CakNun.com

Welkom t’huis

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
Waktu baca ± 2 menit
Almarhumah Ibu Halimah duduk di kursi teras rumah bersama putra-putranya yang tengah persiapan Padhangmbulan 7 September 2006. Majelis ini adalah salah satu wujud kepedulian keluarga Ibu Halimah terhadap pendidikan masyarakat.

Suasana ‘sophisticated cave’ siang tadi penuh dengan senyum, dan aura bahagia. Saya masuk ruangan dan langsung disambut sapaan dari Bu Nyai.

“Eh, ada Dokter Eddy Supriyadi.” Sontak saya ngekek dan sedikit terbahak. Engga pernah Bu Nyai menyapa saya seperti ini dengan nama lengkap. Aneh, asing, dan kedengeran lucu. Lha wong biasanya nggak pernah panggil nama asli, apalagi dengan gelar. Ucie, yang ada di sampingnya hanya cengar-cengir saja. Apalagi si Kakak mbarep. Hanya cengar-cengir juga sambil asik ngerjain pekerjaannya, yang ‘kantor’-nya di negeri seberang. Kakak mengerjakannya di hadapan ayahnya.

Sayapun bersalaman dengan Cak Nun, dengan sekali lagi mengajak beliau ke Plecing Kangkung. Rupanya semangat kuliner ini selalu saya hembuskan, karena selama beristirahat di sophisticated cave, beliau selalu mendapat asupan yang kurang bisa mengeluarkan keringat. Gak ada teh puanaaaaas. Sambal trasi ataupun tempe garit.

Sebenarnya ini ‘ngekek’ saya yang kedua di hari ini, setelah pagi tadi Bu Nyai telepon saya dengan menyebut nama lengkap saya dan dengan gelar. Saya pun terbahak ditelepon di tengah-tengah pasien yang saya panggil akan masuk ke ruangan. Kami membahas persiapan discharged planning Cak Nun nanti sore. Semua hal termasuk obat dan nutrisi serta pernik-perniknya.

Sang penanggung jawab pasien (secara medis) juga me-WA saya, “Kang Eddot, rencana Cak Nun sore ini bisa pulang. Saya sudah bicara dengan Ibu Via perihal kepulangan beliau. Bu Via juga sudah cerita kalau rumah sudah siap menyambut.”

“Siap Mas Dokter!” jawab saya.

Dalam perjalanan menuju ke tempat parkir, saya mendapati teman saya, Budi juru parkir, sedang asik mainin hape-nya. Saya bikin terkejut dia dengan teriak persis di sampingnya.

Ora mung WA-nan wae…!!” Saya sedikit teriak. Dia pun kaget sambil memegang lengan saya, dia nanya,

Kapan simbah kondur? — Kapan mBah Nun pulang?”

Lha iki wis meh — lha ini hampir,” jawab saya.

Pokoke yen Simbah kondur mangke kulo ajeng mbengok — Hidup Maiiyahh! — Pokoknya nanti kalo Mbah Nun pulang saya akan teriak Hidup Maiyah!” sambil memeluk saya dengan kegirangan. Saya merasakan kegembiraan ini bahkan bisa ‘nyetrum’ sampai segala lapisan masyarakat.

Sambil membantu mengambilkan sepeda motor saya, Budi senyam dan senyum.

Saya kemudian start sepeda motor saya dan mulai berjalan, sambil membayangkan ketika zaman sekolah di Amsterdam dulu. Waktu keluar dari Schiphol, banyak keluarga yang menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru pulang bepergian dengan dengan luapan kegembiraan sambil membawa bunga, balon bahkan spanduk kecil yang bertuliskan:

‘Welkom t’huis’
(Welcome home)

Yogyakarta, Rabu, 16 Agustus 2023

Lainnya

Raja Diraja (1997)

Raja Diraja (1997)

Kau tumpuk harta dan kuasa
Sesudah kau rampok mereka
Tak peduli apapun saja
Akhirnya kau pun jadi tua
Dan semua itu tak berguna
Ketika nyawamu hilang
Yang kau bawa penyesalan
Setelah kau selalu menang
Sesudah kau tak terkalahkan
Akhirnya dirimu sendiri
Tak dapat kau kalahkan
Kau pikir kau Raja Diraja Padahal esok pagi sirna

Sesudah kau rampas dan kau simpan, seperti seorang kolektor benda purba yang mengira dapat menahan waktu dengan menjejalkan semuanya ke gudang.cEmas, jabatan, hormat palsu — semuanya ditumpuk.

Redaksi
Redaksi
Exit mobile version