CakNun.com

11 yang Spesifik dari Drama Mlungsungi

  1. Pentas MLUNGSUNGI tidak diselenggarakan oleh satu kelompok teater. Para aktor pendukung MLUNGSUNGI terdiri dari hampir semua kelompok atau grup teater sekian generasi teaterawan yang ada di Yogya terutama generasi sejak era 1970-an.
  2. Yang terlibat dalam pementasan MLUNGSUNGI sekitar 40-50 personil di berbagai bidang tugas dari usia 21 sd 84 tahun. 1 orang berusia 84 tahun, 5 orang berusia 70-an tahun, 12 orang berusia 60-an tahun, 5 orang berusia 50-an tahun, 8 orang berusia 40-an tahun, 5 orang berusia 30-an tahun dan 3 orang berusia 20-an tahun.
  3. Nama pelaku dalam lakon MLUNGSUNGI hampir 100% tidak berasal dari nama-nama manusia dari budaya apapun pada umumnya. Semua nama pelaku dalam MLUNGSUNGI belum pernah dipakai, didengar atau diketahui pada umumnya orang dari negara, suku atau kebudayaan manapun.
  4. Naskah drama MLUNGSUNGI dari segala sisi kesusastraan maupun sebagai reportoar teater sangat berbeda secara mencolok dibanding naskah teater apapun dari dalam maupun luar negeri.
  5. Tema lakon MLUNGSUNGI tidak digali dari budaya tradisi atau dari wacana perteateran modern sebagai anutan hampir semua kegiatan teater modern di Indonesia.
  6. Lakon MUNGSUNGI tidak bisa dibatasi posisi waktunya, zamannya, era atau dekadenya, maupun periode sejarahnya.
  7. Struktur lakon dan pelaku MLUNGSUNGI terdiri atas Tiga Rabbah, Tiga Leluhur, Pemerintahan dan Aktivis suatu Negeri, Komunitas Talbis yang bermakna Pengiblisan, serta Kelompok Lalulalang.
  8. Drama MLUNGSUNGI tidak menerapkan sistem penyutradaraan tunggal, melainkan penyutradaraan bersama yang terdiri dari lima (5) Sutradara.
  9. Lakon MLUNGSUNGI dituliskan sebagai hasil diskusi, rembug dan kesepakatan sekian tahap forum demokrasi semua yang terlibat di dalamnya.
  10. Pementasan MLUNGSUNGI tidak menggantungkan pendanaannya pada Pemerintah atau Lembaga Bisnis atau Dana Keistimewaan DIY, melainkan diupayakan secara mandiri.
  11. Mindset pemrosesan MLUNGSUNGI tidak mengikatkan diri pada prinsip atau teori teater modern maupun tradisional.

Lainnya

Drama Mlungsungi #38

Drama Mlungsungi #38

Nyi Rachmini:

Tuhan memang mentakdirkan Nusantara ini menjadi Pusat Kemakmuran Dunia. Para leluhur kita dulu membangun Candi Borobudur dengan meletakkan Cattra di puncaknya, sebagai Antena penyerap berkah dan energi dari langit dan seluruh alam semesta.

Kalau Ka’bah di Mekah putarannya Thawaf arah sebaliknya, berlawanan dengan jarum jam. Fungsinya untuk berterima kasih kepada Tuhan dan mengembalikan seluruh rejeki kehidupan ini kepada Tuhan Maha Pemiliknya.

Drama Mlungsungi #16

Drama Mlungsungi #16

Mas Eko Winardi adalah salah satu sosok yang kerap nongol di Rumah Maiyah. Tak hanya saat ada program pementasan teater, tetapi dalam sejumlah kegiatan lain seperti Mocopat Syafaat dan SastraLiman beliau cukup aktif. Malah pernah juga Mas Eko menjadi narasumber di Mocopat Syafaat yang memperkenalkan kepada kita untuk tidak menggunakan kalimat ‘Buanglah sampah pada tempatnya’, tetapi gantilah dengan ‘Taruhlah sampah pada tempatnya.’ Tak enak dan kurang berhati kita menggunakan kata ‘buang’. Jangan ada pekerjaan membuang.

Dalam acara Reriyungan Dulur-Konco-Lawasan tentu saja Mas Eko juga ambil bagian, dengan salah satunya mementaskan satu fragmen saat itu. Dalam pementasan MLUNGSUNGI ini, Mas Eko memerankan tokoh Pak Zacharael. Mas Eko sendiri lahir di Yogyakarta pada 25 Desember 1963. Seluruh jenjang pendidikannya dihabiskan di Yogyakarta. Jenjang yang terakhir Mas Eko adalah lulusan Insitut Seni Indonesia (ISI Yogyakarta). Ia aktif di panggung teater sejak Festival Teater SLTA pada 1981 di Yogyakrta, dan selanjutnya aktif di Teater Tikar, Tetate Dinasti, dan Sanggarbambu.

Pada pementasan naskah karya Cak Nun, Mas Eko Winardi ikut terlibat sebagai pemain dalam pementasan “Tikungan Iblis” oleh Teater Dinasti (2008), “Nabi Darurat Rasul Adhoc”oleh Teater Perdikan (2012), dan “Sengkuni 2019” oleh Teater Perdikan (2019). Selain menjadi pemain teater, Mas Eko Winardi juga aktif memberikan workshop teater rakyat, menulis naskah drama (drama anak-anak dan ketropak), dan menulis berbagai artikel kebudayaan, kesenian, dan pendidikan.