CakNun.com

Mbah Nun Menyambangi Anak-Cucu di Maiyah Cirrebes Cirebon

Setelah tadi malam di Kenduri Cinta, malam ini (11/2) Mbah Nun hadir menemani teman-teman Jamaah Maiyah Cirrebes di Desa Babakan Kecamatan Babakan Cirebon Jawa Barat.

Sejak tahun 2021 lalu, Mbah Nun memang sudah mengagendakan untuk nyambangi Simpul-Simpul Maiyah. Sedikit flashback, di tahun 2021, Mbah Nun menyambangi Bangbang Wetan Surabaya dan Warok Kaprawiran Madiun. Kemudian berlanjut Saba Maiya Wonosobo dan Semak Kudus. Lalu, di awal tahun 2022 lalu, Mbah Nun menyambangi Lingkar Daulat Malaya Tasikmalaya dan 2 Simpul Maiyah di Lampung; Maiyah Ambengan dan Maiyah Dualapanan.

Dan malam ini tiba gilirannya Maiyah Cirrebes disambangi oleh Mbah Nun. Sambutan hangat Jamaah Maiyah di area Cirebon dan Brebes malam ini tampak terlihat dari raut wajah mereka yang hadir penuh dengan nuansa kebahagiaan. Tidak sedikit ibu-ibu yang mengajak serta anak-anaknya yang masih kecil. Mereka bertemu dengan Simbah mereka, Mbah Nun.

Kemesraan dan kegembiraan malam ini begitu lengkap. Masyarakat berbondong-bondong datang untuk menikmati kebersamaan bersama Mbah Nun. Beberapa teman-teman penggiat Simpul Maiyah sekitar; Poci Maiyah Tegal, Suluk Pesisiran Pekalongan, Maiyah Pemalang, Lingkar Daulat Malaya Tasikmalaya dan Kenduri Cinta Jakarta juga hadir.

Setelah melambari dengan beberapa poin inti, Mbah Nun kembali menegaskan bahwa Maiyah ini sifatnya adalah ruh, software. “Anda jangan memiliki cita-cita dengan membawa label Maiyah. Kalau Anda suatu hari menjadi Bupati, misalnya, yang Anda bawa itu hati Maiyah, ruh Maiyah.” Mbah Nun menegaskan bahwa Maiyah itu hadir bukan untuk dipadatkan, melainkan Maiyah harus tetap menjadi software dalam diri kita masing-masing. Sehingga jika kelak kita harus berperan dalam satu arena, kita memainkan peran itu dengan ruh Maiyah. Bahkan, di kehidupan kita sehari-hari saat ini pun, yang kita bawa adalah ruh Maiyah.

Mbah Nun kemudian mewedar kembali mengenai awal mula penciptaan Adam As. sebagai manusia pertama di Bumi. Pada prosesnya, adalah Iblis sosok antagonis yang membangkang perintah Allah ketika diperintah untuk bersujud kepada Adam As.

Mbah Nun memiliki satu perspektif mengenai peristiwa ini. Seperti sebelumnya beliau jelaskan di Padhangmbulan, bahwa sujud itu tidak selalu sama dengan menyembah. Menurut Mbah Nun, perintah sujud yang disampaikan oleh Allah kepada Iblis dan Malaikat saat itu bukan merupakan peristiwa perintah untuk menyembah Adam As.

“Dalam diri manusia itu terdapat potensi kemunafikan, karena manusia adalah makhluk kemungkinan,” lanjut Mbah Nun yang kemudian mensimulasikan beberapa amsal tentang ilmu batas.

“Pandangan kita terbatas, pendengaran kita terbatas, penciuman kita terbatas. Keterbatasan itu adalah ilmu untuk kita bersyukur,” lanjut Mbah Nun. Kita sudah menyimak di Maiyah sejak lama mengenai ilmu Puasa dari Mbah Nun, bahwa Puasa adalah ilmu pemahaman mengenai batas.

Bisa kita bayangkan betapa repotnya hidup kita jika penglihatan, pendengaran, dan penciuman kita tidak dibatasi. Dari pendengaran saja misalnya, seandainya pendengaran kita tidak dibatasi, kita bisa mendengar suara hati orang di sekitar kita, atau bahkan kita bisa mendengar suara orang yang jaraknya 1 kilometer dari kita. Betapa repotnya hidup kita.

Mbah Nun kemudian mentadabburi surat Al Ahzab ayat 72:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu amat zalim dan sangat bodoh.

Dari ayat ini, Mbah Nun memberi amsal yg lebih jelas, bahwa manusia itu memang memiliki potensi kesombongan yang luar biasa. Merasa sombong dan mampu untuk mengemban amanat yang bahkan sudah ditolak oleh langit, bumi dan gunung-gunung. Maka Allah dalam ayat tersebut menyatakan bahwa manusia itu sangat dhalim dan sangat bodoh. Dholuman jahuulaa.

Seperti yang disampaikan oleh Mbah Nun di forum Kenduri Cinta tadi malam, bahwa melalui Maiyah ini tujuan utama kita adalah meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia. Maka Mbah Nun selalu berpesan kepada kita agar kita harus mampu menentukan target peningkatan diri kita pada setia kita hadir di Maiyahan, sehingga jika berganti bulan dan kita kembali hadir di Maiyahan, kita mampu mendeteksi dalam diri kita, mana saja yang sudah meningkat dan mana saja yang belum meningkat dari dalam diri kita. (Fahmi Agustian)

Lainnya

Kabar Dari Kami

Kabar Dari Kami

Sayangnya, yang memprihatinkan adalah berita yang bermunculan. Era media sosial yang super cepat tampaknya membuat wartawan tidak selektif mencari narasumber yang otentik.

Exit mobile version