CakNun.com

Drama Mlungsungi #20

Namanya Hisyam A Fachri. Dia berperan sebagai SAYID ZABANY.

Mas Hisyam punya testimoni menarik mengenai proses kreatif yang dijalaninya dalam pementasan naskah MLUNGSUNGI ini:

Menjadikan hidup bahagia, sehat dan sukses bukan saja didukung oleh kecerdasan Intelektual (IQ), Emosi (EQ) serta Spiritual (SQ), tetapi lebih kepada PROSES tahapan pencapaian hal tersebut. Dan saya menyebutnya dengan MLUNGSUNGI.

Bersyukur saya menjadi bagian dari pentas drama ‘MLUNGSUNGI’, Reriungan Teater Yogyakarta yang digagas oleh Cak Nun. Dengan ini saya dapat belajar lebih dalam untuk bisa memaknai UNTUK APA SAYA HIDUP?

Selain Cak Nun, ada dua orang yang cukup penting dicatat, dua orang pecinta Teater Alam dan Teater Dinasti, ialah Edo Nurcahyo dan Godor Herman Widodo. Mereka berdua yang mengawali gagasan reriungan dengan bergerilya mendatangi para sesepuh teater, yang bukan saja diamini Cak Nun tapi juga langsung diformat: Salam riung yok.

Terima kasih untuk semua sahabat atas dukungannya. Tetap Bahagia, Sehat dan Sukses.

Lainnya

Bangbang Wetan Berkumandang di Tugu Pahlawan

Bangbang Wetan Berkumandang di Tugu Pahlawan

Pukul 22.21 WIB tadi malam (22/09) proses gladi bersih pemain teater Perdikan, KiaiKanjeng, Komunitas Lima Gunung, serta tim sound system dan lighting untuk pementasan drama WaliRaja RajaWali di Tugu Pahlawan Surabaya masih berlangsung.

Mbah Kilir

Mbah Kilir

“Rakyat Nusantara adalah makhluk Tuhan yang paling tangguh. Semua bangsa lain di muka bumi ini sesudah dijajah pasti hancur kebudayaannya, tetapi rakyat Nusantara ini sebaliknya. Penjajah yang mengkadali mereka 350 tahun malah yang akhirnya malah kangen dan njarem pada kebudayaan Nusantara. Mobilnya saja setir kanan, padahal di Negeri penjajahnya setir kiri. Jalannya juga di kiri, padahal penjajahnya jalan mobilnya sebelah kanan. Bangsa Nusantara ini sungguh-sungguh ora tedhas tapak paluning Pandhé.”