh Mas Imam Fatawi, dan deretan depan panggung dipandu oleh Mas Islamiyanto.
Sekitar pukul 21.30 Mas Sabrang bergabung naik ke atas panggung. Hadir pula Pak Titut, turut membersamai jamaah. Usai Mas Helmi mengulas sekilas jalannya sesi awal dan sesi jajak pendapat ke jamaah, kemudian kesempatan pertama bagi Pak Titut untuk menyapa di awal.
Dilanjutkan Mas Sabrang menyapa di awal dengan membawakan lagu “Ruang Rindu” yang sungguh melegakan hati. Lalu dengan runtut Mas Sabrang membagikan perspektifnya tentang tombo ati. Di antaranya melalui cara pandang matematika bersyukur yaitu bahwa kalau kita sedang bahagia dan membagikan kebahagiaan itu maka kebahagiaan kita akan bertambah.
Mas Sabrang mulai membuka diskusi dengan mendefinisikan apa makna dari Tombo dan Ati, kemudian mengurainya dan membuat suatu analogi yang sekiranya dapat dipahami bersama seperti kalau kita sakit hati maka apa yang perlu kita cari? Pastilah obat.
Ada pepatah yang mengatakan “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Kalimat itu mengisyaratkan bahwa kalau kita bisa melakukan pencegahan dengan benar yakni mencegah diri kita agar tidak mudah iri dan dengki kepada orang lain maka kita akan jarang mengalami yang namanya sakit hati.
Itulah inti sesungguhnya di balik kata tombo ati, dan kebalikannya adalah kalau kita sering iri dan dengki maka kita akan mudah mengalami yang namanya sakit hati. Ada jenis sakit yang termasuknya sakit secara fisik dan sakit secara hati. Obat agar fisiknya sehat adalah olahraga fisik yang ditandai dengan keluarnya keringat, dengan rajin berolahraga maka tubuh pun akan terasa bugar.
Maka, begitu juga dengan hati, ia juga perlu olahraga agar tidak mengalami sakit. Seperti apakah olahraga hati itu? Olahraga hati atau pencegahannya agar tidak sakit yakni “bersyukur”. Ada metode latihan bersyukur yang Mas Sabrang bagikan disini yaitu Gratitude Journal (jurnal rasa syukur) yang berisi tentang catatan harian mengenai hal apapun yang dapat disyukuri.
Cara mempraktikkannya adalah sebelum tidur dengan meluangkan waktu tertentu kemudian siapkan catatan untuk menuliskan lima hal yang dapat disyukuri hari ini. Setelah sampai pada tahap ini maka jadilah satu jurnal syukur yang akan memberikan frame berfikir tentang apa apa yang bisa kita syukuri dan nikmati. Metode ini sudah di coba oleh banyak orang di dunia dan terbukti membuat hati menjadi sehat.