CakNun.com

Mereorientasi Prioritas Hidup

Liputan singkat Majelis Ilmu virtual Bangbang Wetan, Surabaya, Jumat, 10 April 2020
Bangbang Wetan
Waktu baca ± 5 menit

“Teknologi sudah sangat maju. Berkumpul tidak hanya secara fisik. Sekarang kita bisa menggunakan kecanggihan teknologi. Tetapi akan muncul kerinduan-kerinduan untuk bertemu fisik kembali, sebab bertemu fisik lebih gayeng.”

Sama seperti yang disampaikan Mas Jamal dari Amerika itu, kita berusaha menjawab tantangan zaman untuk tetap menjaga keistiqamahan sinau di tengah pandemi Corona yang sedang merebak tanpa harus melanggar kebijakan pemerintah tentang local distance dan physical distance maupun istilah lain yang tidak memperkenankan kerumunan massa.

Dengan persiapan semaksimal mungkin, kami mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut teknis demi kelancaran live streaming youtube BangbangWetan. “Berangkat dari kegelisahan teman-teman Jamaah Maiyah, maka BangbangWetan mencoba sinau bareng virtual-an secara live streaming melalui akun youtube BangbangWetan pada 10 April 2020.”

Sebagaimana disampaikan Mas Rizky dari Juguran Syafaat, berasal dari tema “Corona Cave”, kita masing-masing mencoba merumuskan, menentukan sikap, dan berusaha menjawab permasalahan yang berhubungan dengan Pandemi Corona yang sedang kita hadapi bersama, termasuk para narasumber dan saudara dari berbagai wilayah.

Pada Bangbangwetan kali ini, kami memang sengaja mengundang saudara dari berbagai wilayah, di antaranya: Mas Fauzi dari Damar Kedhaton, Cak Rudd dari Lumbung Bailorah, Mas Rizky dari Juguran Syafaat, Mas Wakijo dari Gambang Syafaat, Mas Prayogi dari ReLegi. Serta dari mancanegara, seperti: Mas Jamal dari Amerika Serikat, Mas Karim dari Belanda, Mbak Nafis dari Jerman, dan Mas Reiza Wisnu dari Malaysia. Tak ketinggalan juga Pak Toto Rahardjo, Pak Suko Widodo, Mas Sabrang MDP, Kyai Muzammil, dan Pak Anom (kepala BKD Jatim).

Mas Rizky mengungkapkan bahwa dia sangat merindukan suasana melingkar saat Maiyahan. Mas Wakijo menambahkan bahwa berbekal keahliannya di bidang akrilik, Ia mencoba ikut bergerak dengan membuat face shield yang terbuat dari akrilik yang dibagikan secara gratis. Face shield didonasikan kepada teman-teman dan daerah yang membutuhkan, utamanya para tenaga kesehatan. Mas Aminullah dari BangbangWetan mengharapkan bahwa kita harus tetap tenang dan harus mencari informasi sebanyak-banyaknya seputar Corona.

Mas Karim menyampaikan bahwa di Belanda tenaga medis dan masyarakatnya menyikapi Pandemi Corona secara lebih santai dan rasional. Sementara itu, Mas Reiza menceritakan bahwa penanganan pemerintah Malaysia dalam melaksanakan kebijakan lockdown sangat tertata dan tertib, juga masyarakat Malaysia lebih patuh jika diimbau oleh pemerintahnya.

Mbak Nafis menceritakan kalau curva penderita Corona terus meningkat, namun angka yang meninggal menurun. Masyarakat Jerman mempunyai penyikapan terhadap Corona dengan melakukan penanganan diri sendiri atau memeriksakan diri ke dokter pribadi.

Sedangkan Mas Tobib dari Arab Saudi melaporkan bahwa kondisi terkini di Masjidil Haram dan Kakbah masih ditutup total. Hanya sebagian imam besar Masjidil Haram yang salat di sana. Semua jalan menuju Masjidil Haram dan Kakbah ditutup total. Azan di masjid tidak dilanjutkan dengan iqamah. Di Arah Saudi lockdown berlaku 24 jam.

Jamaah BangbangWetan memang tidak diperbolehkan hadir secara langsung, namun mereka tetap bisa berkontribusi dan menyampaikan pertanyaan kepada para narasumber melalui live chat youtube, tagar #bbwApril, dan nomor whatsapp yang telah diumumkan oleh penggiat. Bermacam rupa mereka sampaikan. Mulai dari sambatan tentang sepinya order ojek online akibat Corona, hingga menyampaikan kalau malam itu BangbangWetan sejenak berubah menjadi forum akademik, empiris, dan ilmiah.

