CakNun.com

Ojo Gelut Rek!

Ahmad Syakurun Muzakki
Waktu baca ± 3 menit
Foto: Adin (Dok. Progress).

Pemilu sebentar lagi selesai. Pertengkaran dan caci maki berangsur-angsur mereda. Masyarakat akan segera kembali ke kehidupan nyata: macul dan berangkat kerja. Bebrayan dengan tetangga dan komunitasnya. Grup-grup WhastApp kembali normal. Posting hal-hal lucu paseduluran. Posting memamerkan jagoan pilpresnya sudah mulai sirna.

Saya bersyukur — Mbah Nun dihindarkan dari situasi ini. Di media sosial, caci-maki ke Mbah Nun merosot tajam. Walau sisa Fir’aun masih ada yang istiqomah mencaci. Dan tidak sedikit juga yang mulai berani membenarkan. Ada pendeta dari luar Jawa sekitar April 2023, menelepon saya dan merangkai kata-kata kejam ke Mbah Nun. Saya respons dengan iya iya dan monggo. Kemarin, telepon saya lagi. Dengan bahasa asli pendeta: sejuk menyapa mengobrol dan menyampaikam salam ke Mbah Nun. Saya jawab dengan santun lagi. Karena sesungguhnya saya lebih pendeta daripada dia.

Bayangkan kalau Mbah Nun dalam enam bulan ini ‘eksis’. Kesana kemari dengan KiaiKanjeng. Mendatangi majelis-majelis Maiyah di berbagai kota. Kami pasti kerja keras untuk mengantisipasi. Karena Mbah Nun adalah manusia apa adanya. Loss pool. Apa saja diomongkan. Dan pasti orang-orang, terutama netizen — menunggu apa yang disampaikam Mbah Nun. Di samping menarik dan menantang, kalimat Mbah Nun sangat klikbait untuk media internet.

Saya jadi ingat lagi tentang kata-kata Mbah Nun ini: “Sekarang kalau kalian tanya hasil pemilu itu kan mencerminkan tingkat kedewasaan kita. Algoritma pemilu 2024 nanti kalian tidak mungkin menang. Dan sudah ada pemenangnya sejak sekarang. Karena Indonesia dikuasai oleh Fir’aun. Qorun. Dan Haman. Dan negara kita sudah dipegang oleh tiga kekuatan itu. Dadi rek, ojo gelut hanya karena Pemilu….”

Itu kata kata Mbah Nun Februari 2023. Netizen goncang. Kami dilempari kayu. Batu dan bahkan tai. Dan alhamdulillah kami baik-baik saja sampai hari ini.

***

Tadi Mbah Nun menginspirasi dan menuntun kami untuk melakukan sesuatu. Yaitu menyusun doa dan wirid buat Jamaah Maiyah.

SURAT AL-IKHLAS

‎قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ 
qul huwallohu ahad

‎اَللّٰهُ الصَّمَدُ 
allohush-shomad

لَمْ يَلِدْ ۙ وَلَمْ يُوْلَدْ 
lam yalid wa lam yuulad

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
wa lam yakul lahuu kufuwan ahad

SURAT AL-FALAQ

‎قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ 
qul a’uuzu birobbil-falaq

‎مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ 
min syarri maa kholaq

وَمِنْ شَرِّ غَا سِقٍ اِذَا وَقَبَ 
wa min syarri ghoosiqin idzaa waqob

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ 
wa min syarrin-naffaasaati fil-‘uqod

وَمِنْ شَرِّ حَا سِدٍ اِذَا حَسَدَ
wa min syarri haasidin idzaa hasad

SURAT AN-NAAS

‎قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّا سِ 
qul a’uudzu birobbin-naas

مَلِكِ النَّا سِ 
malikin-naas

اِلٰهِ النَّا سِ 
ilaahin-naas

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَا سِ ۙ الْخَـنَّا سِ 
min syarril-waswaasil-khonnaas

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّا سِ 
allazii yuwaswisu fii shuduurin-naas

مِنَ الْجِنَّةِ وَا لنَّا سِ
minal-jinnati wan-naas

SURAT AL-HASYR AYAT 21

‎لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰ نَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَ يْتَهٗ خَا شِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ الْاَ مْثَا لُ نَضْرِبُهَا لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
lau anzalnaa haadzal-qur-aana ‘alaa jabalil laro-aitahuu khoosyi’am mutashoddi’am min khosy-yatillaah, wa tilkal-amsaalu nadhribuhaa lin-naasi la’allahum yatafakkaruun

SURAT AL-BAQARAH AYAT 286

‎لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
laa yukallifullohu nafsan illaa wus’ahaa, lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maktasabat, robbanaa laa tu-aakhiznaaa in nasiinaaa au akhtho-naa, robbanaa wa laa tahmil ‘alainaaa ishrong kamaa hamaltahuu ‘alallaziina min qoblinaa, robbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thooqota lanaa bih, wa’fu ‘annaa, waghfir lanaa, war-hamnaa, anta maulaanaa fanshurnaa ‘alal-qoumil-kaafiriin

SURAT AT-TAUBAH 128-129

‎لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِا لْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
laqod jaaa-akum rosuulum min angfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil-mu-miniina ro-uufur rohiim

‎فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۗ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
fa in tawallau fa qul hasbiyallohu laaa ilaaha illaa huw, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul-‘arsyil-‘adhiim

“Itu dibaca menjelang Pemilu, Mbah?” Tanya saya.

“Donga gawe aku rek. Sak ikhlasmu…,” kata beliau.

“Siap !!!”

Yogyakarta, 8 Februari 2024

Lainnya

Di Tengah Topo Ngrame

Di Tengah Topo Ngrame

Diam-diam saya iba kepada Mbah Nun. Di tengah topo ngrame-nya — umat memanggil terus-menerus. Mencari-carinya. Mbah Nun memang ruang sambat yang nyaman.

Ahmad Syakurun Muzakki
A.S. Muzakki
Kampung-Kampung yang Ajaib, Dua

Kampung-Kampung yang Ajaib, Dua

Mengontrak rumah di tengah kota, suatu hari jenuh juga. Keluarga saya ingin merasakan hidup di pinggiran kota.

Mustofa W. Hasyim
Mustofa W.H.

Topik