CakNun.com

Mengembalikan Akal Pada Hakiki Posisinya

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 7 menit

Pertanyaan tentang Kenduri Cinta

“Kenduri Cinta ini acara apa sebenarnya?”, Mbah Nun melempar pertanyaan kepada jamaah. Kalau disebut pengajian, tidak ada Ustadz atau Kyainya. Semua adalah pembelajar. Bahkan yang ada di panggung pun berposisi sebagai pembelajar.

Jika dikatakan forum diskusi ilmiah, yang hadir tidak ada pemetaan yang jelas mengenai latar belakang pendidikannya. Apalagi jika menggunakan parameter Negara, Kenduri Cinta ini sama sekali tidak memiliki sertifikasi resmi untuk disebut sebagai majelis ilmu.

Jika parameter orang berkumpul dengan massa yang banyak, ada entitas yang bernama kampanye, demonstrasi, unjuk rasa dan lain sebagainya. Sementara Kenduri Cinta dan forum Maiyahan lainnya ini sebenarnya digolongkan ke dalam entitas yang mana?

Sehingga kemudian ada banyak orang yang baru mengenal Kenduri Cinta, baru bersentuhan dengan Kenduri Cinta tanpa ragu menyatakan bahwa toleransi yang sesungguhnya ada di Kenduri Cinta. Bahkan, ada juga yang tegas menyatakan bahwa di Kenduri Cinta ini Pancasila tegak berdiri. Di Kenduri Cinta dan forum Maiyahan lainnya, toleransi tidak didiskusikan dengan narasi yang njlimet, tetapi dipraktikkan.

Siapapun saja boleh datang ke Kenduri Cinta, siapapun berhak untuk berbicara dan menyatakan pendapat, bahkan membantah apa yang disampaikan narasumber. Tetapi, semua juga berlatih untuk bertanggungjawab, bahwa apa yang disampaikan jangan sampai menyinggung perasaan apalagi menyakiti hati orang lain.

Pertanyaaan untuk Workshop dan Dibawa Pulang

Ada bekal yang diberikan Mbah Nun kepada jamaah Kenduri Cinta melalui sejumlah pertanyaan yang kemudian di-workshop-kan oleh beberapa kelompok. Ketika Mbah Nun melemparkan beberapa opsi untuk menjadi pertimbangan perwakilan kelompok diskusi, jamaah bersepakat bahwa masing-masing kelompok diisi berdasarkan rentang usia.

Kelompok pertama adalah kelompok yang berisi anggota yang usianya kurang dari 20 tahun, kelompok kedua adalah kelompok yang anggotanya pada rentang usia 20-30 tahun, kemudian kelompok ketiga adalah kelompok yang beranggotakan dengan rentang usia 30-40 tahun.

Pertanyaan yang diberikan oleh Mbah Nun adalah sebagai berikut:

Apa pendapat Anda mengenai:

  • Istilah Radikalisme adalah ciptaan kaum penjajah untuk menangkal gerakan anti penjajahan. Hukum Negara atau apapun diterapkan harus secara radikal. Tidak ada penerapan hukum yang kompromistik atau moderat dan lunak. Maka kehidupan manusia sangat butuh radikalitas.
  • Idiom Rasisme adalah ciptaan ras penjajah untuk menumpas perlawanan terhadap supremasi mereka. Ras adalah satuan besar keluarga. Satuan Ras yang lebih besar adalah Bangsa, dan yang terbesar adalah ummat/makhluk manusia. Ras lain adalah Jin.
  • Politik Anti Khilafah muncul dari:
  1. Kekuasaan politik anti Islam
  2. Ambisius politik yang tidak mengerti arti kata dan Sejarah Khilafah
  3. Kaum Muslimin yang takut tidak makan
  4. Golongan dari ummat manusia di muka bumi yang memahami kebenaran Islam tapi merasa dirugikan oleh sportivitas nilai-nilai Islam.
  • Dalam Islam ada konsep (akhlak dan ilmu) TAWADLU’ dan TAKABBUR. Jelaskan selengkap mungkin lingkungannya, makna dan peta terapannya.
  • Dalam Islam ada konsep (akhlak dan ilmu) TAWADLU’ dan TAKABBUR. Jelaskan selengkap mungkin lingkungannya, makna dan peta terapannya.
  • Sebutkan kalimat dalam Teks Pancasila atau UUD 1945 yang di dalamnya ada kata DEMOKRASI.
  • Terangkan bahwa Pilkades adalah pelaksanaan Demokrasi, dan Demokrasi adalah pelaksanaan Pancasila
  • Jelaskan sejauh pengetahuanmu persamaan atau kesesuaian, serta perebedaan atau pertentangan, antara DEMOKRASI, PANCASILA dan ISLAM.