Kyai Muzammil yang bergabung sebagai narasumber utama bersama Pak Toto Rahardjo, Pak Suko Widodo, serta Mas Sabrang MDP, menyampaikan pandangannya tentang masalah Corona ini. Pertama, kita sedang diuji oleh Allah: dari baik apakah kita tetap baik. Kedua, ini merupakan teguran kepada kita atas segala yang kita lakukan. Ketiga, ini merupakan adzab yang diberikan Allah atas kesalahan atau dosa yang kita perbuat.

“Saya kira orang yang menyalah-nyalahkan pemerintah salah adalah salah, karena pemerintah sudah salah. Banyak informasi-informasi yang tidak dibuka, tetapi jika dibuka akan mengakibatkan problem. Sidang rakyat sangat diperlukan pada saat ini, dan aplikasi Symbolic-nya Mas Sabrang yang bisa menjawab. Karena kita harus mendengar suara rakyat.” Begitu kata Pak Suko Widodo turut membersamai di tengah gayengnya diskusi.

Pak Toto Rahardjo menyampaikan bahwa yang seharusnya berada di garda depan bukan tenaga medis melainkan masyarakat, komunitas, atau Jamaah Maiyah yang paham betul perihal Pandemi Corona ini. Yang perlu kita waspadai di tengah Pandemi Corona adalah banyak terjadi pengorganisasionalan pikiran di media sosial. Pengorganisasionalan pikiran adalah mengarahkan pikiran pada suatu hal. Sehingga sesuatu yang tak lazim bisa terjadi.

Mas Sabrang menyampaikan bahwa yang dapat kita ambil sebagai pelajaran di tengah Pandemi Corona adalah semua dipaksa mereorientasi apa yang primer dan yang tidak dalam hidupnya. Dalam keadaan terdesak kita jadi mempunyai kesempatan mereorientasi prioritas dalam hidupmu.

Narasi perang Corona atau cinta Corona adalah urusannya terletak pada bagaimana mengerti skala prioritas atas permasalahan Corona. Tanpa harus menggunakan pendekatan tasawuf atau yang lain, tetapi bisa mengerti skala prioritas terhadap permasalahan Corona. Dalam keadaan seperti ini yang perlu kita prioritaskan adalah survive mempertahankan kehidupan diri sendiri dan syukur-syukur jika bisa mempertahankan hidup bareng-bareng.

“Jadikanlah Corona sebagai suatu momentum kemesraan kita terhadap Allah. Karena Allah sedang mendekat kepada kita dan kita dekatkan diri kepada Allah. Dan tetap ikhtiar menjadikan suatu cara kita mendekatkan diri kepada Allah.” Kyai Muzzammil menambahkan.

Selain itu, Mas Sabrang juga berpendapat bahwa situasi ini adalah tes kepada Maiyah itu sendiri. Karena kita selalu membicarakan nilai-nilai di setiap maiyahan. Sekarang, apakah kita pelaku nilai-nilai tersebut? Yang diharapkan adalah kita bisa melihat kanan-kiri. Maiyah: Cair, daulat, dan nilai. Dari kecairan, kedaulatan, dan nilai yang didapatkan dari Maiyah, apa yang bisa sumbangkan? Yang harus kita lakukan sekarang adalah membangun jembatan komunikasi. Hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah minimal membantu dengan menahan diri di rumah. Serta, kita dipaksa mencari Tuhan ke dalam. Sebab simbol-simbol Tuhan di luar tidak bisa kita pergunakan.

“Saatnya kita mengaktualisasikan diri bukan pada kebenaran melainkan keindahan dengan membuat sesuatu yang bermanfaat kepada orang banyak,” Pak Toto Rahardjo kembali menekankan.

Menurut Pak Toto, konsep lumbung di desa yang paling penting dan memungkinkan demi mengatasi masalah pangan di tengah berlangsungnya Pandemi Corona ini. Beliau mengimbau perlu mendata dan memetakan teman-teman siapa saja yang diam-diam melakukan penanganan di daerah masing-masing untuk dipresentasikan besok pada Mocopat Syafaat.

Pesan terakhir dari Mas Sabrang kepada kita semua adalah, “Kita harus menghadapi masalah ini dengan tenang dan wani mengambil tanggung jawab.” Karena, Mas Sabrang pernah berkata kepada Mbah Nun bahwa yang menganggap ini masalah simpel berarti orang itu tidak riset. Sebab, masalah ini sangat kompleks terutama menyangkut produksi dan distribusi.

Bangbang Wetan
Majelis Masyarakat Maiyah Bangbang Wetan adalah majelis pencerahan ilmu setiap bulan di Surabaya. Forum ini bagian dari lingkaran simpul Maiyah yang diasuh oleh Cak Fuad, Cak Nun, Sabrang MDP, serta para pengampu lainnya. Telah berjalan sejak tahun 2006.
Bagikan:

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Exit mobile version