CakNun.com

Energi Ta’dib SMK Global

Dok. Pribadi

Setelah jeda cukup lama, ditambah situasi pandemi yang menyebabkan siswa belajar dari rumah, kegiatan Ta’dib SMK Global Menturo akan diaktivasi lagi. Persiapan non teknis mulai disusun. Salah satunya menghangatkan mesin berpikir dan memantapkan keyakinan bahwa Ta’dib adalah thariqah mengolah diri melalui kegiatan belajar yang dipuncaki oleh kesadaran menjadi manusia takhlis.

Acara pemanasan itu bertajuk Workshop Wawasan Ta’dib kemarin 19 Juni 2021. Pesertanya para guru SMK Global Menturo. Bapak Adil Amrullah (Cak Dil) sebagai Ketua Yayasan Al Muhammady turut nyengkuyung acara tersebut. Sesepuh dan pahlawan pendidikan, Bapak Miftahussurur (Cak Mif), dengan kesetiaannya mendampingi kegiatan workshop yang berlangsung di lantai dua kantor guru SMK Global.

Saya bersama Pak Irwan ketiban sampur memandu jalannya workshop. Alhamdulillah-nya, Ta’dib bukan hal baru di Maiyah. Pada periode pertama kegiatan Ta’dib siswa SMK Global Mbah Nun menangani langsung proses tersebut. Waktu itu, di tengah padatnya rangkaian kegiatan, Mbah Nun bukan hanya membimbing tahapan teknis pelaksanaan Ta’dib. Cara berpikir — dan menurut saya fondasi yang tertanam hingga sekarang: energi Ta’dib — ditransformasi Mbah Nun menjadi “mishbah” yang cahayanya memancar dari dalam “zujajah” peserta Ta’dib.

Berhubung “zujajah”-nya agak berdebu karena lama tidak dirawat maka para guru yang gumregah menyongsong Ta’dib dan akan dimulai pada tahun pelajaran baru, tak ubahnya menggosok kaca agar kembali berkilat.

Ta’dib sebagai proses belajar yang menyadari bahwa pendidikan adalah proses rakaat panjang terbukti fadlilahnya justru ketika kegiatan belajar di ruang-ruang kelas harus sembunyi dari serbuan virus.

Apakah Ta’dib serupa dengan outbound? Tidak. Ia bukan semata-mata proses instan belajar di luar kelas yang diisi game-game edukasi. Lebih dari itu: kegembiraan belajar tidak hanya dicapai melalui permainan, ice breaking atau yel-yel. Ta’dib menjunjung tinggi kebebasan menyampaikan ekspresi dengan tetap mematuhi pagar kepantasan dan keberadaban.

Kegembiraan utama selama Ta’dib berlangsung adalah setiap guru dan siswa menyediakan ruang dalam dirinya untuk menerima kehadiran orang lain secara autentik. Bukan hanya kehadiran fisik, melainkan kehadiran pendapat, kehadiran gagasan, kehadiran ekspresi, kehadiran pilihan, yang bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain.

Para peserta Ta’dib menyadari bahwa dirinya tidak hanya terhubung dengan satu atau dua orang kawannya. Setiap keputusan perilakunya akan terkoneksi dengan manusia, pohon, sawah, tanah, udara, air, malaikat, dan pasti terhubung dengan Tuhan.

Oleh karena itu, pilar pertama yang ditegakkan adalah mengenali diri sendiri. Metode perkenalannya pun berbeda dengan lazimnya orang mengenalkan diri. Peserta Ta’dib bertukar diri dengan kawannya. Perkenalan silang ini ibarat peribahasa: sekali dayung tiga pulau terlampaui. Selain mengenali dirinya dua pasangan ini saling mengenal temannya.

Demikian sekilas substansi pendidikan Ta’dib yang tahapan prosesnya dimulai dari ta’lim, tafhim, ta’rif, ta’mil, takhlis.

Pak Irwan menyampaikan 10 nilai pendidikan Ta’dib, hasil rumusan kegiatan sebelumnya ketika Mbah Nun memandu prosesnya secara langsung. Kemampuan ekspresi, kerja sama, kesetiaan hingga iso rumangsa merupakan pilar-pilar nilai yang ditegakkan selama proses Ta’dib.

Dalam sambutannya Pak Mif menyatakan proses belajar tidak berhenti pada tahap dari tidak tahu atau belum menjadi tahu (ta’lim). Diperlukan sikap belajar yang tepat agar siswa memiliki cara berpikir untuk menapaki jenjang ta’lim hingga takhlis.

Dok. Pribadi

Mustahil menyemai empati, kemampuan kerja sama, setia menjalani proses, iso rumangsa, tanggung jawab apabila para guru dan lingkaran komunitas pengabdiannya nihil dari benih-benih itu.

Selama workshop berlangsung saya dan Pak Irwan, dibantu Pak Pul Global, tidak berceramah atau melakukan indoktrinasi 10 pilar Ta’dib. Para guru diajak memasuki atmosfer belajar yang aman dan mengamankan, gembira dan menggembirakan, aji dan ngajeni.

Workshop Wawasan Ta’dib menampilkan pemandangan yang menarik. Bermula dari menerbitkan sikap empati kepada persoalan yang dihadapi orang lain, legawa mendaftar problematik individu, lantas bekerja sama menemukan akar persoalan, saling rela menyumbangkan solusi (makhraja) sesama kelompok, kemudian merancang prototipe metode sekaligus melakukan tes prototipe — workshop yang berlangsung selama delapan jam semoga menjadi pengalaman belajar yang penuh makna.

Menyaksikan kenyataan itu saya tinggal meneruskan pesan Mbah Nun. Bapak Ibu Guru yang sebelumnya berada di langit harapan: berharap dapat menjadi pengayom, pemangku, pelindung yang ditanazuli cahya Ar-Rahman, naik menuju langit keyakinan: tekadnya penuh, tawakalnya total, pengabdiannya mukhlis, serta yakin seyakin-yakinnya terhadap turunnya Rahmat Allah Swt.

Selamat datang, Kawan-kawan, di langit pendidikan Ta’dib SMK Global Mentoro.

Menturo, 19 Juni 2021.

Lainnya

Menemukan Ilmu Yang Mempersatukan di Huma Maiyah

Menemukan Ilmu Yang Mempersatukan di Huma Maiyah

Dalam endorsement Mbah Nun untuk buku Bu Anne Rasmussen yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: “Merayakan Islam dengan Irama”, ada kalimat yang menggambarkan bahwa kebanyakan ilmu pengetahuan memecah belah, sementara cinta mempersatukan namun Bu Anne dengan kedalaman ilmu beliau mampu menemukan ilmu yang mempersatukan hati manusia.

Exit mobile version