Pertanyaan-pertanyaan yang tentu sangat berbobot dan cukup berat untuk didiskusikan pada tengah malam, dan hanya di Kenduri Cinta mereka semua yang berkelompok itu merasakan atmosfernya. Dengan kegembiraan sinau bareng, masing-masing kelompok berdiskusi, kemudian masing-masing juga mempresentasikan hasil diskusinya. Apakah hasil yang mereka kemukakan itu benar? Belum tentu. Tetapi juga belum tentu salah.

Di sinilah keindahan Sinau Bareng di Maiyahan. Sebuah pendapat tidak akan diklaim sebagai pendapat yang final dan kemudian semua orang dipaksa untuk sepakat. Sama sekali tidak demikian. Masing-masing juru bicara pun mengemukakan pendapatnya dengan kemurnian dan kejujuran mereka.

Setidaknya, setiap anggota kelompok sudah laba mendapat kenalan saudara baru di Kenduri Cinta semalam. Laba selanjutnya, mereka mendapat kesempatan untuk mendengarkan pendapat orang lain mengenai sebuah pertanyaan atau sebuah informasi.

Mbah Nun pun menyampaikan bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak berhenti hanya di Kenduri Cinta saja, tetapi juga kalau bisa dibawa pulang, kemudian menjadi bahan diskusi kecil-kecilan, atau mungkin juga hanya menjadi bahan renungan pribadi.

Bukan soal apakah akan berguna bagi Indonesia atau tidak, kembali ke tema Kenduri Cinta kali ini, setidaknya dengan kita meneliti kembali dan merespons pertanyaan-pertanyaan di atas, kita telah mendayagunakan akal kita untuk berpikir secara berdaulat. Mbah Nun hanya menyuguhkan pantikan-pantikan sederhana.

Bisa jadi, melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut akan lahir lagi pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Mbah Nun pun menyampaikan bahwa orang yang pandai adalah orang yang mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang yang kreatif adalah orang yang mampu membuat pertanyaan.

Konsep Sinau Bareng di Maiyahan menjadi metode untuk melatih kita berpikir lebih jernih dan kreatif. Hal yang sederhana kita kupas bersama, dan secara perlahan itu melatih cara berpikir kita agar tidak linier. Selanjutnya, menjadi kedaulatan bagi kita untuk mengkreatifi setiap persoalan yang kita hadapi. Karena pada kenyataannya, hidup tidak selalu berlaku sesuai dengan apa yang kita rencanakan, bukan?

***

Kegembiraan Kenduri Cinta di tahun 2019, tidak terasa sampai di penghujung tahun edisinya. Kegembiraan yang selalu dirindukan, berkumpul bersama di Taman Ismail Marzuki, bertatap muka secara langsung, menghikmahi kehidupan, menemukan kebahagiaan. Dan modal utama yang kita miliki untuk bertemu kembali adalah cinta. Semoga cinta yang sama juga akan selalu menjadi bekal kita untuk bersua kembali tahun depan, di Kenduri Cinta.

Lainnya

Kenduri Cinta: 25 Tahun dan Terus Berjalan

Kenduri Cinta: 25 Tahun dan Terus Berjalan

DUA PULUH LIMA tahun adalah waktu yang tidak sebentar. Dalam perhitungan manusia, usia itu biasa disebut sebagai titik awal kedewasaan—masa di mana seseorang mulai menentukan arah hidupnya.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version