CakNun.com

Drama Mlungsungi #38

Nyi Rachmini:

Tuhan memang mentakdirkan Nusantara ini menjadi Pusat Kemakmuran Dunia. Para leluhur kita dulu membangun Candi Borobudur dengan meletakkan Cattra di puncaknya, sebagai Antena penyerap berkah dan energi dari langit dan seluruh alam semesta.

Kalau Ka’bah di Mekah putarannya Thawaf arah sebaliknya, berlawanan dengan jarum jam. Fungsinya untuk berterima kasih kepada Tuhan dan mengembalikan seluruh rejeki kehidupan ini kepada Tuhan Maha Pemiliknya.

Lainnya

Drama Mlungsungi #7

Drama Mlungsungi #7

Mas Harno, sesepuh teater Yogyakarta yang banyak juga melahirkan kelompok-kelompok teater di Yogyakarta, dalam Reriyungan Teater Mlungsungi, beliau adalah salah satu sutradara.

Selain sebagai seorang sutradara, Mas Harno juga pernah menulis naskah. Dan tentang karakter naskah teater beliau, Mbah Nun punya catatan penting, “Mbah Harno menulis naskah sendiri yang digali dari sejarah bangsanya sendiri, menyusun formula pementasannya dengan mengapresiasi kecenderungan-kecenderungan budaya masyarakatnya sendiri melalui naskah-naskah “Dinasti Mataram”, “Jendral Mas Galak”, “Raden Gendrek Sapujagat” sampai “Patung Kekasih” dan “Geger Wong Ngoyak Macan” — tanpa merasa dirinya lebih benar, lebih baik atau lebih unggul. Semua pilihan dan ragam itu adalah bagian sah dari bebrayaning urip di antara sesama manusia Yogya yang merupakan salah satu mata air dan pesawahan nilai Jawa.”

Drama Mlungsungi #8

Drama Mlungsungi #8

Dari sisi komposisi usia, usia 60-an adalah yang paling banyak dalam jajaran para pemain dan pendukung teater Mlungsungi. Ketiga beliau ini, Pak Nevi Budianto, Pak Joko Kamto, dan Pak Margono, ada dalam barisan usia 60-an ini. Walaupun keakraban terasa di antara semua pemain, tetapi foto beliau bertiga ini memancarkan keakraban yang bukan sekadar keakraban, melainkan barangkali keakraban di antara orang-orang yang telah menempuh jalan panjang kreativitas dan dedikasi, juga jalan panjang kehidupan.